
Samudrabiru – Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Beda dengan teori behavioristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus dan respon, sedangkan teori kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya.
Pengetahuan tidak bisa ditransfer dari guru kepada orang lain, karena setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa yang diketahuinya. Pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif dimana terjadi proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu keseimbangan sehingga terbentuk suatu skema yang baru.
Model Konstruktivisme telah mendapatkan perhatian yang besar di kalangan peneliti pendidikan sains pada masa akhir-akhir ini. Model ini memiliki masa depan yang menjanjikan dalam bidang pendidikan sains. Model ini merupakan pengembangan dari teori perkembangan kognitif Piaget. Model konstruktivisme tidak hanya cocok untuk pendidikan sains, tetapi juga dapat berdayaguna dalam Pendidikan Agama Islam.
Fokus pendekatan konstruktivisme bukan pada rasionalitas, tetapi pada pemahaman. Inilah alasan utama mengapa konstruktivisme dengan cepat dapat menggantikan teori perkembangan kognitif sebagai dasar dalam penelitian dan praktek pendidikan. Daya tarik dan model konstruktivisme ini adalah pada kesederhanaannya.
Teori konstruktivisme juga mempunyai pemahaman tentang belajar yang lebih menekankan pada proses daripada hasil. Hasil belajar sebagai tujuan dinilai penting, tetapi proses yang melibatkan cara dan strategi dalam belajar juga dinilai penting.
Dalam proses belajar, hasil belajar, cara belajar, dan strategi belajar akan mempengaruhi perkembangan tata pikir dan skema berpikir seseorang. Sebagai upaya memperoleh pemahaman atau pengetahuan siswa mengkonstruksi atau membangun pemahamannya terhadap fenomena yang ditemui dengan menggunakan pengalaman, struktur kognitif, dan keyakinan yang dimiliki.
Dengan demikian, belajar menurut teori konstruktivisme bukanlah sekadar menghafal, akan tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil pemberian dari orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu.
Pengetahuan hasil dari pemberian tidak akan bermakna. Adapun pengetahuan yang diperoleh melalui proses mengkonstruksi pengetahuan itu oleh setiap individu akan memberikan makna mendalam atau lebih dikuasai dan lebih lama tersimpan atau diingat dalam setiap individu.
Buku ini sendiri disusun dengan harapan agar dapat membantu mahasiswa dalam memperkaya materi perkuliahan Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk mahasiswa Tarbiyah dan guru Bidang Studi Pendidikan Agama Islam.
Buku Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ini penting untuk para guru dan calon guru bidang studi Pendidikan Agama Islam, bertujuan untuk meningkatkan wawasan dan keterampilan dalam penggunaan variasi metode pembelajaran. Melalui inovasi pembelajaran dan variasi metode mengajar, maka pembelajaran Pendidikan Agama Islam tidak akan menjenuhkan dan mudah difahami oleh siswa.
Pentingnya inovasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam, karena kebanyakan materi pendidikan agama adalah konsep yang abstrak. Maka perlu inovasi dalam strategi menjelaskan konsep agama yang abstrak tersebut melalui pendekatan konstruktivistik. Oleh karena itu, buku ini menyajikan berbagai model pembelajaran yang bisa dipakai untuk mengajarkan Materi Pendidikan Agama Islam untuk semua jenjang pendidikan. Selain itu, dalam buku ini juga dilengkapi dengan contoh RPP yang dapat digunakan sebagai acuan untuk mengelola pembelajaran bidang studi Pendidikan Agama Islam.
Judul : Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Penulis : Dr. Akif Khilmiyah
Penerbit : Samudra Biru, Cetakan I, Januari 2019
Dimensi : viii + 277 hlm. ; 16 x 24 cm.
Harga : Rp