Beringharjo: Festival Menertawakan Modernisasi

Samudrabiru – Siapa yang tidak tahu Pasar Beringharjo? Pasar yang terletak di kota Yogyakarta ini sudah sangat terkenal keberadaanya. Pasar ini berbeda dengan pasar-pasar tradisional lainnya, kita tak hanya dapat menemui pedagang sayuran dan sembako melainkan kita dapat menemui pedagang yang mejual baju, kerudung, sepatu, tas, kerajinan khas kota Jogja, dan lain sebagainya. Harga yang dipatok oleh sebagian besar pedagang juga relatif murah. 

Pasar ini pun sudah direnovasi sedemikian rupa agar pengunjung merasa nyaman selama berbelanja. Tidak perlu takut merasa gerah dan capek saat menaiki tangga, Pasar Beringharjo telah dilengkapi dengan AC dan
escalator.

Para wisatawan domestik maupun manca negara biasanya memasukan Pasar Beringharjo pada list tempat-tempat yang akan mereka datangi selama berkunjung ke kota Jogja. Biasanya mereka memburu barang-barang untuk dijadikan oleh-oleh maupun dijadikan barang dagangan yang nantinya akan dijual kembali saat mereka kembali ke kota asal.

Pasar Beringharjo tampaknya tak pernah sepi pengunjung. Setiap hari ada saja orang yang datang untuk berbelanja ataupun hanya sekedar melihat-lihat. Promosi besar-besaran dilakukan pedangan pasar guna menarik perhatian pengunjung. Mulai dari mematok harga rendah pada dagangan mereka sampai menyapa pengunjung dengan kalimat-kalimat lucu seperti “Cari apa mbak? Semuanya ada, pacar juga ada”.

Letak kios yang saling berdekatan dan barang dagangan yang mayoritas serupa membuat pedagang berinisiatif untuk membuat atau melakukan sesuatu agar pengunjung melirik kios mereka. Meskipun begitu, persaingan antar pedagang yang sangat terlihat yaitu persaingan harga. Para pedagang berlomba-lomba menjual dagangan mereka dengan harga yang murah.

Ada harga, ada rupa. Ya, peribahasa tersebut mungkin pantas digunakan untuk barang-barang yang dijajakan di Pasar Beringharjo. Para pedangang bersaing dalam harga untuk menarik minat pengunjung. Bahkan sebagian besar kios menuliskan besar-besar harga barang yang mereka jual seperti “KERUDUNG PASHMINA 30.000”. 

Strategi ini bisa dibilang berhasil, kios yang menjual banyak barang dengan harga murah terlihat lebih ramai dibanding dengan kios-kios yang tidak menggunakan strategi tersebut. Namun jika dilihat lebih detail, barang-barang yang dijajakan dengan harga murah, kualitasnya pun relatif rendah. Seperti di kios kerudung “Raja Murah”.

Dari namanya saja sudah mempromosikan bahwa kios ini menjual barang dengan sangat murah, jika dilihat sekilas kios ini tampak ramai dipenuhi pengunjung. Kios ini mematok harga paling murah yaitu Rp.15.000,00 untuk kerudung pashmina monokrom, namun jika diperhatikan bahan kerudung yang dijual tidak terlalu bagus.

Hal ini nampaknya tidak mengurangi minat para pembeli. Pemandangan berbeda terlihat di kios kerudung “Amanah”. Kios ini terlihat sepi dari pengunjung walau barang yang dijual tidak kalah banyak macamnya, bahkan bahan yang digunakan cukup bagus dan tebal. Ini terjadi karena harga yang di tawarkan kios ini lebih mahal yaitu Rp.45.000,00 untuk kerudung pashmina.

Kasus lain terjadi pada kios tas di lantai 1 dan di lantai 2. Kios tas di lantai 1 menjual berbagai macam tas dengan harga yang bisa dibilang sangat murah yaitu Rp.65.000,00 untuk tas KIPLING mini, sedangkan di kios lantai 2 menjual tas yang sama dengan harga Rp.130.000. Lagi-lagi hal yang membedakan harga kedua tas tersebut adalah bahan yang digunakan. Pedagang tas di lantai 1 menggunakan bahan yang kalah bagus bila dibandingkan dengan pedangang dilantai 2, selain itu jahitan tas yang dijual di lantai 2 terlihat lebih rapi. 

Namun seakan buta akan hal itu, pedagang tas di lantai 1 lebih ramai pembeli dibanding pedagang tas di laintai 2. Fenomena tersebut cukup mencengangkan dimana sebagian besar pedagang lebih mengutamakan bagaimana dapat menjual barang dengan harga murah tanpa menghiraukan kualitas bahan yang digunakan pada dagangan mereka. 

Para pembeli pun seakan tersihir dengan harga yang dipatok tanpa melihat bagaimana kualitas barang yang dijual. Persaingan ketat antar pedangang juga merupakan faktor yang “memaksa” mereka memutar otak bagaimana dapat menjual barang dalam jumlah besar setiap harinya.

Faktor lain yang mempengaruhi fenomena tersebut adalah rendahnya penghasilan masyarakat Indonesia. Tak dapat dipungkiri bahwa penghasilan rata-rata masyarakat Indonesia masih terbilang rendah, hal ini berdampak pada orientasi mereka dalam berbelanja. Kebanyakan dari mereka memilih barang karena harganya yang murah bukan karena kualitasnya yang baik. Bahkan beberapa dari mereka tidak memikirkan kenyamanan barang tersebut saat digunakan. 

Yang penting harganya murah, itu sudah cukup bagi mereka. Hal yang sama terjadi pada orang-orang yang berbelanja untuk dijual kembali. Biasanya mereka memborong barang yang murah lalu menjual kembali dengan harga yang tinggi. Sebagian dari mereka tidak memperhatikan kualitasnya, yang terpenting ialah bermodal sekecil-kecilnya dan mendapat untung sebesar-besarnya. 

Walau tak semua orang seperti itu namun pada kenyataannya inilah yang banyak terjadi di pasaran. Hal-hal seperti ini yang membuat pedagang yang menomor satu kan kualitas jarang dilirik oleh pembeli dan pada akhirnya pedangan seperti ini akan hilang sedangkan peda gang yang menggunakan strategi “murah tapi murahan” akan menjamur di pasaran.

Pedagang pasar tidak bisa disalahkan dalam hal ini. Mereka hanya mencari nafkah dengan berjualan mengikuti situasi pasar dan pembeli. Seharusnya pembelilah yang cermat dalam berbelanja. Apabila pembeli lebih mengutamakan kualitas walau dengan harga yang sedikit mahal, maka pedagang akan mengikuti hal tersebut.

Pedagang akan berani menjual barang dengan kualitas baik dan menomor dua kan harga. Dengan demikian, reputasi Pasar Beringharjo pun kian baik di mata wisatawan. Walaupun hanya sekedar pasar tradisional namun kualitas barang yang d jual tidak kalah dengan kualitas barang di toko-toko besar.

Judul Buku : Beringharjo: Festival Menertawakan
Modernisasi
Penulis : Tim Penulis
Penerbit : Samudra Biru
Cetakan : I November 2016
Dimensi : vi + 144 hlm, 14.8 x 21 cm
Harga : Rp