Di Tepi Keusaian (Kumpulan Puisi: dari Aku yang Berkata Sunyi)

Samudrabiru – Kehidupan menawarkan beragam hal yang dapat dijadikan objek bagi para penulis untuk berkarya. Begitu pula para penyair. Salah satu karya sastra yang menjadikan kehidupan sebagai objek, yakni puisi sehingga antara penyair dan puisi tak lekang waktu. 

Mereka hadir untuk mengungkapkan segala hal yang terjadi, baik persona maupun subjek yang lain. Lalu, diungkapkannya penuh kejujuran. Bahkan tentang dirinya sendiri. Melalui puisi juga para penyair mencoba mengungkapkan segala sesuatu yang belum dapat diindrai orang lain. 

Yang sudah terjadi, sedang terjadi, dan akan terjadi. Puluhan puisi yang dirangkai dalam kumpulan puisi “Di Tepi Keusaian” ini hadir sebagai bentuk luapan jiwa atas apa yang terjadi dan apa yang dialami. Setiap larik menyirat golakan jiwa, entah nyata atau fiktif saja. 

“Di Tepi Keusaian” menjadi karya anak-anak pulau yang terkandung ajakan, baik bagi penulis maupun pembaca. Di Tepi Keusaian, dengan himpunan puisi yang berbeda-beda mengguratkan perspektif penulis yang berbeda pula sebagai ekspresi pada pijaknya. 

Apakah itu religi, pendidikan, politik–hukum–sosial–budaya, serta cinta dan persahabatan. Semua diramu melalui bahasa yang sederhana, walaupun masih platonis. 

Namun, dalam kesederhanaan itu, penulis seakan bertamu harap walau dalam sunyi. Mengajak untuk berbuat, jangan henti. Maka banyak pesan coba dititip dalam puisi Di Tepi Keusaian ini.

Akhirnya, semoga karya-karya ini menjadi ‘titik muara’ awal mekarnya putik estetik pada waktu esok lagi, serta bermanfaat. Aamiin.

Judul Buku : Di Tepi Keusaian (Kumpulan Puisi: dari Aku yang Berkata Sunyi)
Penulis : Tim Penulis
Penerbit : Samudra Biru
Cetakan : I Februari 2018
Dimensi : xii + 81 hlm, 14,8 x 21 cm
Harga : Rp