
Samudrabiru – Ekologi memiliki perkembangan yang berangsur-angsur sepanjang sejarah. Namun sejarah perkembangannya kurang begitu jelas. Sekitar tahun 1990, ekologi diakui sebagai ilmu dan berkembang terus dengan cepat. Apalagi di saat dunia sangat peka dengan masalah lingkungan dalam mengadakan dan memelihara mutu peradaban manusia.
Ekologi merupakan cabang ilmu yang mendasarinya dan selalu berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Jika dipelajari dengan cermat bahwa sejak lahir dan sampai hayatnya manusia pada hakikatnya terlibat dengan lingkungan. Dengan arti kata bahwa manusia itu tidak akan pernah dapat memisahkan diri dari lingkungannya, manusia selalu akan membutuhkan lingkungannya. Hal ini dapat dipelajari dari sejarah bahwa masyarakat yang primitive untuk hidupnya harus mengenal lingkungannya terlebih dahulu, yaitu mengenal tenaga-tenaga alam, tumbuh-tumbuhan serta binatang di sekitarnya. Peradaban sebenarnya sudah ada sejak manusia mulai mempelajari cara menggunakan api dan alat-alat lain untuk mengubah lingkungannya.
Semakin hari semakin dirasakan oleh manusia untuk harus lebih mengenal lingkungannya, apalagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang sangat pesat, pola penduduk dunia yang berubah, begitu pula berkembangnya kekuatan manusia untuk mengubah lingkungannya. Dengan merenungkan munculnya masalah-masalah lingkungan karena pembangunan yang mengabaikan ekologi yang mendapatkan keuntungan jangka pendek guna memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri yang jumlahnya semakin hari semakin banyak telah menyebutkan peranan ekosistem semakin menonjol.
Menurut Zoer’aini, definisi ekologi merupakan salah satu cabang biologi, yaitu ilmu pengetahuan tentang hubungan antara organisme dan lingkungannya atau ilmu yang mempelajari pengaruh faktor lingkungan terhadap jasad hidup. Ada juga yang mengatakan bahwa ekologi adalah suatu ilmu yang mencoba mempelajari hubungan antara tumbuhan, binatang dan manusia dengan lingkungannya di mana mereka hidup, bagaimana kehidupannnya dan mengapa mereka ada di situ. Ekologi berasal dari Bahasa Yunani “oikos” (rumah atau tempat hidup ) dan “logos” yang berarti ilmu. Secara harfiah, ekologi adalah pengkajian hubungan organisme-organisme atau kelompok organisme terhadap lingkungannya. Ekologi hanya mempelajari apa yang ada dan apa yang terjadi di alam dengan tidak melakukan percobaan. Pokok utama ekologi adalah mencari pengertian bagaimana fungsi organisme di dunia.
Dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat berbagai organisme hidup di sekitar kita baik tumbuhan, hewan, mikroorganisme dan masih banyak lagi makhluk hidup yang lain. Jika diperhatikan maka dalam hidupnya, organisme akan selalu berinteraksi dengan lingkungannya baik lingkungan yang sifatnya hidup (biotis) ataupun lingkungan yang tidak hidup (abiotis).
Interaksi yang dimaksud adalah hubungan timbal balik artinya bahwa organisme dalam hidupnya dipengaruhi oleh lingkungan, demikian pula lingkungan dalam keseimbangannya di alam sangat dipengaruhi oleh organisme. Hubungan organisme dengan lingkungan inilah yang disebut ekologi.
Ekosistem perairan pesisir di Indonesia merupakan kawasan yang akhir-akhir ini mendapat perhatian cukup besar dalam berbagai kebijaksanaan dan perencanaan pembangunan di Indonesia. Wilayah ini kaya dan memiliki beragam sumber daya alam yang telah dimanfaatkan sebagai sumber bahan makanan utama, khususnya protein hewani. Selain memiliki potensi yang besar, beragamnya aktivitas manusia di wilayah pesisir menyebabkan daerah ini merupakan wilayah yang paling mudah terkena dampak pesisir, karena adanya masukan limbah yang terus bertambah.
Oleh karena itu, air sebagai salah satu sumber kebutuhan penting dan utama sehingga kebutuhan air yang sangat krusial untuk kehidupan makhluk hidup, membuat kualitas dari perairan sungai tersebut harus dijaga dan dilakukan kontrol untuk mengetahuinya. Secara umum kontrol kualitas fisik dan kimia air lebih sering dilakukan. Hal itu dikarenakan begitu praktis, mudah dan cepat akan tetapi hanya mampu menginterpretasikan kondisi perairan di saat pengukuran saja.
Proses pemahamani biomonitoring dari berbagai sumber dengan memperhatikan kesesuaian dengan kebutuhan prodi, menghasilkan buku ajar yang terdiri dari 5 bab, yaitu Dasar-dasar ekologi, Bioindikator, Peran bio-indikator dalam penilaian kualitas lingkungan, Pemantauan lingkungan dan pemantauan ekologi, dan Ekosistem dan prediksi perubahannya. Materi di dalam buku ini cukup rumit dan asing tetapi sangat menarik dengan contoh dan ilustrasi yang disajikan.
Dengan tersusunnya buku ini, mahasiswa lebih mudah memahami pencemaran dan atau kerusakan lingkungan dengan mengamati perubahan organisme di lingkungan tersebut.
Judul Buku : Biomonitoring Lingkungan
Penulis : Ayu Pramita
Penerbit : Samudra Biru
Cetakan : I November 2018
Dimensi : viii + 91 hlm. ; 17,5 x 25 cm.
Harga : Rp