Kompetensi pengusaha digital yang meliputi pengetahuan dan keterampilan teknis terkait dengan bisnis, merupakan dua hal penting yang tidak begitu saja dikuasai. Oleh karena itu, sejumlah sarjana menemukan strategi meningkatkan kepekaan kewirausahaan dan intensi menjadi kewirausahaan digital yaitu dengan meningkatkan pengetahuan melalui pendidikan baik universitas maupun di pelatihan kewirausahaan non formal (Sommer & Haug, 2010; Younis et al., 2020).

Pendidikan kewirausahaan digital bertujuan meningkatkan jumlah pengusaha digital dari perguruan tinggi (Dikti, 2020; Wibowo & Narmaditya, 2022). Pengusaha digital lulusan perguruan tinggi, diharapkan dapat meningkatkan jumlah wirausahawan di Indonesia, sehingga diharapkan dapat berkontribusi secara ekonomi dan potensial dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja. 

Teori dasar kewirausahaan digital intention (DEE) tidak lepas dari theory of planned behavior (TPB) Ajzen (1991) dimana terdapat faktor-faktor penting bagi tumbuhkembangnya intensi, dalam hal spesifik intensi menjadi pengusaha. Model intensi Ajzen secara lengkap mengasumsikan bahwa beberapa variabel secara langsung mempengaruhi niat melakukan perilaku tertentu, atau perilaku itu sendiri. Selanjutnya variabel eksternal seperti demografis atau latar belakang dan juga karakteristik, tidak secara langsung mempengaruhi intensi (Ajzen, 1991; Kolvereid, 1996; Linan, 2004).

TPB Ajzen (1991) sampai saat ini masih dianggap sebagai teori yang kuat dalam menjelaskan intensi kewirausahaan. Selanjutnya, studi yang dilakukan Linan (2004), Linan dan Bernal (2018) dan Hasan et al. (2018) dengan mengembangkan TPB mencatat bahwa pendidikan kewirausahaan juga menjadi prediktor penting intensi berwirausaha. Hal ini tidak lepas dari peran kuat pendidikan kewirausahaan yang tidak hanya memberikan wawasan pengetahuan terkait dengan kewirausahaan, tetapi juga menumbuhkembangkan sikap, efikasi diri, dan kepekaan terhadap intensi berwirausaha.