Buku ini berangkat dari kegelisahan penulis tentang dampak perkawinan tidak tercatat yang kian memposisikan perempuan dan anak sebagai entitas yang subordinat. Bila dihitung mundur, usia Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 telah mencapai 48 tahun.

Usia tersebut terbilang suatu usia yang cukup matang bila dianalogikan dengan usia anak manusia. Logika berpikir yang dibangun Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan mencerminkan sistem kekeluargaan yang berlaku dalam masyarakat. 

Idealnya, hal ini melahirkan peluang untuk beradaptasi tanpa adanya penyimpangan dalam realisasi. Namun demikian, masih ditemukan berbagai penyimpangan di masyarakat Kota Bengkulu.

Buku ini memaparkan berbagai faktor penghambat dan pendukung dalam pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan pada masyarakat Bengkulu. Penulis mengkhususkan pembahasan pada hal-hal yang menyimpang dari ketentuan Undang-undang, terutama terhadap perkawinan yang tidak tercatat. 

Sehingga, buku ini akan mengerucut pada pembahasan mengenai akibat hukum yang ditimbulkan akibat praktik perkawinan tidak tercatat yang terjadi di Kota Bengkulu dalam kaitannya dengan ketentuan yang terdapat pada pasal 2 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974. 

Selanjutnya, buku ini juga akan memaparkan faktor penghambat dan pendukung masyarakat Kota Bengkulu dalam melaksanakan ketentuan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan tidak tercatat. Penulis juga mengemukakan tinjauan hukum Islam terhadap perkawinan tidak tercatat yang terjadi di Kota Bengkulu berdasarkan maqashid asy-syar’iyah.

Akhirnya, penulis menyadari sepenuhnya bahwa buku ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak sangat dinantikan. Akhirnya, semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.