
Samudrabiru – Dari nol menjadi hero, itulah perjalanan kepemimpinan selama tujuh tahun, di Politeknik Negeri Cilacap. Dalam matematika, nol bisa berarti tidak ada sama sekali. Namun, nol dalam konteks ini tidaklah demikian. Nol, berarti memiliki nilai. Pelajaran berharga dari perumpamaan ini adalah, bahwa kita harus terbiasa untuk tidak memandang remeh terhadap orang lain. Menghargai orang lain merupakan satu tahap dalam menjalankan kepemimpinan yang positif. Sebelum kita melakukan apa saja, pada saat kita masih asing dengan dunia baru, satu hal yang paling penting adalah menghargai orang lain. Penghargaan kita pada orang lain, pada hakikatnya merupakan jalan indah bagi orang lain untuk menghargai kita.
Menjalankan kepemimpinan merupakan sebuah seni. Hampir tidak bisa diteorikan, namun menjalaninya akan merupakan sebuah perjalanan yang menakjubkan. Kepemimpinan merupakan sebuah proses yang menakjubkan. Kadang ada banyak hal yang tidak terduga yang ditemui. Kadang ada kejutan yang membahagiakan, tak jarang pula mendapati hal-hal yang kurang menyenangkan. Semua itu harus diterima dengan lapang dada, tak perlu menyalahkan, namun juga tak lupa mengadakan evaluasi sebagai perbaikan di masa mendatang.
Perjalanan kehidupan merupakan suatu proses yang indah. Maka, dalam keadaan apa saja, rasa syukur harus dimekarkan. Menjadi pemimpin merupakan sebuah seni bermain secara adil. Pemimpin aka diuji oleh beragam kondisi. Pemimpin yang baik, dibentuk oleh proses, dan kamauan untuk memberikan kepemimpinan terbaik. Zero to hero, pada dasarnya bisa betransformasi karena seseorang berani untuk memimpin. Memimpin diri sendiri, keluarga, dan bahkan institusi. Kini, orang-orang mengenal saya sebagai sosok yang menegerikan. Menegerikan apa? Ya. Menegerikan PNC yang awalnya swasta, menjadi institusi negeri. Saya, bukanlah orang pertama yang memimpin PNC. Saya merupakan pemimpin kedua yang memimpin PNC pada tahun 2011 hingga 2018. Tujuh tahun, memang bukan waktu yang singkat. Namun sebaliknya, bukan pula waktu yang lama.
Tujuh tahun memimpin PNC, dan capaian-capaian lain yang sudah teraih selama ini, merupakan kado indah dari-Nya. keberhasilan dan pencapaian selama ini sangat dipengaruhi oleh kasih sayang keluarga, baik keluarga asal yakni kedua orang tua. Ataupun, keluarga baru yang dibina dalam ikatan suci pernikahan. Perjalanan karir dapat tertata baik karena dukungan dari keluarga, dan kebahagiaan yang meletup dalam ikatan suci pernikahan. Zero perjalanan saya dimulai di Kota Cilacap, 5 Maret 1956. Ketika itu, ibunda berjuang antara hidup dan mati, untuk melahirkan Soedihono. Sebuah nama yang sederhana, namun pada akhirnya ia mampu memperjuangkan gelar di nama belakangnya menjadi, Soedihono, Dipl. Ing., ST., MT. Di bawah naungan pendidikan dak kasih sayang ayah Tirjan Diposoemarto dan ibunda Warsinah, Dono tumbuh seperti umumnya anak-anak. Yang membedakan adalah, Dono kecil memiliki tekad untuk menjadi sosok yang bermanfaat bagi orang lain.
Ayah pernah menjabat Kepala Desa Bulupayung sejak tahun 1921 sampai dengan tahun 1988. Saya sebagai anak ke 7, memiliki saudara kakak dan adik kandung berjumlah 11 orang. Barangkali, kekaguman terhadap sosok ayah membuat saya senang untuk menjadi pemimpin. Semasa kecil, saya merasakan kasih sayang yang hangat, tegas, dan disiplin. Riwayat pendidikan formal yang pernah dilalui ialah di SD Negeri 1 Bulupayung, SMP Maos, dan SMAN 2 Purwokerto. Selepas SMA, saya demikian terdorong untuk kuliah. Pada tahun 1977, ada keputusan bulat untuk merantau ke Bandung. Di sana, aku kuliah di Politeknik Mekasik Swiss-Institut Teknologi Bandung (PMS-ITB). Hidup di tanah rantau tak menjadikan diri sedih, sebab sejak kuliah di semester dua hingga selesai, ada beasiswa dan ikatan dinas. Ada biaya hidup, dan pembebasan uang buku. Studi di rantau, dilakkan dengan serius. Hasilnya indah, bahwa saya tamat kuliah pada pertengahan Januari tahun 1980. Selepas itu, saya mulai bekerja sebagai instruktur (dosen praktik) di Politeknik Mekanik Swiss-ITB.
Setelah 4 tahun bekerja, pada Maret 1983, saya terkejut karena mendapat tugas belajar dari Politeknik Mekanik Swiss-ITB. Menakjubkan, saya mendapatkan tugas untuk melanjutkan studi di Wihelm Mybach Shuele di Stuttgart, Jerman Barat pada bidang Study Pengecoran Logam atau Giesserei Technik. Seorang Dono dapat kuliah di Jerman dengan beasiswa! Kesempatan emas ini saya lalui dengan bahagia. Selama mengikuti perkuliahan di Jerman Barat, saya juga telah menyelesaikan pendidikan di bidang keguruan teknik, serta Kursus Manajemen Industri Foundry (Giesserei – REFA). Pengembaraan intelektual ternyata memberikan pengalaman yang mengesankan. Saya menjadi cinta ilmu, bahkan untuk memperdalam pengetahuan dalam Teknik Mesin dan Manufaktur, saya juga kuliah di Universitas Jenderal Ahmad Yani, di Bandung dan Bidang Manufaktur studi S2 di Universitas Pancasila Jakarta.
Buku bertajuk ‘Kiprah dan Pemikiran Soedihono dalam Memimpin Politeknik Negeri Cilacap’ ini mengisahkan tentang perjalanan pemikiran Soedihono, yang membaktikan pengabdian kepada Politeknik Negeri Cilacap (PNC). Baris demi baris dalam buku ini, berkisah tentang rekam jejak Soedihono memimpin PNC, sebuah institusi pendidikan yang berfokus pada technopreneur. Membaca buku ini, mengajarkan bahwa menjadi pemimpin adalah menjadi driver, not passenger. Menjadi pemimpin adalah perjalanan untuk menempa diri menjadi lebih baik.
Dalam buku ini, pemikiran dan kiprah Soedihono dapat menjadi rekam jejak dan inspirasi bagi pembaca. Rangkuman perjalanan kepemimpinan Soedihono dapat dijadikan peta untuk memahami medan kepemimpinan dengan lebih bijaksana. Harapannya, pembaca dapat menyerap nilai-nilai positif.
Judul buku : Kiprah dan Pemikiran Soedihono dalam Memimpin Politeknik Negeri Cilacap
Penulis : Ganjar Ndaru Ikhtiagung, S.E., M.M, Galih Mustiko Aji, S.T., M.T., Muhamad Yusuf, S.ST., M.T., Pujono, S.T., M.T., Riyadi Purwanto, S.T., M.Eng., Miftachul Huda, M.Si.
Penerbit :Samudra Biru
Cetakan : I, Oktober 2018
Dimensi : viii + 118 hlm. ; 14 x 20 cm.
Harga : Rp