Buku yang ada di hadapan pembaca ini merupakan buah karya penulis. Entah mengapa minat menulis tentang pendidikan kesetaraan selalu terpatri dalam hati. Interaksi penulis dengan rekan-rekan seperjuangan di layanan pendidikan kesetaraan merupakan inspirasi yang menggerakkan penulis untuk mengkaji pendidikan kesetaraan dan menuangkannya dalam sebuah buku. Kelahiran buku ini tak lepas dari langkah inspiratif para warga belajar yang gigih menempuh pendidikan kesetaraan di tengah berbagai kendala. Buku ini juga menawarkan solusi model penugasan mandiri yang dapat membangkitkan daya juang warga belajar untuk menampilkan performansi terbaik dalam proses belajar di PKBM.

Secara fokus, buku ini mengkaji mengenai strategi dan aplikasi penugasan mandiri (independent task) di PKBM untuk meningkatkan layanan. Strategi ini merupakan bagian dari proses memberikan motivasi pada warga belajar untuk mampu belajar secara mandiri demi meraih pengetahuan yang bermanfaat
bagi diri dan lingkaran sosial di sekitarnya. Penugasan mandiri dalam buku ini akan dikupas dari segi teori dan praktik. Buku ini menampilkan profil tentang penugasan mandiri yang efektif, mudah direspon, dan praktis untuk diaplikasikan pada warga belajar. Melalui penugasan mandiri diharapkan warga belajar dan tutor akan mengalami proses pembelajaran yang dinamis dan fleksibel.

Strategi dan aplikasi penugasan mandiri yang ditawarkan oleh buku ini juga akan menuai berbagai manfaat dalam optimalisasi dan peningkatan kualitasn layanan pada pendidikan kesetaraan. Penugasan mandiri dengan strategi yang tepat akan mampu menstimulasi warga belajar untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses belajar mengajar. Sehingga, penugasan mandiri yang terstruktur dan terkonsep dengan baik merupakan bagian penting dalam kesuksesan pendidikan non formal.

Pendidikan kesetaraan sebagai bagian dari pendidikan non formal merupakan bagian penting yang sering luput dari perhatian kita. Padahal, pendidikan kesetaraan merupakan penyangga kekuatan kesejahteraan dalam masyarakat. Pendidikan kesetaraan yang berkualitas akan mampu menumbuhkan literasi di akar rumput. Dan, literasi yang baik di level akar rumput dapat memantikkan daya masyarakat untuk meraih sejahtera. Pendidikan keseteraan yang berkualitas dengan demikian menjadi senjata yang ampuh untuk mengatasi kemiskinan, termasuk problem dan permasalahan sosial.

Sayangnya, pendidikan kesetaraan masih dipandang sebelah mata. Sehingga, pelaksanaannya pun masih ala kadarnya dan masih jauh dari kata optimal. Meski demikian, yang membahagiakan adalah fakta bahwa pendidikan kesetaraan mulai banyak diperhatikan oleh beberapa kalangan, termasuk pemerintah. Angin segar ini tak boleh disiakan begitu saja. Praktisi pendidikan kesetaraan harus memandang hal ini sebagai sebuah kesempatan emas. Oleh karena itu, pendidikan kesetaraan harus diselenggarakan secara maksimal dalam keterbatasan yang tak terelakkan. Mengapa dikatakan memiliki keterbatasan? Sebab warga belajar yang notabene berusia di luar usia sekolah formal juga memiliki kegiatan. Tidak jarang warga belajar merupakan tulang punggung keluarga yang harus bekerja. Sehingga, mereka memiliki keterbatasan waktu untuk belajar dan datang di PKBM sebagai lokus penyelenggaraan pendidikan setara.