PEJUANG 2 GARIS Berjuang untuk Berserah

Buku ini membantu memberikan konstribusi dalam gerakan pertanian organik, sehingga semua potensi alami yang ada di sekitar pertanaman dapat dimanfaatkan secara maksimal.

Yang Berjuang

Beberapa waktu lalu istilah childfree—dipicu dari keputusan pasangan yang menikah tanpa menginginkan memiliki anak—membuat publik heboh. Ada yang pro, banyak juga yang kontra. Rupanya, fenomena ini sedang tren. Menurut data statistik US Census Bureau, pasangan yang hidup tanpa anak berkisar pada usia 18—35 tahun. Pada tahun 1967, 23,9 persen dalam kelompok rentang usia 25—34 tahun memutuskan tidak memiliki anak sendiri. Pada tahun 2016, persentasenya meningkat dua kali lipat lebih menjadi 61,5 persen1. Ini menunjukkan kecenderungan peningkatan “pasangan hidup tanpa anak” pada awal-awal usia produktif.

Konon tren untuk tidak memiliki anak ini memiliki berbagai macam latar belakang: alasan medis, mental, finansial, masalah karier, maupun sekadar alasan badan yang akan melar dan bayangan kerepotan saat mengasuh anak. Aih, memiliki anak memang merepotkan!

Namun, kehadiran buah hati selalu saja dinanti oleh banyak pasangan. Di kanal Youtube banyak beredar video-video yang mengabadikan kegembiraan ayah, ibu, orang tua, mertua, calon kakak-kakak mereka, dan keluarga besar saat memperoleh kabar kehamilan putri atau saudaranya (ketik saja Pregnancy Announcement, ada banyak video kompilasi di sana). Apalagi bagi pasangan yang telah lama mendambakan hadirnya seorang anak. Bahkan, mereka membuat semacam perayaan kejutan untuk mengumumkan kehamilan atau jenis kelamin anak mereka. Kehadiran seorang bayi bisa jadi memang merepotkan, tetapi juga sangat diidamkan.

Dahulu, ada satu lakon drama lama di televisi yang dipentaskan oleh salah satu teater terkenal dari Yogya—seingat saya namanya Teater Muslim. Drama ini berkisah tentang sebuah keluarga muda yang mendambakan keturunan. Sejak awal pernikahan mereka telah memiliki banyak mimpi dan rencana tentang kehadiran buah hati. Bahkan, sudah menyiapkan bajubaju, boneka, dan mainan yang diletakkan di lemari khusus bayi. Setahun … dua tahun … lima tahun berselang, mereka masih menunggu. Tak putus harapan. Baju dan boneka masih di lemari, menunggu bakal bayi datang untuk mengenakannya dan bermain aneka mainan. Memasuki usia penikahan ke-15, keduanya mulai menyadari kenyataan, tetapi tak kehilangan kasih sayang. Setidaknya, keduanya tetap saling mengasihi, saling menguatkan. Saya tidak ingat akhir cerita itu, entah keduanya tetap berdua dalam kesendirian atau ada keajaiban dari Tuhan seperti yang pernah Dia lakukan pada keluarga Imran dan Zakaria, yaitu memperoleh keturunan pada usia senja.

Dapatkan Bukunya Sekarang Juga!

DAFTAR ISI

Daftar Isi 1
Daftar Isi 2

Spesifikasi Buku

Cetakan I Mei ;  250 hlm, ukuran 14 x 20 cm, kertas isi HVS 75 gram, hitam putih, kertas cover ivory 230 gram full colour, jilid lem panas (soft cover) dan shrink bungkus plastik.

Harga Buku

Sebelum melakukan pembayaran, cek ketersediaan stock kepada admin. Jika buku out of stock pengiriman membutuhkan waktu – 3 hari setelah pembayaran.

Rp 120.000

Rp 105,300

Tentang Penulis

Ayahulan, dkk

nama pena Lukmanul Hakim yang dalam kesehariannya biasa dipanggil “Pakde”. Pakde Lukman menikah dengan Bude Noor sejak tiga windu lalu. Usia pernikahan perak tahun ini, inysallah. Pakde memiliki hobi membaca, menulis, dan menonton film. Salah satu antologinya adalah: Berlayar Berpandu Arah dan Jodoh itu Alif Lam Mim, juga telah menerbitkan tiga buku solo, salah satunya akan terbit tahun ini: Bagaikan Elang—Sebuah Kisah buat Calon Imam Putriku, dan saat ini sedang mempersiapkan buku Klub Sufi—Saat Tontonan Jadi Tuntunan.