Kado 77 Tahun Kementrian Agama

Buku yang berisi kisah perjalanan pejuang di Kementrian Agama yang mampu membuat setiap pembaca berdecak kagum dan semakin bersemangat.

Bagaimana Kementrian Agama Memasuki Usia 77?

Bukannya membandingkan atau mempersaingkan, namun sebuah kisah nyata telah dirasakan oleh beberapa orang termasuk penulis. Awal kisah mengabdi di instansi sekolah umum yang berada nun jauh di sana. Suasana keakraban dan kekeluargaan memang lumayan terasa, namun hanya satu yang membuat hati mengganjal tidak lain berbaurnya guru laki-laki dan perempuan, setiap bertemu pasti bersalaman, berboncengan, tidak mengenal bukan muhrimnya. Di sisi lain, keinginan siswa untuk sholat dhuha pun dibatasi oleh jam pelajaran sehingga harus pelan-pelan mencuri waktu untuk melaksanakannya. 

Sepuluh tahun dirasakan oleh penulis, rasa dahaga dengan suasana dan situasi Islami kian menyesakkan dada. Sampai pada tahun ke 11 pengabdian di sekolah umum, dengan izin Allah SWT berhasil mutasi di sebuah madrasah. Suasana yang diimpikan selama ini sudah berada di depan mata. Antara guru pegawai laki-laki dan perempuan tidak lagi bersalaman, bahkan dengan siswa juga demikian. Sholat dhuha yang selama ini menjadi sesuatu yang langka, kini harus dikerjakan setiap pagi sebagai sarana tarbiyah ibadah untuk warga madrasah.

Dua jenis peristiwa yang terasa kontroversi tersebut menjadi sebuah inspirasi bahwa pilihan hati seseorang terletak pada fitrah manusia atau disebut sunatullah. Bagi kaum muslim, syariat Islam diakui atau tidak menjadi sebuah kebutuhan dan diyakini tidak hanya berlaku di dunia yang fana ini saja, namun akan berguna di akhirat kelak. Suasana yang dimaksud dimiliki atau berada di komunitas Kementerian Agama Republik Indonesia. Dari sejak Kementerian Pusat, wilayah, daerah bahkan sampai di tingkat satuan kerja Kemenag, nuansa keIslaman amat teguh dipegang sebagai implementasi karakter kementerian yang harus agamis.

Data dua tahun terakhir menunjukkan bahwa animo masyarakat luas dalam menitipkan anak-anaknya di dunia pendidikan cenderung lebih memilih madrasah. Terbukti tidak ada satu madrasah negeri pun yang kekurangan siswa atau harus menjemput bola mencari siswa. Semua sudah melaporkan kesuksesan penerimaan siswa baru yang cenderung berlebih alias seluruh madrasah negeri menolak murid kelas I dalam PPDB. Makmurnya penerimaan siswa madrasah tidak lain karena faktor kebutuhan batin yang terus berbicara di hati masyarakat luas. Keinginan membentengi moral bagi generasi penerus merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda-tunda. Kini di hari lahir atau ulang tahun yang ke 77 Kemenag RI dengan sebutan akrab Hari Amal Bhakti, sudah terbukti bahwa komunitas keagamaan di dalamnya merupakan sebuah kebutuhan haqiqi bagi manusia. Insan Kemenag di negeri ini selalu mensyukuri bahwa kehidupan di tengah suasana agamis menjadi magnet bagi keberlangsungan langkah pasti kehidupan bagi para komunitas di dalamnya. Semakin matang dengan usia yang senior ini makin dicintai oleh kalangan luas sebagai sebuah standar batin bagi umat. Cinta Kemenag terus bergaung ibarat di usia ke 77, di hati ini hanya ada kamu.

Dapatkan Bukunya Sekarang Juga!

DAFTAR ISI

Daftar Isi 1
Daftar Isi 2
Daftar Isi 3
Daftar Isi 4

Spesifikasi Buku

Cetakan I Januari 2023;  230 hlm, ukuran 14 x 20 cm, kertas isi HVS 75 gram hitam putih, kertas cover ivory 230 gram full colour, jilid lem panas (soft cover) dan shrink bungkus plastik.

Harga Buku

Sebelum melakukan pembayaran, cek ketersediaan stock kepada admin. Jika buku out of stock pengiriman membutuhkan waktu – 3 hari setelah pembayaran.

Rp120.000

Rp 94,000

Tentang Penulis

Dr. H. Masmin Afif, M.Ag.,

Bramma Aji Putra.

Lahir dan besar di lingkungan njeron beteng Kraton Yogyakarta. Menyelesaikan S1 Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Sunan Kalijaga. Jenjang S2 Magister Manajemen Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa. Pekerjaan utamanya mengkover pemberitaan di lingkungan Kanwil Kemenag DIY. Sangat bersyukur sering mendapat amanah menjadi editor beberapa naskah buku.