Minyak Ikan Bandeng (Chanos chanos Forskal)

Samudrabiru – Indonesia merupakan negara yang memiliki wilayah perairan yang luas dan hanya seperlima saja yang merupakan daratan. Wilayah laut yang sangat luas tersebut mengandung sumber daya alam (perikanan) yang sangat berlimpah tetapi belum dikembangkan secara optimal. Perairan laut indonesia memiliki banyak jenis ikan sekitar 3.000 jenis ikan (Bahar, 2004). Ikan juga berfungsi sebagai sumber dari protein, lemak, mineral dan vitamin. Salah satunya jens ikan yang berpotensi adalah ikan bandeng.

 

Ikan bandeng (Chanos chanos Forskal) merupakan salah satu ikan budidaya yang digemari oleh masyarakat, sehingga menjadi salah satu komoditas budidaya unggulan. Sehingga, ikan bandeng memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai bahan baku untuk produk olahan yang lebih bervariasi. Ikan bandeng dapat hidup di air tawar dan air laut sehingga sering disebut ikan air payau (Susanto, 2010).

Dewasa ini, telah banyak hasil-hasil penelitian yang mengenai kandungan-kandungan yang terdapat dalam ikan bandeng. Dimana tidak hanya ikan bandeng mengandung protein, lemak, abu (mineral), lemak/minyak dan vitamin, melainkan juga dalam lemak/minyak ikan bandeng mengandung asam lemak omega-3, omega-6 dan omega-9 yang termasuk dalam asam lemak esensial.

Asam lemak esensial itu sendiri adalah asam lemak tak jenuh yang dibutuhkan oleh tubuh namun tubuh tidak dapat mensistensis asam lemak tersebut. Sehingga, untuk memperolehnya kita perlu untuk memperolehnya/mengambilnya dari sumber makanan/minuman yang mengandung zat-zat tersebut. Contoh sumber makanan/minuman yang mengandung asam lemak esensial yaitu dari telur, kacang-kacangan, produk susu, ikan dan lain-lain. Salah satu jenis ikan yang mengandung asam lemak esensial yaitu ikan bandeng. Dimana menurut Agustini et al. (2010) dan Sumartini dkk. (2004), ikan Bandeng segar mengandung minyak omega-3 sebesar 19,56%; omega-6 sebesar 7,47%; dan omega-9 sebesar 19,24%.

Minyak ikan merupakan sumber asam lemak rantai panjang tak jenuh (PUFA). Eikosapentaenoat (EPA) dan dokosaheksaenoat (DHA), asam lemak ini sangat menarik karena dilaporkan memiliki aktivitas fisiologi yang bermanfaat (Alkio et al. 2000) misalnya dapat menurunkan resiko penyakit kardiovaskular (Pike dan Jackson 2010). Minyak ikan yang berasal dari ikan laut merupakan salah satu sumber yang kaya akan asam lemak omega-3. Secara komersial minyak ikan yang diproduksi tersedia dalam bentuk kapsul. Ekstraksi minyak ikan adalah salah satu untuk mendapatkan minyak atau lemak. Cara ekstraksi yang biasa dilakukan ada lima macam yaitu rendering basah, rendering kering, hidrolisis, silase asam dan ekstraksi pelarut (Ketaren, 1983 dalam Astawan, 1998).

Ekstraksi minyak ikan digunakan untuk membantu pertumbuhan tulang belakang dan perkembangan syarat pusat. Di inggris, Prancis, Jerman dan Belanda menggunakan minyak ikan kod yang berguna untuk membantu pertumbuhan tulang belakang dan berbagai penyakit tersebut yang dapat disembuhkan karena minyak ikan mengandung AUFA khususnya lemak omega-3 (Deflille dan Barlon, 1997 dalam Astawan, 1998).

Buku ini merupakan acuan pembelajaran yang dapat digunakan peserta didik jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan pada mata kuliah Biokimia dan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. Buku ini disusun berdasarkan silabus Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Edisi 2012 dan diharapkan dapat menjadi acuan dalam penyusunan SKKNI terkait mata kuliah tersebut. Dengan mempelajari seluruh isi modul dan melaksanakan praktikum diharapkan peserta didik dapat menjelaskan pengertian minyak ikan, struktur kimia minyak ikan, dan metode pembuatan minyak ikan, penjernihan minyak ikan serta Standar Mutu Minyak Ikan, mikroenkapsulan minyak ikan, profil lemak tak jenuh minyak ikan bandeng.

Judul Buku : Minyak Ikan Bandeng (Chanos chanos Forskal)

Penulis : Rahmawati Saleh,  Ir. Nurlaeli Fattah, M.Si. dan Sahriawati

Penerbit : Samudra Biru

Cetakan : I Januari 2019

Dimensi : x + 72 hlm. ; 17,5 x 25 cm.