Pesan-Pesan dari Langit

buku ini berisi pesan-pesan kebaikan yang dapat kita ambil hikmahnya

Puncak Ketenangan

Setiap tahunnya, saya yakin bulan Ramadan akan selalu memiliki spektrum warna yang indah bahkan ketika yang kau punya hanyalah kisah sewarna sepia yang gelap dan menyesakkan dada. Saya meyakini itu lantaran kemuliaan Ramadan yang secara ajaib selalu bisa menunaskan harapan di hati siapa pun bahkan yang tengah berduka sekalipun.
Seperti buku yang diberi judul Pesan-Pesan dari Langit ini, saya sudah bisa membayangkan akan banyak menerima cerita yang menggugah, hangat, juga penuh romansa dalam balutan makna juga hikmah. Dan itu terbukti. Dua puluh kisah yang terangkum dalam buku ini menampilkan dimensi-dimensi Ramadan mulai dari sosial keagamaan, budaya, spiritualitas, kesehatan, juga kemanusiaan.
Kisah Pedas Manis Ramadan di Jogja dengan asyik menggambarkan perbedaan suasana Ramadan juga perbedaan praktik peribadatan (tarawih) yang dialami penulisnya sebelum dan sesudah beliau merantau ke Yogyakarta. Kisah ini mewakili dimensi sosial keagamaan kala Ramadan yang begitu banyak terjadi di negara yang ditakdirkan penuh dengan keragaman ini. Pada dimensi kemanusiaan, Ramadan selalu menjadi bulan bermekarannya kuncup-kuncup kepedulian untuk memperkuat solidaritas sosial. Kisah Mendung di Langit Ramadan, Menerima dan Memaafkan, Ramadan di Tanah Rantau, Puasa Ramadan Bersama Emakku serta Diriku Pahlawan Bagiku ada dalam dimensi kemanusiaan yang sangat menyentuh hati. Rasa peduli, welas asih, saling menghargai dalam perbedaan, saling merangkul dan membuka hati untuk memaafkan sebagai sesama manusia tercermin jelas dalam kisah-kisah itu.
Pada dimensi kesehatan, telah banyak peneliti yang mengkaji hubungan juga manfaat puasa bagi kesehatan. Dan sepotong kisah Pesan Dari Langit menjadi salah satu yang membuktikan itu. Kita seringkali berpikir puasa hanya soal tidak makan dan minum di siang hari. Padahal, pada puasa terdapat banyak sekali pesan dari langit, yang salah satunya adalah pesan pengendalian diri terhadap asupan sebagai sebuah cara menuju terciptanya keseimbangan seluruh sistem di dalam tubuh.
Paling banyak kisah-kisah di dalam buku ini menyentuh dimensi spiritualitas. Cerita Antar Jemput Matahari, Ramadan Ketiga Tanpa Mama, Ketika Bintang Meninggalkan Langit, dan Sepotong Ingatan Tentang Ibu ialah kisah-kisah beraroma kenangan yang kental akan makna dan hikmah. Sedangkan Warung Sembako Milik Bapak merupakan kisah yang sangat reflektif dan akan menumbuhkan pemaknaan baru perihal ego dan cita-cita.
Pit Stop Keberkahan, Petualangan Mencari Kisah Ramadan, Belajar Dari Nenek dan Membangun Kepercayaan Diri Dalam Keterbatasan adalah kisah-kisah sederhana namun terasa sangat bertenaga dalam memulas makna Ramadan yang mulia.
Hati saya berkalung haru membaca keseluruhan kisah yang ditulis oleh sebagian mahasiswa, para wanita karir hingga seorang purnabakti ASN yang saripati kehidupan telah begitu banyak beliau kecap hingga relung terdalamnya. Nilai-nilai kebaikan terhampar pada setiap kisah yang mereka tuliskan. Dan nilai-nilai itu, sejatinya merupakan pesan-pesan dari langit. Pesan-pesan yang seringkali terabaikan. Namun, dengan kelembutan hati, pesan-pesan itu akan terdengar meski di dalam hening dan akan terlihat meski di dalam gelap.

Dapatkan Bukunya Sekarang Juga!

DAFTAR ISI

Daftar Isi 1
Daftar Isi 2
Daftar Isi 3

Spesifikasi Buku

Cetakan I, April 2024;  162 hlm, ukuran 14 x 20 cm, kertas isi HVS hitam putih, kertas cover ivory 230 gram full colour, jilid lem panas (soft cover) dan shrink bungkus plastik.

Harga Buku

Sebelum melakukan pembayaran, cek ketersediaan stock kepada admin. Jika buku out of stock pengiriman membutuhkan waktu – 3 hari setelah pembayaran.

Rp 150.000

Rp 84,400

Tentang Penulis

H. Sumitro, SE., Ak., MM., CA., CFrA., QIA, dkk

Penulis telah bekerja dan mengabdi di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), hampir seluruh Nusantara pernah dijelajahinya, mulai Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Lampung, Jakarta, Maluku, Kalimantan Barat, Jakarta, Jawa Tengah, Jakarta lagi, Jawa Timur,
Papua Barat, Kalimantan Selatan, Jakarta dan Lampung. Dia pekerja keras di kantornya, di mana dia mengabdi yaitu di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) tercinta, sejak Anggota tim audit, Ketua tim, Kepala Seksi, Pengendali Teknis, Kepala Bidang, Kepala Sub Direktorat, Kepala Bagian, Kepala Bidang lagi, dan akhirnya mendapat amanah menjadi seorang Kepala Perwakilan BPKP, Kepala Pusat, Direktur dan
Kepala Perwakilan lagi. Sampai dengan saat mendapat amanah sebagai Kepala Perwakilan BPKP, sebagai Ka Puslitbangwas, Direktur tiga kali dan masih banyak lainnya