“Aksara yang Bertutur” Jilid 2 adalah kisah tentang keberanian hati, luka yang disembunyikan, serta cinta yang tak selalu mudah diucapkan. Buku ini adalah lanjutan dari semangat literasi pelajar MA Muhammadiyah Purbolinggo yang terus berkobar, mempersembahkan cerita-cerita yang lahir dari ruang kelas, pengalaman hidup, hingga bisikan emosi terdalam remaja.
Dibuka dengan cerita “Ketika Suara Itu Didengar”, pembaca langsung diajak masuk ke dunia Noel—remaja pendiam yang menyimpan suara-suara gelap di pikirannya. Ia kemudian bertemu Zara, teman yang mengubah hidupnya. Dari situ, cerita-cerita lain menyusul dengan kekuatan yang tak kalah besar. Ada Aira si anak nakal yang perlahan ingin berubah, Anaya yang kehilangan kasih sayang ibu, hingga Zerry yang belajar menerima kepergian ayah dan hadirnya sosok baru dalam keluarga.
Buku ini tak hanya berisi narasi, tetapi juga refleksi kehidupan yang sangat relevan: tentang menjadi diri sendiri, menghadapi trauma keluarga, kegagalan nilai, cinta yang dilarang, hingga perjuangan mengejar impian di tengah kekacauan. Setiap cerpen membawa pembaca pada perenungan: bahwa tiap anak muda punya luka, dan tiap luka bisa menjadi cerita yang menyembuhkan—bukan hanya untuk penulisnya, tetapi juga untuk siapa pun yang membacanya.
Dibalut dengan gaya bahasa yang sederhana namun menyentuh, buku ini menjadi bukti bahwa literasi bukan hanya tentang seberapa banyak kata yang tertulis, tapi seberapa dalam makna yang dibisikkan. Buku ini layaknya cermin bagi pembaca muda—dan pengingat bagi pembaca dewasa—bahwa masa remaja adalah fase yang tak pernah bisa diremehkan perasaannya.
“Aksara yang Bertutur” Jilid 2 adalah kumpulan kisah yang mungkin terasa biasa—tapi justru di sanalah letak keajaibannya. Karena kisah-kisah yang paling nyata adalah yang paling dekat dengan kita. Bacalah, dan temukan bagian dari dirimu di antara lembar-lembar kisah ini.