Birokrat Move on: Catatan Harian Seorang Birokrat

Samudrabiru – Hampir saja catatan harian ini masuk laci meja. Hal ini dikarenakan belum ada penerbit yang tertarik menerbitkan karya ini. Hingga suatu waktu ada dua pemerintah daerah yang berkenan memesan masing-masing 200 eksemplar dan 100 eksemplar ditambah teman pendidikan dan pelatikan pemimpin (Diklatpim) III yang memesan 50 buku.

Walaupun sudah dipesan, saya masih berpikir apakah karya ini layak terbit. Karena tulisan-tulisan di dalam buku ini pada dasarnya adalah catatan harian. Catatan harian ini muncul dari pikiran dan ide yang senantiasa menyala setiap hari. 

Ide harian itu kemudian saya ungkapkan dalam tulisan-tulisan pendek. Harapannya, agar saya tidak lupa dan melatih kepekaan melukiskan anugerah Tuhan yang hilir-mudik dalam keseharian.

Di tengah kondisi itu, seorang pegawai yang memesan buku sering menanyakan kapan buku ini terbit. Karena buku ini dapat dijadikan salah satu literatur atau bahan rujukan aparatur daerah untuk bekerja dan berkinerja lebih baik lagi.

Berdasarkan dorongan itu, saya pun kembali ke barak menulis di tengah kesibukan yang semakin menyita waktu. Bagi saya, hari-hari yang kita lalui senantiasa mengajarkan banyak hal. Artinya, sangat banyak hal baru yang kadang kita acuhkan begitu saja. 

Guna mengetahui apa hal baru ini, maka menuliskan catatan harian menjadi sebuah keniscayaan. Catatan harian akan menjadi jejak langkah kita dalam mengarungi kehidupan. Ia juga menjadi semacam cermin hidup bagi kehidupan yang lebih baik.

Buku ini adalah buku pertama dari dua buku. Buku pertama saya beri judul Birokrat Move On, Catatan Harian Seorang Birokrat, buku kedua masih dalam proses pencarian judul yang pas. Namun, artikel-artikelnya sudah cukup lengkap.

Pemecahan menjadi dua buku ini berdasarkan usulan seorang pembaca yang sempat memberi komentar atas draf akhir buku ini. Harapannya buku semakin praktis dan nyaman untuk dibaca dan dinikmati.

Lebih lanjut, catatan-catatan kecil yang saya tulis di sini, muncul ketika saya berkunjung ke pelbagai daerah atas undangan beberapa Pemerintah Daerah. Kunjungan ke daerah tidak hanya menjadi salah satu liburan gratis. Namun, saya dapat belajar banyak hal dari orang-orang daerah yang begitu tulus menjadi abdi negara dan pelayan masyarakat.

Catatan harian ini pun lahir dari apa yang saya alami setiap hari, baik di kantor, rumah, ataupun perjalanan. Ide-ide ringan setiap saat yang muncul saya catat dalam telephone genggam saya dan kemudian saya tulis secara singkat dan padat.

Melalui aktivitas ini, saya mendapatkan banyak manfaat. Selain memperpanjang ingatan dan agar tidak mudah pikun, ternyata catatan-catatan itu dapat bermanfaat bagi saya pribadi dan juga orang lain kelak. Tulisan ini menjadi semacam cermin pribadi untuk saya. 

Ketika sedang dalam keadaan yang tidak menyenangkan saya kembali membuka lembaran-lembaran dalam buku ini. Bagi saya, buku ini semacam pengingat atau alarm kehidupan. Maka dari itu, saya harus senantiasa berbuat lebih baik lagi dalam mengarungi samudera luas kehidupan.

Lebih lanjut, kebiasaan menuliskan dalam sebuah catatan pun mengilhami diri kita untuk senantiasa bangkit, ketika kelelahan, kepenatan, dan kegagalan hadir menyapa. Ia bahkan seperti obor yang menyalakan dan memantik semangat untuk senantiasa berkarya setiap saat. Pasalnya, anugerah dari Tuhan ini sayang untuk dilewatkan begitu saja. Kehidupan merupakan anugerah besar dari Yang Maha Kasih. 

Tidak semua manusia mendapat kesempatan untuk menikmati hidup. Bagaimana pun keadaan kita hari ini, sudah selayaknya tidak menghalangi diri kita untuk mensyukuri dengan hal-hal yang positif.

Saya menganggap apa yang telah diberikan Tuhan saat ini sangatlah berlimpah. Kelimpahan itu pun ingin saya bagi kepada orang lain. Salah satunya melalui tulisan-tulisan ringan ini.

Meskipun buku ini dikelompokkan dalam beberapa bagian, namun demikian buku ini tidak perlu dibaca secara berurutan. Pembagian buku saya mengelompokkan untuk memudahkan pemahaman bagi para pembaca. Meskipun buku ini telah diupayakan ditulis dengan sebaik mungkin. Namun penilaian akhir tetap berada di tangan pembaca.

Apalagi sebagaimana saya sebutkan di depan, buku ini adalah catatan harian ketika mendapat undangan ke berbagai kota di Indonesia sejak Mei 2012 hingga saat ini. Naskah buku ini hadir di perjalanan dari Jakarta ke Manado, Jakarta ke Denpasar, Badung dan Tabanan. Dan Jakarta ke Padang, Pariaman, Solok dan Sawahlunto di Sumatera Barat.

Sebagai sebuah catatan harian, pasti ada catatan yang berulang dan alurnya tidak runtut. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya jika tulisan-tulisan ini kurang sesuai dengan harapan pembaca.

Semoga tulisan ini dapat menginspirasi pembaca untuk senantiasa memandang positif setiap kejadian dalam kehidupan. kehidupan sangat sayang jika kita sesali dan tangisi. Kehidupan akan lebih bermakna ketika kita mampu mewarnainya dengan lukisan-lukisan perjalanan waktu yang tidak hanya bermanfaat bagi diri kita sendiri namun juga bagi orang lain.

Judul Buku : Birokrat Move On Catatan Harian Seorang Birokrat
Penulis : Adrinal Tanjung
Penerbit : Samudra Biru dan Meilfa Media Publishing
Cetakan : I Oktober 2013
Dimensi : xxvi + 142 hlm, 14 x 21 cm
Harga : Rp