Warisan Tamaddun Islam Kesultanan Ternate
Buku ini dapat menjadi solusi dalam aspek pengembangan ilmu pengetahuan berbasis kearifan lokal bagi generasi saat ini dan generasi yang akan datang
Peradaban Maluku Utara
Peradaban Maluku Utara dimulai sejak zaman prasejarah dengan adanya pemukiman awal yang terdiri dari berbagai suku bangsa. Penduduk asli Maluku Utara adalah suku-suku Austronesia yang kemudian berinteraksi dengan pedagang dari berbagai daerah, termasuk Arab, Tionghoa, dan Eropa. Interaksi ini memperkaya budaya lokal dan memicu perkembangan ekonomi melalui perdagangan rempah-rempah seperti cengkeh dan pala.
Maluku Utara memiliki sejarah peradaban yang kaya dan kompleks, terutama terkait dengan empat kesultanan yang berpengaruh: Kesultanan Ternate, Kesultanan Tidore, Kesultanan Bacan, dan Kesultanan Jailolo. Keempat kesultanan ini memainkan peran penting dalam sejarah perdagangan rempah-rempah di Nusantara serta dalam penyebaran Islam di wilayah tersebut.
KeSultanan-keSultanan yang muncul pada abad ke-13 hingga ke-16 merupakan hasil dari proses sosial dan politik yang kompleks. Masyarakat mulai membentuk struktur pemerintahan yang lebih terorganisir untuk mengelola sumber daya alam mereka dan melindungi diri dari ancaman luar.
KeSultanan Ternate didirikan pada tahun 1257 oleh Baab Mashur Malamo dan merupakan salah satu keSultanan Islam tertua di Nusantara. Pada puncak kejayaannya pada abad ke-16, Ternate menjadi pusat perdagangan rempah-rempah yang sangat penting. Wilayah kekuasaan Ternate mencakup tidak hanya pulau-pulau di sekitarnya tetapi juga bagian utara Sulawesi dan Filipina. Ternate dikenal karena sistem pemerintahan monarkinya yang kuat, dipimpin oleh seorang sultan.
Sultan Zainal Abidin adalah salah satu sultan terkenal yang mengadopsi Islam secara total pada pertengahan abad ke-15 dan mengganti gelar kolano menjadi sultan.
KeSultanan Tidore berdiri bersamaan dengan Ternate sebagai rival utama dalam perdagangan rempah-rempah. Didirikan sekitar tahun 1472 (bahkan terdapat sumber yang menyebutkan Kesultanan Tidore lebih tua dari Keesultanan Ternate), kesultanan ini juga memiliki pengaruh besar dalam penyebaran Islam di kawasan tersebut. Sultan-sultan Tidore sering kali menjalin aliansi dengan kekuatan asing untuk memperkuat posisi mereka dalam perdagangan global.
KeSultanan Tidore dikenal karena hubungan diplomatiknya dengan Spanyol dan Belanda selama periode kolonialisme, serta perannya dalam konflik regional antara keSultanan-keSultanan lainnya.
Selanjutnya, KeSultanan Bacan didirikan pada abad ke-15 dan merupakan salah satu keSultanan penting di Maluku Utara meskipun tidak sebesar Ternate atau Tidore. Bacan berperan sebagai pusat perdagangan lokal dan memiliki hubungan erat dengan pedagang dari berbagai daerah bahkan dengan beberapa negara Eropa. Kesultanan
Bacan memiliki pengaruh signifikan dalam konteks politik lokal serta interaksi budaya antara penduduk asli dan para pedagang asing. KeSultanan Jailolo merupakan keSultanan terakhir dari empat keSultanan besar di Maluku Utara, yang didirikan sekitar abad ke-15. Jailolo berfokus pada pertanian dan perikanan sebagai sumber ekonomi
utama selain perdagangan rempah-rempah. Meskipun tidak sepopuler Ternate atau Tidore dalam hal kekuasaan politik atau ekonomi, Jailolo tetap menjadi bagian integral dari jaringan sosial-politik di Maluku Utara. Kedatangan Islam ke Maluku Utara terjadi seiring dengan perkembangan keSultanan-keSultanan yang disebutkan di atas. Proses islamisasi berlangsung melalui interaksi antara pedagang Muslim dengan masyarakat setempat serta melalui pernikahan antar etnis. Pengaruh Islam terlihat jelas dalam struktur pemerintahan, hukum adat, serta
tradisi budaya masyarakat setempat hingga saat ini.
Secara keseluruhan, empat keSultanan ini tidak hanya membentuk identitas budaya Maluku Utara (Moloku Kie Raha) tetapi juga memainkan peran kunci dalam sejarah Indonesia secara keseluruhan melalui pengembangan
ekonomi berbasis rempah-rempah serta penyebaran agama Islam. Melalui penelusuran sumber-sumber data pada empat wilayah keSultanan tersebut, diharapkan buku ini dapat memberikan gambaran dan pemahaman tentang peradaban besar yang hadir di Maluku Utara
Baca Bukunya Sekarang !
DAFTAR ISI
Spesifikasi Buku
Cetakan I, Januari 2025; 392 hlm, ukuran 15,5 x 23 cm, kertas isi Bookpaper hitam putih, kertas cover ivory 230 gram full colour, jilid lem panas (soft cover) dan shrink bungkus plastik.