Budaya merupakan salah satu kata yang dianggap paling rumit yang terdapat dalam bahasa Inggris (Williams, 1985). Budaya organisasi ditulis secara formal pertama kalinya oleh Pettigrew (1979). Dia mengenalkan konsep antropolog seperti simbolisme, mitos, danritual yang dapat digunakan dalam analisis organisasi. Berbagai tulisan dari (Deal & Kennedy, 1982), Peters & Waterman (1982), menjadi sumber atas makin luas dan terkenalnya konsep tersebut.
Namun, tulisan-tulisan tersebut berfokus memberikan solusi atas masalah yang terjadi. Di tambah lagi, sebagian tulisan tersebut tidak mendasarkan pada teori tertentu dan sifatnya non-akademis. Karya tersebut ditujukan dan digunakan oleh para manajer untuk memberikan solusi secara cepat dan keunggulan kompetitif di perusahaan (Bellot, 2011).
Di sisi lain, akademisi terus berupaya agar dapat mengimbangi sektor komersial. Isu yang paling menonjol di balik semakin meningkatnya minat para akademisi dalam topik budaya organisasi ialah harapan untuk dapat memperbaharui pendekatan manajemen organisasi dengan lebih menekankan pemahaman nilai dan budaya manusia yang lebih lembut dan lebih manusiawi (Parker, 2000). Pengertian dari organizational culture itu memang cukup rumit, melibatkan tiga disiplin ilmu, ditambah lagi tidak adanya kesepakatan tentang bagian apa yang dapat atau tidak dapat disertakan dari para ahli agar dijadikan penilaian terbaik (Bellot, 2011).
Meski demikian, pengaruh organizational culture dalam kesuksesan organisasi sangat besar karena organizational culture itu merupakan variabel terpenting dalam menjaga kinerja. Terdapat cukup bukti yang menunjukkan keberhasilan organisasi disebabkan oleh kuatnya budaya yang terkandung di dalam organisasi tersebut (Srihadi & Saragih, 2019).