Strategi Pembelajaran Aktif Abad 21 dan HOTS

Samudrabiru – Setelah pembahasan yang cukup alot, akhirnya tanggal 27 Mei 2013 DPR menyetujui Kurikulum 2013 yang secara resmi akan diberlakukan pada tanggal 15 Juli 2013. Anggaran kurikulum yang pada awalnya 2,4 trilyun menjadi Rp 829 milyar. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memangkas habis jumlah sekolah sasaran kurikulum 2013 baik jenjang Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Awalnya pihak kementerian menetapkan sekitar 32.295 sekolah tapi kemudian dikurangi menjadi 6.410 sekolah dan saat ini berkurang lagi menjadi 6.325 sekolah. Sekolah yang diprioritaskan menjadi sasaran pelaksanaan kurikulum 2013 adalah sekolah eks RSBI dan yang terakreditasi A yang dinilai memiliki SDM dan infrastuktur yang memadai. Walau demikian, ke depan kurikulum 2013 harus bisa diimplementasikan untuk semua sekolah.

Kurikulum 2013 diimplementasikan secara bertahap dan terbatas. Bertahap maksudnya dilaksanakan pada kelas-kelas tertentu pada setiap jenjang melaksanakan kurikulum 2013. Dan terbatas maksudnya sekolah sasarannya terbatas. Pada tahun ini kurikulum 2013 diimplementasikan pada Kelas I dan IV SD, kelas VII SMP, dan kelas X SMA/SMK. Tahun 2015 ditargetkan semua sekolah memberlakukan kurikulum 2013.

Pengembangan kurikulum diperlukan untuk menyikapi berbagai tantangan baik internal maupun eskternal. Tantangan internal meliputi pemenuhan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan (SNP) khususnya yang berkaitan dengan Standar Isi, Standar Proses, Standar Kompetensi Kelulusan, dan Standar Penilaian Pendidikan. Keempat standar tersebut terkait dengan kurikulum. Sementara keempat SNP lainnya seperti; standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar pengelolaan, standar sarana dan prasarana, dan standar penilaian pendidikan saat ini juga tengah ditingkatkan melalui program-program lain. Bonus demografi Indonesia dimana pada tahun 2020-2035 Indonesia akan memiliki penduduk yang berusia produktif juga perlu mendapatkan perhatian khususnya mempersiapkan pendidikan yang berkualitas bagi generasi masa depan Indonesia.

Tantangan eksternal antara lain, perkembangan IPTEK, globalisasi, hasil survei lembaga-lembaga internasional tentang kualitas pendidikan Indonesia yang masih rendah menjadikan kita harus terus berbenah diri supaya Indonesia bisa bersaing, tidak terus tertinggal dengan bangsa-bangsa lain. Keikutsertaan Indonesia di dalam studi International TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) dan PISA (Program for International Student Assessment) sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA yang hanya menduduki peringkat empat besar dari bawah. Penyebab capaian yang rendah ini antara lain adalah karena banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak terdapat di kurikulum Indonesia.

Pada kurikulum 2013 dikenal Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar. Kompetensi Inti merupakan kompetensi yang mengikat berbagai Kompetensi Dasar ke dalam aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus dimiliki peserta didik untuk setiap kelas melalui pembelajaran Kompetensi Dasar yang diorganisasikan dalam pembelajaran tematik integrative dengan pendekatan pembelajaran siswa aktif. Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas.

Kurikulum SD/MI menggunakan pendekatan pembelajaran tematik integratif dari kelas I sampai kelas VI. Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan. Tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar secara parsial.

Mengingat waktu yang sangat sempit, pasca persetujuan ini, Kemdikbud tampaknya harus bekerja ekstra keras untuk mempersiapkan implementasinya. Hal yang sangat mendesak adalah pelatihan guru dan penyiapan buku pegangan guru dan siswa. Pelaksanaan pelatihan guru yang yang direncanakan berjalan sejak April terbengkalai karena alotnya pembahasan anggaran kurikulum 2013. Guru yang dilatih pun harus diprioritaskan adalah guru di kelas yang akan melaksanakan kurikulum 2013 seperti guru kelas I, IV, VII, dan X.

Saat ini tahun pelajaran baru sudah di depan mata. Dari pada terus mempersoalkan urgensi dan relevansi perubahan kurikulum yang telah banyak menguras banyak energi dan waktu, lebih baik para pendidik menyiapkan diri untuk melaksanakannya. Kita berpikir positif saja kepada Kemdikbud bahwa hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Ketika ada kekurangan dalam implementasinya, mari bersama-sama mencari jalan keluarnya supaya kurikulum baru ini bisa berjalan sesuai dengan harapan.

Buku ini merupakan kumpulan tulisan yang membahas berbagai sisi dari kurikulum 2013, baik dari sisi kebijakan maupun implementasinya di sekolah yang diwarnai dengan berbagai dinamika, seperti dalam hal penyusunan silabus dan RPP, pelaksanaan model-model pembelajaran, penerapan pendekatan saintifik, penilaian otentik, integrasi literasi dan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), pembelajaran abad 21 (4C), pembelajaran dan penilaian hasil belajar yang bercirikan Higher Order Thinking Skills (HOTS), hingga relevansinya dengan era revolusi industri 4.0 yang saat ini banyak menjadi bahan diskusi para praktisi dan pemerhati pendidikan.

Judu : Strategi Pembelajaran Aktif Abad 21 dan HOTS

Penulis : Idris Apandi, M.Pd. dan Mukhamad Ariep Baehaqi, M.Pd.

Penerbit : Samudra Biru, Cetakan I, Desember 2018

Dimensi : viii + 164 hlm. ; 16 x 24 cm.

Harga : Rp