Pendidikan Akhlak Tasawuf Dan Karakter Integratif

Samudrabiru – Bangsa Indonesia merupakan bagian daripada bangsa-bangsa di dunia modern dan global ini. Untuk itu, mustahil jika bangsa Indonesia
tidak melakukan hubungan dengan bangsa-bangsa lain yang ada di dunia.

Komunitas suatu bangsa mendapatkan pengakuan dan penghargaan
bangsa-bangsa lain karena moralitas atau akhlak bangsa itu sendiri di
samping keberadaan dan peran fungsi serta hubungan baik internal
maupun eksternal di tingkat internasional. 

Moralitas atau akhlak bagi suatu bangsa sebagai harga dan kualitas karena pada hakikatnya moralitas sebagai inti seluruh aspek dan sistem kehidupan umat manusia, baik sebagai bangsa maupun sebagai individu-individu suatu bangsa. 

Jika bangsa itu memiliki moralitas luhur maka sudah barang tentu bangsa itu
terjaga dari berbagai permasalahan internal maupun eksternalnya. Bangsa terbebas dari ekses-ekses kebobrokan moralitas atau akhlak atau karakter, penyalahgunaan wewenang, perilaku amoral, penyimpangan-penyimpangan, anarkisme, terorisme, pembegalan, narkotika, free sex, dan segala hal yang menjurus kebiadaban. 

Karena itu, bangsa yang memiliki harga dan kualitas disegani dan dihormati karena dengan moralitas itu bangsa ini secara internal memiliki kekuatan dan
kosolidasi yang didasarkan pada integritas, komitmen, dan sinergitas
sebagai bangsa yang bermartabat.

Moralitas bangsa memberikan dampak positif bagi bangsa itu sendiri dan bangsa-bangsa yang lain. Hubungan internal bangsa terjalin dengan kuat demikian pula akan memberikan dampak menguatnya hubungan antarbangsa satu dengan yang lain. 

Sebaliknya moralitas bangsa yang tidak baik akan berpengaruh secara internal dan eksternal dalam kehidupan bangsa itu dan hubungan antarbangsa. Karakteristik moralitas bangsa dapat dirasakan, dinikmati baik oleh internal maupun eksternal dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam menjalin hubungan bilateral.

Kualitas suatu bangsa dapat diukur dan dinilai dari moralitas bangsa secara individual, kolektif, berbangsa, dan bernegara serta hubungan antarbangsa dan antarnegara. Pilar suatu bangsa yang pertama dan utama adalah kualitas moralitas yang menjadi karakter semua elemen bangsa itu sendiri. Untuk membentuk moralitas suatu bangsa dilakukan oleh bangsa itu sendiri. 

Tentunya bisa dimulai dari pembenahan dan pembinaan serta penataan kembali melalui perubahan paradigama mindset dan mindmap secara utuh dan sempurna. Sebagai pijakan paradigma nondikotomik atau tauhidik agama dan sains sebagai basis mindset dan mindmap sehingga melahirkan moralitas tauhidik atau nondikotomik.

Di dalam masyarakat Indonesia setidaknya ada enam norma acuan pokok yang menuntun atau mengendalikan diri dalam kehidupan manusia, yaitu norma agama, budaya agama, budaya adat atau tradisi, hukum positif atau negara, norma keilmuan, dan norma metafisis (hal ihwal di luar jangkauan kemampuan manusia, alam gaib-kepercayaan). 

Keenam acuan normatif tersebut ada dalam setiap lingkaran, aspek, dan sistem kehidupan manusia. Setiap norma melahirkan acuan nilai dan moral. Norma adalah perangkat ketentuan hukum yang bisa bersumber secara eksternal dari Allah SWT., agama, negara, hukum, masyarakat, dan adat istiadat. 

Di samping itu, norma bisa bersumber dari dalam diri, hati nurani, atau qalbu
manusia sendiri. Norma yang sudah menjadi bagian dari hati nurani adalah
norma dan nilai moral yang sudah bersatu raga (personalized), menjadi
keyakinan diri atau prinsip atau dalil diri, dan sistem kehidupan manusia.

Nilai adalah kualifikasi harga atau isi pesan yang dibawakan baik tersurat
maupun tersirat dalam norma tersebut. Di antaranya, norma agama
memuat nilai haram, halal, dosa, wajib, sunnat, makruh dan sebagainya.

Sistem kehidupan bagi setiap organisme kehidupan manusia memiliki lima sistem: sistem nilai (value system), sistem budaya (cultural system), sistem sosial (social system), sistem personal (personal system), dan sistem organik (organic system). 

Oleh karena itu, setiap diri manusia dan sistem kehidupan mereka yang bersifat organisme tidak lepas dari lima sistem itu dan setiap sistem mengacu kepada enam acuan yang ada yang dianut dan diyakini oleh orang atau masyarakat dalam kehidupannya.

Moralitas atau akhlak adalah “nilai baik dan buruk setiap perbuatan manusia sendiri”, sedangkan moralitas bangsa adalah “nilai baik dan buruk setiap perbuatan bangsa sendiri”. Moralitas bangsa dipengaruhi oleh historisitas maupun normativitas dari faktor internal dan eksternal yang dialami bangsa.

Secara internal moralitas suatu bangsa dipengaruhi faktor-faktor kepribadian bangsa yang mereka miliki, agama yang dipeluk, keyakinan, falsafah hidup, pandangan hidup, kebutuhan, ilmu pengetahuan, prinsip hidup, tujuan hidup, makna dan manfaat hidup.

Secara esensial dan substansial ada dua hal tuntutan bangsa terhadap negara, yaitu kelangsungan hidup dan kualitas hidup berbangsa dan bernegara. Secara eksternal moralitas bangsa dipengaruhi beberapa faktor kehidupan berbangsa, dan bernegara serta hubungan antarbangsa dan antarnegara. 

Faktor ini berkaitan dengan hubungan internasional dalam bentuk kerja sama bilateral dalam berbagai aspek kebangsaan dan kemanusiaan. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesain buku ini, baik secara langsung maupun tidak langsung kami penulis sampaikan terima kasih yang sebanyak-banyaknya, utamanya kepada penerbit yang bersedia menerbitkan buku ini, khususnya kepada Istriku Dra. Hj. Sudiati, M.Hum, dan anak-anakku tercinta, Miftahus Sa’adah, M. Farm, Apt., Ahmad Munawwar Shiddieqi, dan Mufidus Sani, yang telah memberikan kesempatan, dorongon, dan semangat untuk senatiasa menulis kepada kami.

Besar harapan penulis semoga buku ini sesuai dengan tujuan, di antaranya
untuk memberikan pencerahan dan masukan yang berharga tentang
pendidikan akhlak tasawuf, dan karakter integratif. Buku ini terdiri atas 8
bab. Pertama, konsep akhlak tasawuf dan karakter. Kedua, sejarah akhlak
tasawuf. Ketiga, objek dan sumber akhlak tasawuf dan karakter.

Keempat,teori pemerolehan akhlak tasawuf dan karakter. Kelima, karakteristik akhlak. Keenam implikasi dan implementasi akhlak dan karakter/moralitas. Ketujuh, sistem boarding school sebagai alternatif solusi pendidikan akhlak tasawuf dan karakter. Kedelapan, kebermaknaan agama dan ilmu pengetahuan integratif.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam kajian buku ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan masukan, saran, dan kritik yang konstruktif dari para pembaca guna melengkapi dan menyempurnakan kajian ini. 

Atas masukan, saran dan kritik para pembaca diucapkan terima kasih. Akhirnya, hanya kepada Allah swt kita menyembah dan mohon pertolongan, serta hanya kepada-Nya kita berserah diri. Wallahu A’lam bish-Shawab.

Judul Buku : Pendidikan Akhlak Tasawuf dan Karakter Integratif
Penulis : Dr. Maksudin, M.Ag
Penerbit : Samudra Biru
Cetakan : I April 2017
Dimensi : xii + 267 hlm, 17 x 25 cm
Harga : Rp75,000