HATI DAN JIWA YANG TENANG Capaian Spritual Tertinggi, Hidup Mulia, Matipun Mulia

Buku yang menggambarkan secara gamblang dan komprehensif pemahaman secara umum dan khusus tentang arti dan makna ‘’Hati dan Jiwa Yang Tenang”

Allah Itu Maha Segalanya

Pakdhe Mitro mengawali cerita dengan hal yang menarik yaitu Pakdhe Mitro sungguh sangat memimpikan agar dalam hidup dan kehidupan yang dia alami dapat berjalan sesuai dengan aturan Allah SWT dan Rasulullah Muhammad SAW, dengan begitu diharapkan segala yang dialami dalam
hidup dan kehidupan akan berjalan dengan baik dan soft. Dan tentunya kita semua berharap jika pada saatnya nanti kita menghadap Allah dan benar-benar menghadap Allah akan menghadap dalam keadaan khusnul khatimah. Butir butir yang diurai oleh Pakdhe Mitro dalam 7 bagian dan
23 bab diharapkan dapat menjawab : ‘’Hati dan Jiwa Yang Tenang’’ itu seperti apa, sehingga dengan memiliki hati dan jiwa yang tenang itu dapat dikategorikan sebagai capaian spiritual tertinggi dalam wujud yang terakhir berupa ridho Allah SWT. InsyaAllah.

Dimulai dengan sadar sesadar-sadarnya bahwa Allahu Akbar, Allah Maha Besar, Kita ini kecil. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, kita ini banyak salah dan khilaf dan hanya Allah Yang Maha Suci, Subhanallah. Dengan kesadaran tersebut, maka hadapkanlah wajah ke Allah, pasrahlah kepada Allah dan patuhlah kepada Allah. Kita menyadari bersama bahwa kita, saya sebagai muslim dan saya bukan masuk golongan kaum musyrikin, maka harus kita tanamkan dalam diri dan hati kita bahwa sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah Tuhan Semesta Alam. Selain Allah Maha Besar, segala puji hanya bagi Allah dan Yang Maha Suci hanya Allah dan tidak ada satupun yang menyerupai NYA, maka konsekuensi dari itu semua adalah bahwa ketika ada perintah Allah dan Rasul NYA, harus kita sikapi dengan istiqomah saya dengar saya taat dengan hati yang bersih, karena ketenangan hati itu ada di hati orang beriman dan kita harus paham bahwa sumber ketenangan
hanya dari Allah.

Dalam diri kita ada segumpal daging, jika daging itu baik, baiklah kita, jika daging itu buruk, buruklah kita, daging itu adalah hati, jagalah hatimu agar tetap putih, jangan kotori dengan berprasangka buruk kepada Allah, selalulah kontak dengan Allah, artinya kamu hidup, karena ketika kita tiada
kontak dengan Allah, kamu sesungguhnya telah mati, walau kamu masih bernyawa. Baca dan maknai syahadat dan dirikanlah sholat, karena sholat itu mi’rajnya kaum mukminin, juga jangan lupakan
zakat, puasa dan haji. Kesempurnaan hidup akan ditandai dengan adanya penyebutan oleh Allah kepada kita: Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan goal ultimate kita adalah:
Masuklah ke dalam surga-Ku, dan mari kita raih ridho Allah, karena ridho Allah adalah nikmat tertinggi dan segalanya. Dan ini merupakan capaian spiritual tertinggi, hidup mulya, matipun mulya.

Sungguh Pakdhe Mitro telah menggambarkan secara gamblang dan komprehensif pemahaman secara umum dan khusus tentang arti dan makna ‘’Hati dan Jiwa Yang Tenang – Capaian Spiritual Tertinggi, Hidup Mulya, Matipun Mulya’’ termasuk hal-hal yang tersirat paling dalam keterkaitannya
satu hal dengan hal lain.

Dapatkan Bukunya Sekarang Juga!

DAFTAR ISI

Daftar Isi 1
Daftar Isi 2
Daftar Isi 3

Spesifikasi Buku

Cetakan I, Oktober 2023;  158 hlm, ukuran 14 x 20 cm, kertas isi Bookpaper hitam putih, kertas cover ivory 230 gram full colour, jilid lem panas (soft cover) dan shrink bungkus plastik.

Harga Buku

Sebelum melakukan pembayaran, cek ketersediaan stock kepada admin. Jika buku out of stock pengiriman membutuhkan waktu – 3 hari setelah pembayaran.

Rp100.000

Rp 83,700

Tentang Penulis

H. Sumitro, SE., Ak., MM., CA., CFrA., QIA

Penulis telah bekerja dan mengabdi di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), hampir seluruh Nusantara pernah dijelajahinya, mulai Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Lampung, Jakarta, Maluku, Kalimantan Barat, Jakarta, Jawa Tengah, Jakarta lagi, Jawa Timur,
Papua Barat, Kalimantan Selatan, Jakarta dan Lampung. Dia pekerja keras di kantornya, di mana dia mengabdi yaitu di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) tercinta, sejak Anggota tim audit, Ketua tim, Kepala Seksi, Pengendali Teknis, Kepala Bidang, Kepala Sub Direktorat, Kepala Bagian, Kepala Bidang lagi, dan akhirnya mendapat amanah menjadi seorang Kepala Perwakilan BPKP, Kepala Pusat, Direktur dan
Kepala Perwakilan lagi. Sampai dengan saat mendapat amanah sebagai Kepala Perwakilan BPKP, sebagai Ka Puslitbangwas, Direktur tiga kali dan masih banyak lainnya