Sudah disepakati bersama bahwa zakat merupakan ibadah horizontal dan vertikal. Zakat juga bukan hanya suatu kegiatan penggugur kewajiban. Lebih mulia dari itu, zakat membawa misi kemanusiaan dan kesejahteraan. Zakat memberikan kebahagiaan bagi muzaki dan mustahik. Dopamin zakat pada muzaki terwujud dalam rasa tenang karena telah menjalankan perintah Allah Swt. Dopamin zakat pada mustahik ditandai dengan rasa bahagia mendapatkan harta yang bisa dijadikan sebagai modal konsumsi dan usaha keluarga. Meski demikian, terdapat level perbedaan dopamin dan kualitas kebahagiaan pada muzaki dan mustahik. Mengapa demikian? Faktor apakah yang dominan menyebabkan perbedaan dopamin zakat pada muzaki dan mustahik? Jawabannya ada pada buku ini. Bahkan pada bagian akhir, penulis juga merekomendasikan makanisme berzakat ideal untuk mengoptimalisasikan dopamin ‘kebahagiaan’ berzakat bagi mustahik.

Selanjutnya, penulis berharap semoga buku ini dapat memberi manfaat dalam diskursus tentang efek zakat terhadap rasa kebahagiaan muzaki dan mustahik serta menjadi pijakan bagi lembaga pengelola
zakat untuk mengoptimalkan fungsi lembaga (amil) dalam melayani muzaki dan mustahik di Indonesia. Kajian dopamine analysis merupakan hal baru dalam referensi tentang zakat. Oleh karena itu, kajian ini mencoba integrasi sains dengan kajian agama dan social keagamaan. Tak dipungkiri, hukum zakat dan juga instrumen keuangan Islam lainnya memiliki kekuatan dan keistimewaan yang luar biasa dalam menyelesaikan persoalan sosial, kemiskinan, kesehatan, pendidikan, dan penguatan masyarakat (dakwah). Zakat memiliki maqashid (tujuan-tujuan) syariah yang jelas.