Ragam Bioakivitas Kombinasi Tanaman Kelor : Ekstraksi, Fitokimia, dan Antibakterinya

Pengembangan kombinasi tanaman terhadap bakteri merupakan pengembangan yang berasal dari bahan alam yang sangat bermanfaat sebagai agen atibakteri

Bagaimana Pemanfaatan saat ini?

Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat telah ada sejak zaman prasejarah manusia. Pada tahun 2001, para peneliti telah mengidentifikasi bahwa 122 senyawa yang digunakan di dunia kedokteran modern merupakan turunan dari senyawa tumbuhan yang sudah digunakan sejak zaman prasejarah. Begitu banyak obat-obatan yang tersedia saat ini merupakan turunan dari pengobatan herbal, seperti aspirin yang terbuat dari kayu pohon dedalu, juga digitalis, quinine, dan opium. WHO memperkirakan bahwa 80 persen warga di benua Asia dan Afrika memanfaatkan pengobatan herbal untuk beberapa aspek perawatan kesehatan. Amerika Serikat dan Eropa memiliki ketergantungan yang lebih sedikit, tetapi memperlihatkan kecenderungan meningkat sejak efektivitas beberapa tumbuhan obat telah teruji secara ilmiah dan terpublikasikan. 

Pada tahun 2011, total tumbuhan obat yang diperdagangkan di seluruh dunia mencapai nilai lebih 2.2 miliar USD. Sejak zaman prasejarah, rempah-rempah pada awalnya digunakan sebagai bumbu penyedap makanan, tetapi perlahan diketahui memiliki beragam manfaat. Terutama rempah-rempah yang memiliki kemampuan antimikroba sehingga dapat mengawetkan makanan. Cara ini diperkirakan berawal di wilayah tropis di mana makanan tidak bisa diawetkan karena faktor iklim. Berbeda dengan wilayah iklim sedang yang memiliki musim dingin sehingga makanan dapat diawetkan secara temperatur rendah1. Indonesia mempunyai kekayaan hayati (tanaman) yang sangat besar. Di negeri khatulistiwa ini tumbuh sebagian besar tanaman berkhasiat obat dan perawatan kesehatan. Peneliti LIPI Andria Agusta Pada 26 Mei 2015 mengabarkan, dari 40.000 tanaman obat di dunia, hampir 30.000 terdapat di indonesia. Dan sekitar 7.500 diantaranya telah dimanfaaatkan untuk pengobatan. Bahkan tak hanya untuk obat atau perawatan kesehatan. Beragam tanaman itu juga dimanfaatkan untuk kosmetik atau perawatan kecantikan. Tanaman berkhasiat sebagai perawatan kesehatan dan obat pada awalnya diperkenalkan oleh nenek moyang secara turun temurun. Penggunaanya dimulai secara tradisional dan kian berkembang setelah semakin banyak orang mengenal dan merasakan khasiatnya2. Indonesia banyak menggunakan cara tradisional secara kultur daerah untuk menyehatkan tubuh.

Pemanfaatan tanaman obat keluarga disetiap provinsi cukup tinggi. Makanya di era Covid-19, ketika orang tidak bisa pergi kemana-mana, orang-orang dapat membuat sendiri tanaman obat/ramuan secara hidroponik atau menggunakan tempat-tempat kecil di sekitar rumah.” Pemanfaatan obat tradisional di era pandemi Covid-19 sangat bermanfaat sebagai pencegahan yaitu untuk meningkatkan daya tahan tubuh, atau sebagai pelengkap (komplemen) obat konvesional yang diberikan pada pasien Covid-19 sehingga daya tahan tubuh seseorang menjadi semakin bagus”, jelas dr. Ina Rosalina. Pemanfaatan obat tradisional ini juga dapat sebagai imunomodulator (tanaman obat yang mengandung zat aktif seperti jahe merah, temulawak, kunyit, meniran, empon-empon), mengurangi gejala Covid-19 (batuk pilek memakai rimpang kencur, sakit kepala memakai bawang putih, sulit tidur memakai biji pala, dan mual muntah memakai jahe), mengatasi faktor komorbid Covid-19 (tekanan darah tinggi memakai seledri juga bawang putih, diabetes memakai daun salam juga sambiloto, obesitas memakai daun jati belanda juga daun ceremai). 

Di era modern saat ini minat baru pada penelitian tentang tanaman obat alami sebagai obat alternatif berlaku karena perkembangan yang melambat pada agen antimikroba baru selama dekade terakhir dan tingginya kejadian resistensi antimikroba. Selain itu, sepertiga populasi dunia tidak memiliki akses reguler ke obat-obatan vital dan angka ini meningkat hingga lebih dari 50% dari bagian termiskin di Afrika dan Asia. Penggunaan tanaman obat yang belum dimanfaatkan ini, yang berlimpah sumber daya, mudah diakses, terjangkau dan lebih aman untuk digunakan dalam hal efek samping dibandingkan dengan obat sintetis, dapat sangat bermanfaat untuk pengembangan terapi antibiotik baru terhadap bakteri resisten obat. Banyaknya laporan kasus baru mengenai infeksi bakteri yang sulit diobati dengan antibiotik, membuat banyak peneliti maupun profesional medis melakukan penelitian untuk mencari alternatif baru pengobatan infeksi bakteri resisten. Resistensi bakteri terhadap antibiotik terus meningkatkan kekhawatiran serius secara global. Pengaruh resistensi antibiotik memberi pengaruh yang besar terhadap efektivitas pengobatan. Dalam beberapa dekade terakhir, sebagian besar bakteri patogen menjadi lebih resisten terhadap beberapa antibiotik dan ini merupakan ancaman utama bagi kesehatan manusia, terutama pasien yang mengalami penurunan kekebalan tubuh. Tidak hanya kelompok bakteri Gram positif, tetapi juga beberapa spesies bakteri Gram negatif telah dilaporkan resisten terhadap beberapa antibiotika. Bakteri Gram negatif merupakan agen penyebab masalah kesehatan masyarakat utama. Agen bakteri Gram negatif, termasuk golongan enterobacteriaceae (Escherichia coli, Klebsiella sp, Salmonella sp., Shigella sp., dan Enterobacter sp.) dan beberapa spesies lainnya seperti Pseudomonas aeruginosa, Neisseria sp., Vibrio cholera, dan lainnya memberikan beberapa infeksi pada manusia, seperti gastroenteristis, infeksi saluran kemih, dan penyakit infeksi lainnya.

Penelitian saat ini cenderung mencari agen alternatif sebagai antibakteri baru untuk pengobatan. Banyak penelitian yang membuktikan bahwa kandungan senyawa pada tanaman (ekstrak
tanaman) berpotensi sebagai agen antibakteri. Tumbuhan sebagai agen obat memiliki potensi untuk antimikroba dan antioksidan, dengan beragam molekul yang dapat melindungi tubuh manusia
dari patogen dan oksidasi sel. Hal ini erat kaitannya dengan senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam tanaman tersebut.

Dapatkan Bukunya Sekarang Juga!

DAFTAR ISI

Daftar Isi 1
Daftar Isi 2

Spesifikasi Buku

Cetakan I Desember 2022;  206hlm, ukuran 15,5 x 23 cm, kertas isi HVS 70 gram hitam putih, kertas cover ivory 230 gram full colour, jilid lem panas (soft cover) dan shrink bungkus plastik.

Harga Buku

Sebelum melakukan pembayaran, cek ketersediaan stock kepada admin. Jika buku out of stock pengiriman membutuhkan waktu – 3 hari setelah pembayaran.

Rp171.300

Rp123.100

Tentang Penulis

Baiq Ayu Aprilia Mustariani, M.Si

dosen tetap Tadris Kimia FTK UIN Mataram dengan bidang keilmuan kimia organik. Lahir di Desa Darmaji Kecamatan Kopang Kabupaten Lombok Tengah pada tanggal 9 April 1984. Menyelesaikan studi sarjana Pendidikan Kimia di FKIP Universitas Mataram tahun 2007 dan menyelesaikan studi magister kimia melalui beasiswa Departemen Agama di Institut Pertanian Pertanian Bogor (IPB) tahun 2011. Memulai karir sebagai science teacher di Nusa Alam School setelah menyelesaikan pascasarjananya dan pernah mengajar pada prodi Farmasi di salah satu sekolah vokasi kesehatan yaitu Politeknik Medica Farma Husada Mataram NTB. Kimia organik dan bahan alam merupakan spesifikasi bidang fokus penelitian penulis. Disamping sebagai dosen tetap, penulis aktif juga menjadi salah satu anggota pengelola jurnal Kimia SPIN yang merupakan jurnal program studi Tadris Kimia FTK UIN Mataram.