TRANSFORMASI EKOSISTEM DESA Dari Tata Kelola Digital, UMKM Halal, hingga Kemandirian Petani
buku ini dapat menjadi langkah kecil dalam menekan penggunaan styrofoam dan membuka peluang pemanfaatan limbah pertanian sebagai bahan baku bernilai ekonomi.
Cerita Transformasi dari Pemerintahan Digital hingga Ekonomi Warga
Buku Transformasi Ekosistem Desa: Dari Tata Kelola Digital, UMKM Halal, hingga Kemandirian Petani kami hadirkan sebagai potret perjalanan desa yang semakin kompleks, dinamis, dan penuh kemungkinan. Di dalamnya, pembaca akan menemukan simpulsimpul gagasan yang saling terhubung: dari penguatan pemerintahan, pengembangan ekonomi warga, sampai penguatan nilai sosialbudaya.
Ruang desa tidak lagi bisa dipahami hanya sebagai wilayah agraris tradisional, tetapi juga sebagai arena inovasi yang tumbuh dari kebutuhan nyata masyarakat. Karena itu, buku ini berusaha merangkum denyut perubahan tersebut dengan bahasa yang dekat pada praktik. Setiap bab menawarkan fragmen pengalaman yang dapat diolah menjadi inspirasi lintas konteks. Dengan demikian, buku ini tidak hanya merekam kegiatan, tetapi juga menghadirkan
pelajaran tentang arah perubahan desa hari ini.
Pada sisi tata kelola, naskah-naskah dalam buku ini memberi penekanan bahwa digitalisasi bukan sekadar gaya baru, melainkan kebutuhan untuk memperkuat layanan dan akuntabilitas. Kehadiran website desa, pemanfaatan teknologi informasi, dan upaya membangun ekosistem data menjadi fondasi penting agar pemerintahan semakin responsif terhadap warganya. Transformasi ini menuntut kesadaran bahwa administrasi desa harus mengikuti ritme masyarakat yang makin terkoneksi. Dalam kerangka itu, digitalisasi menjadi jembatan antara kebijakan dan pelayanan yang lebih transparan. Hal yang menarik, spirit perubahan ini juga berpijak pada keterlibatan warga dan perangkat desa, bukan hanya pada perangkat teknologi. Dengan kata lain, teknologi ditampilkan sebagai alat penguat tata kelola, bukan
tujuan akhir. Bab-bab bertema pemerintahan digital memperlihatkan bagaimana inovasi bisa dimulai dari langkah yang sederhana, tetapi berdampak luas.
Selain tata kelola, buku ini dengan kuat menyoroti peta transformasi UMKM desa yang semakin adaptif terhadap ekonomi digital. Berbagai kisah tentang penguatan promosi lewat media sosial, e-commerce, dan strategi pemasaran modern menegaskan bahwa produk lokal bisa membangun jangkauan yang lebih jauh bila didukung literasi digital
yang memadai. Perubahan ini tidak selalu berjalan mulus, tetapi justru di situlah nilai pembelajarannya: desa berlatih menghadapi kompetisi pasar baru. Bab tentang tempe, pemasaran digital, dan penguatan kapasitas pelaku usaha menunjukkan bahwa modernisasi dapat berdampingan dengan kearifan produksi lokal. UMKM tidak digambarkan sebagai sektor pelengkap, melainkan penopang ekonomi yang perlu ditata serius. Kerja-kerja pendampingan dan pelatihan menjadi bukti bahwa peningkatan kapasitas warga dapat dilakukan secara partisipatif. Dari sini, pembaca akan melihat bahwa transformasi ekonomi desa adalah proses bertahap yang memerlukan ketekunan.
Hal penting lain yang menjadi benang merah ialah legalitas usaha dan visibilitas digital sebagai prasyarat baru keberlanjutan UMKM. Proses pendampingan penerbitan NIB dan integrasinya dengan platform seperti Google Maps menggambarkan bahwa kepercayaan pasar kini sangat terkait dengan identitas usaha yang sah dan mudah ditemukan. Dalam praktiknya, legalitas tidak lagi dipahami sekadar urusan dokumen, tetapi juga pintu masuk menuju promosi dan perluasan jangkauan. Penandaan lokasi, penguatan profil usaha, dan pemanfaatan ulasan konsumen menjadi strategi yang relevan untuk UMKM pedesaan. Buku ini merekam bagaimana langkah administratif dapat bertemu dengan strategi pemasaran, lalu membentuk ekosistem usaha yang lebih kompetitif. Apa yang dahulu terasa rumit, diolah menjadi proses pendampingan yang lebih komunikatif dan kontekstual. Dengan cara itu, desa pelan-pelan membangun kepercayaan pasar dari akar rumput.
Buku ini juga menempatkan UMKM halal sebagai bagian penting dari narasi transformasi ekonomi. Integrasi petani ke ekosistem UMKM berbasis legalitas dan sertifikasi halal memperlihatkan bahwa rantai nilai desa dapat diperkuat dari hulu ke hilir. Halal dalam konteks ini bukan hanya label, tetapi juga pembenahan proses, kualitas, dan daya
saing produk. Upaya tersebut memperluas peluang pasar sekaligus memberi rasa aman bagi konsumen. Dengan pendekatan seperti ini, desa tidak sekadar menjadi produsen bahan baku, melainkan turut membangun nilai tambah melalui standar dan sertifikasi yang relevan.
Bab-bab terkait menunjukkan bahwa penguatan ekosistem halal juga menuntut kolaborasi lintas aktor di tingkat desa dan di luar desa. Ini memberi gambaran bahwa modernisasi ekonomi berbasis nilai dapat berjalan selaras dengan kebutuhan pasar masa kini. Di sektor pertanian, buku ini menghadirkan narasi kemandirian petani melalui inovasi, fasilitasi desa, dan kerja sama lintas sektor. Program seperti penguatan akses air melalui sumur bor untuk peningkatan pendapatan petani bawang merah menampilkan bahwa solusi konkret sering lahir dari pembacaan masalah yang sangat lokal namun berdampak strategis. Pertanian tidak diposisikan sebagai sektor yang stagnant, melainkan ruang inovasi teknis dan kelembagaan.
Buku ini juga memperlihatkan keterkaitan yang saling menguatkan antara pertanian dan UMKM, sehingga hasil panen dapat diolah menjadi produk bernilai tambah. Dengan demikian, ekosistem desa tidak berjalan dalam “kotak-kotak program,” tetapi dalam jejaring yang saling menopang. Pembaca akan menemukan pesan bahwa kemandirian petani bukan hanya soal teknologi, melainkan juga soal kolaborasi dan tata kelola dukungan yang konsisten.
Menariknya, buku ini tidak berhenti pada ekonomi dan pemerintahan, tetapi juga memberi ruang pada modal sosial dan harmoni budaya-keagamaan. Penguatan moderasi beragama melalui seni rebana di masjid memperlihatkan bahwa ruang spiritual dapat sekaligus menjadi ruang pembinaan karakter generasi muda. Seni dan tradisi diolah sebagai medium edukasi toleransi, disiplin, kerja sama, dan kebersamaan. Selain itu, edukasi sejarah punden sebagai sarana meneguhkan toleransi menunjukkan bahwa warisan budaya dapat menjadi pintu dialog yang sejuk di tengah perubahan sosial. Perspektif ini penting karena transformasi desa yang kuat membutuhkan pondasi sosial yang rukun dan adaptif. Buku ini seakan mengingatkan bahwa kemajuan ekonomi tanpa ketangguhan sosial akan mudah rapuh. Di titik ini, pembaca diajak melihat desa sebagai ekosistem utuh: ekonomi tumbuh, tata kelola bergerak, dan nilai sosial dirawat bersama.
Dapatkan Bukunya Sekarang Juga!
DAFTAR ISI
Daftar Isi 1
Daftar Isi 2
Daftar Isi 3
Daftar Isi 4
Daftar Isi 5Spesifikasi Buku
Cetakan I, Desember 2025; 187 hlm, ukuran 15,5 x 23 cm, kertas isi HVS hitam putih, kertas cover ivory 230 gram full colour, jilid lem panas (soft cover) dan shrink bungkus plastik.
Harga Buku
Sebelum melakukan pembayaran, cek ketersediaan stock kepada admin. Jika buku out of stock pengiriman membutuhkan waktu – 3 hari setelah pembayaran.
Rp 120.000
Rp 116,000