Tips Mudah Menulis Buku

Samudrabiru – Apa benar menulis itu gampang? Ya. Buktinya, saya sudah menulis tiga buku. Puluhan artikel yang dimuat di koran dan berpuluh-puluh lainnya yang tidak dimuat, hehehe…

Tiga buku mungkin tidak seberapa. Sebab sudah banyak yang menulis hingga puluhan buku. Penerbit Samudra Biru kemarin menerbitkan buku karya Yunus Hanis Syam. Orangnya kocak banget, selalu tertawa kalau bertemu. Bahkan kalau baru bertemu dengannya tidak akan menyangka dia sudah menulis 45 buku!

Penulis buku juga manusia. Minumnya air putih dari sumur di belakang rumah. Nasinya dimasak dari padi yang ditanam di sawah. Tidurnya juga di kasur yang (mungkin) sudah kempes.

Lalu apa hebatnya? Sedang Anda mungkin minumnya air mineral dalam galon yang dibeli seharga Rp 11.500. Nasinya dari beras impor yang (mungkin) ditanam di atas gedung pencakar langit, sebab tidak ada sawah. Tidurnya mungkin di kasur empuk dan lebar seperti kasurnya Pak Beye.

Anda yang sudah membaca bukunya Wisnu Nugroho, wartawan Kompas berjudul Pak Beye dan Istananya (2010), barangkali akan terdecak kagum melihat kasurnya Pak Beye. Lebar, resik dan untuk memindahkannya saja butuh empat orang berbadan gede untuk memanggulnya.

Apakah Anda tidur di kasur seperti kasurnya Pak Beye? Lha kalau iya, mestinya lebih hebat dong dengan para penulis yang tidurnya di kasur yang sudah kempis. Waduh, maaf lho malah nglantur sampai ke kasur, hehe…

Saya hanya ingin menekankan bahwa siapa saja sebenarnya bisa menulis. Kuncinya adalah kemauan dan kerja keras. Orang yang hidupnya apa adanya saja bisa nulis, masak Anda yang lebih mapan dan beruntung tidak bisa menulis. Nah, bagaimana menurut Anda?

Bagi yang sudah bisa menulis atau setidaknya pernah menulis mungkin tidak akan kesulitan untuk memulai menulis. Tapi buat mereka yang belum pernah menulis sama sekali, mungkin bingung ketika ingin memulai menulis. Untuk yang satu ini, saya sarankan untuk menulis apa saja dan mulailah sekarang juga.

Karena kuncinya agar bisa menulis adalah, ya memulai untuk menulis. Peganglah pulpen dan sediakan kertas, dan mulailah coretkan apa yang ada di kepala Anda. Atau hidupkan komputer Anda dan tulis apa yang sedang ada di kepala Anda.

Sering saya ditanya oleh teman, bagaimana caranya bisa nulis di koran atau bisa nulis buku? Jawab saya selalu, ya tulis aja. Terus kalau udah jadi dikirim lah ke koran yang Anda tuju. Karena kalau tidak segera memulai, ya tidak jadi-jadi dan gak akan pernah lahir tulisan dari tangan Anda. Tul, nggak?

Bebas-Merdeka
Maka siasat yang bisa saya bagikan adalah mulailah dari sikap bebas dan merdeka. Ya bebas-merdeka, seperti judul lagunya Steven and the Coconut Treez yang beraliran reggae.

Menulislah secara bebas, tentang apa saja. Biarkan kata demi kata mengalir. Jangan hakimi tentang kalimat yang Anda buat sendiri. Wah, kok jelek ya, kok tidak bagus kayak tulisannya Goenawan Muhammad, apa bisa ini nanti dimuat di koran, paham gak ya nanti orang membaca tulisan saya?

Buang jauh-jauh pertanyaan-pertanyaan yang menghakimi seperti itu. Bebaskan pikiran Anda dari ketakutan-ketakutan bahwa tulisan Anda jelek. Kalau Anda berhasil mengusir ketakutan-ketakutan semacam itu, Anda akan merasa nikmat karena memperoleh kemerdekaan yang sesungguhnya.

Metode yang membebaskan diri seperti ini dalam tulis menulis dinamakan sebagai teknik freewriting atau fastwriting. Renungkan kata-kata Hernowo dalam bukunya Main-Main dengan Teks berikut ini :

Menulis menjadi mudah bagi saya apabila, pada saat awal menulis, saya memiliki kebebasan mutlak. Memang, orang lain boleh saja menentukan topik untuk saya tulis. Namun, kendali pertama untuk menuliskannya haruslah ada di tangan saya…… Sungguh, saya sering bertemu dengan hal-hal “ajaib” begitu saya mulai memijit tombol-tombol huruf di keyboard komputer saya secara sangat-sangat bebas.

Saya tidak usah bertele-tele untuk berteori. Cobalah praktikkan sekarang juga. Sekali lagi, tulislah apa saja. Misalnya Anda bisa me-review buku ini. Tak usah banyak-banyak. Empat sampai lima halaman. 

Kalau sudah jadi, jangan dibiarkan review itu menjadi file yang tidak berguna. Cetaklah, dan kirim ke koran untuk rubrik resensi. Lho, kok jadi promosi ya, hehehe……

Tapi benar lho, menulis resensi (timbangan) buku itu bisa jadi hobi yang menarik. Dan tentu, bisa jadi awal pembelajaran yang baik untuk menulis. Kenapa? Kalau Anda menulis opini misalnya, idenya mungkin masih berserakan. 

Ada yang sudah di kepala, ada yang masih di buku yang belum Anda baca, bahkan ada yang masih di kepala orang lain yang belum ditulis, hihihi…. Lha kalau menunggu itu, kapan jadinya?

Sedang kalau menulis resensi, idenya tidak ada dimana-mana, karena idenya ya ada di dalam buku itu. Anda cuma me-review saja. Semacam menulis ulang dengan bahasa Anda sendiri. Dibumbui dengan penilaian Anda terhadap buku itu. 

Menulis resensi tidak hanya mudah, tapi bisa juga menguntungkan. Kalau dimuat di koran bisa dapat royalti. Lumayan lo untuk pemasukan tambahan. Malah biasanya bisa dapat bonus buku dari penerbitnya atau bahkan royalti tambahan.

Menulis resensi tidak perlu takut macet. Karena idenya sudah ada dalam buku itu. Tapi kalau Anda macet di tengah jalan, gak perlu repot dorong seperti kalau macet di jalan tol. Kalau macet, tinggalkan saja dulu. 

Ditinggal jalan-jalan, tidur, baca buku, nonton tv, pokoknya apa saja yang bisa membuat anda relaks. Tapi sambil diingat-ingat sampai mana tulisannya. Ketika kondisi Anda relaks, niscaya secara “ajaib” Anda akan menemukan jalan keluar. Supaya tidak gampang hilang, tulislah di selembar kertas atau di ponsel Anda. Lalu ketika memulai untuk menulis lagi, buka catatan itu.

Teknik bebas-merdeka dalam menulis sungguh bisa sangat ampuh. Bagi Anda para penulis mungkin telah merasakan keampuhannya. Karena teknik ini benar-benar bisa membuat orang bisa menulis dengan super cepat. 

Beberapa waktu lalu saya pernah bertemu dengan Mustofa W. Hasyim, penyair dan sastrawan dari Jogja. Beliau sudah menulis puluhan buku. Cerpennya berjudul Hanum, pernah dimuat di cerita berseri koran Republika. Beliau sering didapuk untuk membacakan puisi pada acara maiyahan Kiai Kanjeng, sebuah pentas seni yang melegenda garapan Emha Ainun Najib.

Mirip cerita tentang Prof. Simuh yang telah disinggung di awal, perkataannya (maaf) sering cepat, diseret-seret dengan kata mendengung sehingga sulit dimengerti. Bagi Anda yang pernah bertemu dengan beliau pasti tersenyum lebar, karena paham betul dengan deskripsi saya tadi. 

Tapi karya dan kemampuannya menulis super dahsyat. Nah, ketika bertemu dengannya, saya sempat meminta naskah untuk diterbitkan. 

Dia spontan malah balik bertanya :
“Kapan? Tiga hari, empat hari, satu minggu?.”
“Ha ha ha ha…., “ saya malah terbahak-bahak bercampur kagum dan heran mendengar jawabannya.

Ya, sastrawan yang satu ini memang sudah mempunyai kemampuan menulis cepat. Konon, dia selalu menyiapkan semacam outline untuk cerpen atau novel. Jika ada yang memesan atau dia sendiri ingin menulis, outline itu siap ditulis dalam kecepatan ‘kilat.’ Tidak percaya? Anda bisa saya kenalkan kepada beliau.

Sebagai penulis, saya sebenarnya tidak heran-heran amat dengan kemampuan Pak Mus menulis cepat. Saya juga pernah menulis cepat, walaupun tidak secepat beliau. 

Ketika menulis buku berjudul, Meraih Sukses dengan Menjadi Aktivis Kampus (Leutika, 2009) saya merampungkan naskah itu dalam waktu dua minggu. Dengan tebal sekitar 100 halaman kuarto 1,5 spasi saya tulis semua yang ada di kepala saya dengan bebas dan merdeka. 

Bahkan mungkin bisa lebih cepat dari dua minggu ketika ditulis tanpa disambi kegiatan yang lain.

Sudah dulu ya, berbagi pengalaman tulis menulisnya. Karena buku ini sebenarnya bukan sebagai panduan menulis. Buku semacam itu sudah banjir di toko buku. 

Anda bisa mudah memperolehnya di toko dan belajar secara lebih luas dari buku-buku itu. Karena berjudul self publishing, buku ini semacam panduan bagi Anda untuk menerbitkan, mencetak dan menjual hingga uangnya masuk kantong Anda sendiri. Hayo, belum pernah kan lihat buku semacam ini? Penasaran? Jadi, jangan buru-buru meletakkan buku ini di rak, ayo kita baca lagi bagian selanjutnya. (Seperti dikutip dalam salah satu bab dalam buku Self Publishing Kupas Tuntas Rahasia Menerbitkan Buku Sendiri)***