Diskursus Hijab di Indonesia (Analisis Arkeologi Hijab Kontemporer: Ketegangan Budaya Arab vs Westernisasi)

Sebuah buku yang menelusuri diskursus hijab dalam masyarakat Indonesia.

Diskursus Hijab di Indonesia (Analisis Arkeologi Hijab Kontemporer: Ketegangan Budaya Arab vs Westernisasi)

“Bagaimana relasi kuasa beroperasi dalam wacana hijab di media?”

Pertanyaan inilah yang menjadi titik awal buku ini. Dilatarbelakangi keberadaan hijab sebagai sebuah tren fesyen, yang dengan mudah bisa ditemui dalam kehidupan sehari-hari di berbagai tempat. Setelah melalui berbagai studi awal, akhirnya buku ini fokus pada bagaimana relasi kuasa dalam makna hijab di media yang dilakukan dengan pendekatan analisis wacana Foucault.

Hasil kajian ini akan disajikan dalam dua buku terpisah. Buku pertama akan fokus pada diskursus hijab secara umum di masyarakat Indonesia. Selain itu, buku pertama juga menyajikan kerangka teoritis dan konseptual dari terkait diskursus hijab. Sedangkan buku kedua akan fokus pada dekonstruksi makna dan relasi kuasa hijab di media. Secara ringkas, kajian relasi kuasa dalam makna hijab di media ini bertujuan untuk:
– Menelusuri diskursus hijab dalam masyarakat Indonesia, yang akan dipaparkan di dalam buku pertama.
– Mengetahui dekonstruksi makna hijab akan dielaborasi di dalam buku kedua
– Mengetahui relasi kuasa yang beroperasi dalam wacana hijab di media akan dianalisis di dalam buku kedua.

Perintah Menutup Aurat

Buku ini mencoba melihat hijab sebagai diskursus yang berasal dari wacana menutup aurat. Perintah menutup aurat yang merupakan salah satu ajaran agama (syariat) Islam yang berasal dari peresepsi Islam terhadap tubuh perempuan. Beberapa tafsir menyatakan hukum wajib atau tidaknya menutup aurat, batasan aurat, dan menggunakan jilbab. Sedangkan menurut perspektif feminisme, mengenakan atau tidak mengenakan jilbab merupakan pilihan bebas perempuan karena berpakaian sebagai bentuk ekspresi manusia.

Hijab dan Fesyen

Sebagai sebuah negara yang penduduknya mayoritas muslim, keberadaan fenomena hijab akan dianggap biasa di Indonesia. Untuk itu, Metode Foucault ini dianggap cocok digunakan sebagai entry point dalam membedah relasi kuasa dalam makna hijab di media. Sebab hijab merupakan salah satu praktik keagamaan di Indonesia. Keberadaan fesyen hijab di Indonesia berbeda dengan fesyen hijab di Timur Tengah atau negara-negara muslim lainnya. Perkembangan fesyen hijab di Indonesia lebih dinamis dan stylish dengan aneka model, bahan, dan warna.

Sebagai dampak dari diskursus jilbab dan dekonstruksi jilbab, hijab bermetamorfosis sebagai gaya hidup muslimah yang menjadi pola baru dan marak sejak era tahun 2010-an. Hijab menjadi komoditi untuk busana perempuan muslim karena hijab telah dijadikan pilihan berbusana sehari-hari bagi wanita muslimah modern perkotaan.

Komodifikasi Hijab

Wacana yang terlahir di tengah masyarakat salah satunya dibentuk oleh keberadaan media. Pendekatan ekonomi politik media pada kajian media tidak terlepas dari komodifikasi (commodification). Menurut Mosco, komodifikasi terkait dengan proses transformasi barang dan jasa dari nilai guna menjadi komoditas bernilai tukar. Proses transformasi dari nilai guna menjadi nilai tukar dalam media massa selalumelibatkan para awak media, khalayak pembaca, pasar, dan negara, apabila masing-masing di antaranya punya kepentingan (Mosco, 1996: 25).

Lebih lanjut Mosco menjelaskan tiga aspek komodifikasi, yaitu isi media, khalayak, dan pekerja. Komodifikasi isi media adalah pesan sebagai komoditas yang bisa menyenangkan khalayak, mengundang para pemasang iklan, dan memperpanjang bisnis media. Komodifikasi khalayak adalah khalayak sebagai komoditas yang ditawarkan sebagai pengiklan dengan menempatkannya dalam segmentasi, target, dan positioning. Komodifikasi pekerja adalah pekerja sebagai pendukung kegiatan produksi yang tidak diperhitungkan kemampuan konseptual dan kreativitasnya karena peran itu diambil alih oleh kelas manajerial (Halim, 2013: 48).

Kehadiran media yang masif membawa perubahan terhadap pola hidup dalam masyarakat. Masyarakat konsumen merupakan bentukan dari budaya massa yang mana praktik budaya tersebut menyesuaikan diri dengan tren dan isu yang berkembang dalam masyarakat. Praktik budaya mengalami industrialisasi dan bertujuan untuk menghasilkan keuntungan sebanyak-banyaknya serta berdasarkan pada kebutuhan palsu (false need) bagi masyarakat konsumen.

Gaya Hidup

Masyarakat konsumen akan terus berusaha menyesuaikan dirinya dengan gaya hidup modern. Dengan kehidupan bernegara yang demokratis, muslimah Indonesia mencoba untuk tetap mempertahankan tradisi dan nilai-nilai Islam dengan hijab. Fenomena tersebut kemudian ternyata dapat menggerakkan roda bisnis busana muslim menjadi sebuah industri. Makin banyaknya wanita muslim yang “mendapat hidayah” untuk mengenakan hijab dalam aktivitas kesehariannya maka akan semakin mendorong perkembangan mode, bahan, dan corak hijab. Kini mode, bahan, dan corak hijab kian beraneka ragam. Hijab di Indonesia berevolusi menjadi identitas, simbol politik, kontroversi, hingga menjadi busana yang lazim dan kemudian bertransformasi menjadi bagian dari budaya populer Indonesia.

Peluang Bisnis Baru

 Hal ini ditangkap sebagai peluang bisnis bagi pelaku bisnis. Permintaan yang tinggi terhadap busana muslimah tidak hanya muncul dari kalangan perempuan muslimah dewasa, tetapi juga berkembang pada remaja dan anak-anak. Industri hijab menjadi sangat fenomenal. Efek dari hijab yang dipopulerkan oleh media adalah terbentuknya komunitas hijabers yang aktif menampilkan foto dengan hijab cantik di media sosial.

Terlepas dari polemik dan pro-kontra pemakaian hijab, persepsi khalayak akan terbentuk dari informasi yang ditayangkan oleh media yang secara terus menerus membentuk sebuah makna akan hijab di media di Indonesia yang kemudian dimaknai ulang. Hijab kemudian menjadi terminologi jilbab yang tidak hanya trendi dan estetik tapi juga sebagai simbol berubahnya perempuan menjadi lebih baik secara moral. Hijab trendi merupakan negosiasi tubuh sosial perempuan antara menjalankan perintah agama dan tetap menjadi cantik.

Membuka Pandangan Lain tentang Hijab

 

Buku ini menggunakan metode kualitatif yang dianggap bisa memberi penekanan kuat pada deskripsi menyeluruh dalam menggambarkan rincian segala sesuatu yang terjadi pada suatu kegiatan atau situasi tertentu. Menggunakan analisis wacana Foucault, buku ini memiliki perspektif post-strukturalis yang melihat realitas sosial dalam wajah ganda (multifaces, multidimensional, multilayer, dan multitruth). Kebenaran tidak pernah tunggal dan selalu dipengaruhi oleh konteks yang di dalamnya melibatkan proses evaluasi-reevaluasi, posisi-reposisi, dan negoisasi-renegoisasi.

Secara praktis, buku ini berguna bagi para hijabers untuk mendapatkan pandangan lain akan bentuk-bentuk penindasan yang menempatkan perempuan pada posisi yang didominasi oleh relasi kuasa, khususnya melalui media.Melalui buku ini diharapkan dapat menjadi gagasan baru bagi pihak-pihak yang concern terhadap kajian kritis, kajian media, dan kajian perempuan.

Selain itu, hasil buku ini diharapkan memberikan kontribusi terhadap perkembangan kajian kritis. Dalam konteks komunikasi, buku ini secara spesifik bisa menjelaskan bagaimana media menjadi medium bagi relasi kuasa untuk dapat mengonstruksi makna pengguna hijab di Indonesia. Dalam hal ini, bagaimana pandangan akan ideologi agama disusupkan ke dalam ideologi konsumerisme, dan bahwa ideologi konsumerisme merupakan perpanjangan tangan dari ideologi kapitalisme.

(dalam Pendahuluan buku Diskursus Hijab di Indonesia (Analisis Arkeologi Hijab Kontemporer : Ketegangan Budaya Arab vs Westernisasi))

Dapatkan Bukunya Sekarang Juga!

DAFTAR ISI

Bab 1

Hijab Sebagai Sebuah Diskursus (Hijab sebagai identitas muslimah modern, Feminisme: Tubuh Perempuan sebagai Arena Pertarungan Wacana, Hijab dan Relasi Kuasa, Hijab, media dan konsumerisme)

Bab 2

Hijab dalam Tinjauan Teoretis (Konsep-Konsep Terkait Diskursus Hijab, Hijab dalam Kerangka Teoretis, Paradigma Kritis)

Bab 3

Tubuh Perempuan dalam Pandangan Islam dan Budaya Indonesia (Tubuh Perempuan dalam Pandangan Islam, Tubuh Perempuan dalam Budaya Indonesia)

Bab 4

Sejarah dan Perkembangan Hijab di Indonesia (Sejarah Perempuan Menutup Aurat di Indonesia, Metamorfosis Istilah Kerudung, Jilbab, dan Hijab, Periodisasi Sejarah Hijab di Indonesia)

Bab 5

Menyusun Kembali Kejayaan PPP (Menyusun kembali kejayaan PPP, trilogi pemenangan PPP, harapan dari kantor Tebet, upaya membangun rekonsiliasi, membangun wajah muda PPP)

Spesifikasi Buku

Cetakan I November 2019; xx + 184 hlm, ukuran 13,5 x 20 cm, kertas isi Bookpaper 57,5 gram hitam putih, kertas cover ivory 230 gram full colour, jilid lem panas (soft cover) dan shrink bungkus plastik.

Harga Buku

Sistem penjualan buku ini adalah print on demand. Buku hanya akan dicetak ketika ada pemesanan. Butuh waktu +- 3 hari setelah pembayaran. Harga belum termasuk ongkos kirim

Rp120.000

Rp94.000

Tentang Penulis

Dr. Merry Fridha, M.Si.

Penulis Menjadi Dosen tetap pada jurusan lmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas 17 Agusutus 1945 Surabaya. Selain di Untag Surabaya penulis juga mengajar sebagai dosen Luar Biasa di berbagai Perguruan Tinggi yang berada di Malang, Surabaya dan Jakarta. Penulis menyelesaikan Program Doktor Ilmu Komunikasi pada tahun 2016 dari Universitas Padjadjaran. Menekuni bidang Gender & Media Studies dan telah mengikuti berbagai forum seminar baik skala Nasioanal maupun Internasional.