KAMPUNG HIJAU GAMBIRAN: Praktik Tata Kelola Lingkungan Hidup berbasis Collaborative Governance

Sebuah buku yang tercipta dari kegelisahan terkait pembangunan di area perkotaan yang seringkali merisikokan keamanan ekologi dan manusianya. Identifikasi akar penyebabnya dan gagasan tatakelola yang sah dan relasi kemitraan yang adil.

KAMPUNG HIJAU GAMBIRAN: Praktik Tata Kelola Lingkungan Hidup berbasis Collaborative Governance

Buku ini mempunyai nilai lebih karena riset yang dilakukan sangat empiris, faktual, dan dianalisis secara sangat baik dengan mendasarkan beragam literatur dan teori yang masih naik daun. Gagasan kolaborasi internal komunitas lalu eksternal lalu meluas menjadi model kolaborasi yang inklusif dan demokratis antara kekuatan masyarakat sipil dengan pemerintah kota.

Kegelisahan Masyarakat Rentan

Dari dekat dan dari dalam kota, ada kegelisahan luar biasa manakala masyarakat berhadapan dengan kota yang rentan. Dalam tata kota yang berisiko, masyarakat yang paling besar terpapar bahaya adalah kelompok masyarakat rentan (orang miskin, perempuan, anak-anak, kelompok difabel, dan kelompok rentan lainnya—termasuk ancaman bagi kelompok minoritas kritis). Di Indonesia orang orang yang tinggal di pedesaan dan perkotaan, meminjam istilah Ulrick Beck (1992), sama-sama berada dalam situasi risk society di tengah gejala modernitas yang kian intensif. Pembangunan seringkali merisikokan keamanan ekologi dan juga manusianya. Identifikasi akar penyebabnya adalah faktor manusia, kekuasaan (negara dan atau pasar), dan siklus ekosistem alam raya. Faktor pertama dan kedua menyumbang porsi kehancuran paling tinggi.

Melihat Keadaan Sekitar

Kegalauan seorang teman di Makassar mengenai betapa serampangan dan ngawurnya praktik pembangunan berakibat pada kerentanan kotanya. Saya kira, serangkaian bencana dapat dibaca akibat praktik ekonomi hancur lebur tak peduli lingkungan hidup. Kasus Makassar dan pelbagai kota lain yang rentan. Bukan ekonomi insani apalagi ekonomi ekologi, yang ada adalah ekonomi instani (sejenis makhluk berkadar ‘mie instan’).

Perilaku pelaku usaha dan pembangunan yang tuna ekologi, dan terlalu melek ekonomi jalan pintas pro-profit oriented. Masyarakat perkotaan berkelanjutan apakah sebuah cita-cita teknologis atau Politis? pertanyaan Edward Newman, 1999. Nuansa politik kita saksikan sebagai kader polutan terbesar. Sekarang smart city, green city, sustainable city kehilangan makna karena adanya kesenjangan antara konsep retorik dan kenyataan objektifnya. Orang-orang kota semakin gelisah karena kota dimana ruang hidupnya menjadi sangat rentan. Hujan sedikit banjir, angin sedikit beragam papan iklan runtuh, kemacetan di berbagai sudut kota. Isu-isu kriminalitas juga tak pernah padam.

Kewargaan Ekologis

Hanya ada satu cara bagi lingkungan dan kelompok yang paling lemah/tidak berdaya dalam menghadapi masalah lingkungan perkotaan. Yakni memastikan manajemen perkotaan diselenggarakan berdasarkan landasan politik yang sah dan relasi kemitraan yang adil.

Kita sepakat, kota bukanlah sekadar tempat untuk ditinggali. Kota adalah tempat untuk perjuangan kewargaan, perjuangan ruang hidup karena setiap jengkal tanah dan mangkuk air adalah perjuangan sumber daya. Faktor tempat dan faktor perjuangan itu saling terhubung dan melebur seperti halnya kesadaran dan aksi menyelamatkan lingkungan dari individu atau komunitas perkotaan.

Mereka merasa, tanah dan air adalah ‘barang publik’ yang mesti dijaga kelestariannya. Itu menurut Holston dalam buku Politik Kewargaan yang dieditori Eric Hiariej dan Kristian Stokke (2018) Kewargaan ekologi, atau warga dengan praktik pro ramah lingkungan merupakan tema yang marak di tahun 1990- an namun relevansi dan kedalamannya terus menarik sampai kini untuk dibicarakan (Melo-Esecrihuela, 2008). Keterlibatan warga dalam pengelolaan lingkungan bukan hanya menyangkut hak dan kewajiban seorang warga negara. Namun juga di dalamnya terdapat ideologi yang menjadikan gerakan ekologi punya napas yang lebih panjang dan punya kompleksitas yang lebih menarik dikaji. Misalnya, ada bank sampah, komunitas lingkungan, sungai, ada juga di ranah teologi warga dalam jihad lingkungan, ada fikih air, ada fikih tanah, dan seterusnya yang memperkuat ekosistem gerakan lingkungan.

Kelompok Pahlawan Ekologi

Di Kota Yogyakarta, banyak keterlibatan warga dalam keseharian yang terlibat mempertahankan keseimbangan lingkungan. Misalnya kelompok yang menekuni sungai, bank sampah, tata ruang, kelompok warga berdaya, Jogja asat, dan banyak lagi aktivitas sehari-hari. Semua berkorelasi dengan upaya mempertahankan buminya agar tetap layak huni dan tidak cepat menjadi neraka bagi ekosistem kehidupan. Upaya melindungi, memproteksi, dan mengkonservasi keberadaan dinas lingkungan hidup (state) dan masyarakat sipil (civil society) di dalam upaya melindungi, memproteksi, dan mengkonservasi kebutuhan hidup manusia adalah suatu yang tak terelakkan keniscayaannya.

Warga Berdaya

Warga berdaya bukan hanya agen tetapi agensi dalam bahasa Foucault. Esensi dalam pendekatan berbasis agensi ini, proses negosiasi melalui berbagai agen dapat membuat tuntutan antara lain tentang kota untuk kota, dan melalui ruang-ruang kota. Kesadaran ini yang dibangun oleh ‘kelompok’ warga berdaya di Yogyakarta seperti Elanto dan Dodok yang terus mengupayakan leberasi ekologis dalam berbagai format teatrikal dan dialog keseharian.

Membaca paradigma warga juga penting di dalam memperjuangkan isu lingkungan. Ideologi kelestarian lingkungan apa yang kita pilih sebagai rujukan selama ini? Misalnya, apakah paham Biosentrisme yaitu teori lingkungan yang berpusat pada kehidupan, etika bumi, dan anti spesiesisme. Atau paham Ekosentrisme (The Deep Ecology yang mentransformasikan praktik shallow ecology di dalam memperjuangkan keseimbangan.

Pandangan lainnya juga seperti pandangan Ekofeminisme yang melawan Androsentrisme (Rachmad Dwi Susilo, 2014). Setidaknya ketiga pendekatan ini menyumbang di dalam mengupayakan apa yang disebut ekologi pembebasan. Untuk menjadikan hunian/space sebagai ruang bersama untuk keberlangsungan hidup dalam keseimbangan. Inilah agenda advokasi warga berdaya yang disebut sebagai politik warga mempertahankan keseimbangan ekosistem.

(Syakir Ridho Wijaya, S.I.P, M.I.P., Kepala Lab Ilmu Pemerintahan UMY dalam pengantar bukunya) 

Dapatkan Bukunya Sekarang Juga!

DAFTAR ISI

Bab I

Pendahuluan (Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Kerangka Teori, Penelitian Terdahulu, Definisi Konsepsional, Definisi Operasional)

Bab 2

Metodologi Penelitian

Bab 3

Gambaran Umum Objek Penelitian 

Bab 4

Praktik Collaborative Governance (Stakeholder Collaborative Governance dalam Pengelolaan Kampung Hijau Gambiran Yogyakarta, Intensitas Hubungan Stakeholder Collaborative Governance dalam Pengelolaan Kampung Hijau Gambiran, Kampung Hijau Gambiran dalam bingkai Civil Society pada Dimensi Lingkungan Perkotaan)

Bab 5

Kesimpulan (Kesimpulan, Saran)

Spesifikasi Buku

Cetakan I Mei 2020; vii + 208 hlm, ukuran 14 x 20 cm, kertas isi Bookpaper 57,5 gram hitam putih, kertas cover ivory 230 gram full colour, jilid lem panas (soft cover) dan shrink bungkus plastik.

Harga Buku

Sistem penjualan buku ini adalah print on demand. Buku hanya akan dicetak ketika ada pemesanan. Butuh waktu +- 3 hari setelah pembayaran. Harga belum termasuk ongkos kirim

Rp175.000

Rp140.000

Tentang Penulis

David Efendi

Rido Argo Mukti

David Efendi merupakan dosen di Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan area spesialisasi politik lokal, gerakan sosial, critical discourse analysis, dan politik lingkungan. Gelar Master of Art didapatkan dari Universitas Gadjah Mada dan Master kedua dari Universitas Hawaii at Manoa, Amerika Serikat. Penulis sedang menyelesaikan program Doktoral Ilmu Politik di Universitas Gadjah Mada.

Rido Argo Mukti merupakan alumni Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Kini sebagai Staf Sekretariat KPU Daerah Prov. Jambi. Selama mahasiswa sangat aktif menjadi pembicara dalam beragam forum ilmiah baik nasional maupun internasional. Tidak jarang memperoleh juara Karya Tulis Ilmiah tingkat Nasional dan presenter terbaik.