Samudrabiru – Self publishing menjadi bisnis yang sangat menjanjikan di era disrupsi. Saat semua bidang bisnis terdisrupsi, dunia buku pun tidak terelakkan. Tapi disrupsi dunia buku itu unik. Berbeda dengan disrupsi bidang bisnis lainnya.
Dunia transportasi didisrupsi oleh Go-jek. Bisnis ritel oleh bisnis star-up. Perbankan oleh financial technology (fintech). Sedangkan buku, banyak orang mengira didisrupsi oleh e-book. Benarkah demikian?
Bukankah e-book itu dihembuskan sejak tahun 1990-an? Tapi kenapa hingga tahun ini gema e-book tidak begitu kuat terdengar? Jawabannya ternyata e-book tidak bisa menggantikan buku cetak.
Banyak fakta. Salah satunya adalah trend penjualan e-book di berbagai platform tidak begitu menjanjikan sebagaimana buku cetak.
Memang ada penjualan. Tetapi tidak sekuat penjualan buku cetak yang ada di toko buku. Misalnya penjualan e-book tidak sampai ada yang hingga best seller seperti buku cetak.
Penjualan e-book justru menjadi second layer. Misalnya dia menjadi backup pemasaran dari versi buku cetak. Intinya, trend penjualan e-book tidak begitu menjanjikan.
Cara Beli
Banyak orang yang keliru dalam mendeteksi disrupsi. Tutupnya beberapa gerai matahari disebabkan oleh daya beli masyarakat. Padahal daya beli masyarakat meningkat.
Rupanya ada pergeseran dalam cara orang membeli. Jika tadinya secara offline, sekarang menjadi online. Pergeseran terjadi dari cara orang membeli.
Dalam buku juga begitu. Ada pergeseran cara orang mendapatkan buku. Bukan berarti minat baca masyarakat sekarang rendah. Tapi yang berbeda hanya pada cara orang mendapatkan buku.
Terhubung
Era digital memungkinkan semua orang terhubung. Dari ujung Sumatera hingga ujung Papua. Terhubung dan tidak ada satu pun sekat yang menghalangi.
Pada saat semua orang terhubung, di sinilah peluang besar untuk menjual buku secara langsung kepada para pembaca.
Penerbit buku yang dulunya harus melalui distributor untuk menjual buku, kini bisa lebih berhemat dalam jalur distribusi.
Dari penerbit langsung ke pembaca. Tidak perlu lagi distributor. Tidak perlu lagi toko buku. Tidak heran di banyak tempat, space buku di berbagai toko buku mulai berkurang.
Di sinilah peluang emas pada bisnis self publishing. Para penulis saat ini tidak harus melalui penerbit mainstream untuk menerbitkan buku dan menjualnya.
Dia bisa menulis, menerbitkan dan menjual bukunya sendiri. Karena peluang pasar buku ada di depan mata. Self publisher tidak perlu lagi mencetak buku dalam jumlah yang besar lalu menitipkan di distributor dengan cara yang ribet.
Cukup menerbitkan dengan oplah ratusan bahkan mungkin hanya puluhan. Seorang penulis bisa langsung menjual kepada para pembaca.
Soal cara menjual saya kira banyak sekali. Sekarang banyak platform. Mulai dari bisnis start-up seperti bukalapak, shoope hingga media sosial seperti Instagram, Facebook yang sangat ramah pada aktivitas jual beli online.
Terlebih, jika Anda adalah penulis yang sudah memiliki intuisi pasar yang jelas maka peluang self publishing terbuka lebar.
Mari menulis, menerbitkan dan menjual buku sendiri. Selamat mencoba!
(Miftachul Huda, Direktur Penerbit Samudra Biru)