Nafas Sang Pekat Mengukir Cerita-1

Samudrabiru – Pegunungan yang tinggi mencakar langit akan jadi runtuh seketika kala kun fa yakun telah diucapkan-Nya. Seorang pejabat akan merosot tahtanya karena kehendak-Nya. Tiada mustahil bagi Allah untuk apa saja.

Oleh karena itu, tiada guna bila kita menyombongkan diri dalam kepunyaan harta kita, ketampanan atau kecantikan wajah kita, kesempurnaan akal kita, bahkan kedigdayaan kita sekalipun di dunia yang fana ini, kesombongan hanyalah milik Illahi Rabbi. Ia yang Maha Perkasa, Maha Indah, Maha Mulia di atas kemuliaan, dan Maha Segala-Nya.

Shalawat beriring salam, semoga senantiasa tersanjungkan pada suri tauladan kita, Rasulullah Muhammad saw. beliau yang telah memperjuangkan kebenaran walau kedhaliman terus melintang di hadapan-Nya. Walau caci-maki tak henti-henti ia terima, namun Ia tetap teguh bagai batu karang di tengah samudra, walau tiada henti ombak menerjang, ia tetap tegak berdiri penuh asa yang berkobar. 

Beliau adalah panutan kita yang akan memberi syafaat kelak di yaumil qiyamah, manakala tiap-tiap manusia berhamburan mengharap pertolongan.
Para pembaca yang budiman.

Perlu diketahui bahwa novel ini merupakan novel yang diambil dari kisah nyata kehidupan penulis itu sendiri, wajar apabila dalam penulisan masih terdapat kata yang kurang sempurna, sebab selain novel ini adalah karya awal dari sang penulis, ia juga masih dalam tahap belajar dan tentunya masih membutuhkan bimbingan dari para pembaca yang setia.

Penulis berpesan pada keseluruhan pembaca. Penulis berharap buku ini jangan pernah dijadikan sebagai sumber belas-kasih. Penulis juga tidak mengharap materi dengan karya tulis yang mampu penulis cetuskan. Penulis berharap kehadiran buku ini dapat menjadi bahan motivasi jika ada pelajaran yang berarti di dalamnya.

Penulis yakin, manusia tak ada yang sempurna, begitu pula dalam berkarya tulis. Allah lebih faham apa yang patut didapat oleh hamba-hamba-Nya, perlu digarisbawahi novel ini menceritakan sosok tunanetra yang ingin menjadi

kebanggaan untuk ayah ibu serta saudara-saudaranya.
Ia tak menganggap keterbatasan yang diberikan Allah padanya, adalah kelemahan yang akan membuatnya terpuruk.

Justru dengan hilangnya indra yang amat berharga adalah sebuah kasih sayang Ilahi yang melindungi dirinya dari lumpur dosa yang selalu ada di sepanjang masa. Ia mempunyai referensi surat Abasa yang menceritakan tentang
Abdullah Ibnu Umi Ma’tum yang juga seorang yang buta.

Pesan kedua untuk keseluruhan pembaca, yakinlah, kebahagiaan seseorang ialah ia yang senantiasa berupaya mencari ridho Allah SWT dalam hidupnya, serta mencari dan tetap mencari kelemahan dirinya.

Sahabatku, Keindahan mahkota dunia itu sebenarnya tak akan pernah tampak kalau kita tak pernah tahu akan keadaan diri kita yang menikmatinya. Pasti semua akan terasa hambar. Tiada kata indah. Sekalipun ia telah tertidur lelap dalam apartemen yang mewah.

Di akhir kata pengantar ini, saya mengajak kepada semua kerabat untuk menjalani hidup dengan karya dan terus berkarya. Jangan sampai kita pergi meninggalkan dunia fana ini tanpa sesuatu yang bermakna dan dicontoh penerus kita. Jadikanlah hidupmu adalah kenangan bagi bangsa penerusmu.
Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Judul Buku : Nafas Sang Pekat Mengukir Cerita-1
Penulis : Nabiel Ghali Azumi
Penerbit : Samudra Biru
Cetakan : I Oktober 2015
Dimensi : x + 130 hlm, 14 x 20 cm
Harga : Rp