PERAN SENI TRADISI ERA DIGITAL DAN SOSIALISASI KEBIJAKAN PUBLIK

Buku ini memaparkan interaksi antara obat, sistem, dan proses hidup untuk kepentingan diagnosis, pencegahan, perawatan, dan pengobatan penyakit.

Seni Tradisi segera punah di Era Digital

Seni tradisi segera punah! Dapat saja terjadi, seni tradisi bakal tidak ada lagi di muka bumi bila ditinggalkan oleh masyarakat pendukungnya. Bahkan bila tidak ada perhatian dan usaha-usaha yang nyata dari masyarakat luas dan pemerintah, maka khususnya, seni pertunjukan rakyat bakal punah. Dan ditinggalkan masyarakat, sebab tidak ada regenerasi yang melanjutkan. Atau katakanlah, tidak ada upaya upaya pelestariannya pada masa kini.

Makin maraknya pemanfaatan internet dalam kehidupan masyarakat, dan secara tidak disadari, ada suatu kegiatan yang sudah terbentuk lama dalam suatu tradisi, mulai terpinggirkan dalam konteks sebagai sarana hiburan masyarakat. Yang terpinggirkan itu tidak lain, seni pertunjukan tradisi yaitu suatu bentuk pentas seni lokal pertunjukan rakyat. Dampak globalisasi ini mempengaruhi kehidupan sosial budaya masyarakat Indonesia. Yang menjadi tantangan, di antaranya yang perlu dicermati adalah jati diri bangsa yang diperhitungkan dunia luar, menjadi taruhannya. Alias, akan terpinggirkan bahkan tersisih.

Sebut saja yang popular, di antaranya, pentas wayang kulit yang menjadi salah satu rujukan nilai yang masih menjadi perhatian dari masyarakat, yang selalu mengajarkan budi pekerti luhur di dalam setiap ceritanya-ceritanya. Menurut Dr. Kanti Walujo dalam bukunya Dunia Wayang-Nilai Estetis, Sakralitas dan Ajaran Hidup (Pustaka Pelajar, 2000), bila tidak dilestarikan juga akan punah. Cerita-cerita pokoknya dari wayang kulit bersumber dari kitab Mahabharata dan Ramayana yang bernafaskan kebudayaan dari filsafat Hindu- India, dan telah diserap ke dalam kebudayaan setempat di tanah air.

Dalam perkembangan dewasa ini dengan makin maraknya pemanfaatan internet, maka pentas wayang kulit atau pentas seni tradisi lainnya tetap dapat dilakukan melalui media baru, internet. Bahkan pesan-pesan yang disisipkan dalam cerita wayang atau pentas seni tradisi juga dapat diisi dengan pesan dari kebijakan program pembangunan nasional dan pembangunan daerah. Dengan demikian, pentas seni tradisi juga dapat dikemas sedemikian rupa sehingga juga dapat melakukan sosialisasi
kebijakan publik yang dapat disebarluaskan kepada masyarakat luas.

Proses komunikasi melalui pertunjukan wayang kulit atau seni tradisi lainnya, yang dianggap efektif untuk dapat sampai kepada masyarakat, meskipun penonton wayang kulit dalam tiap pementasannya terbatas jumlahnya. Namun diasumsikan proses komunikasinya dapat efektif diterima penonton
dengan pesan-pesan yang disampaikan. Buku Peran Seni Tradisi pada Era Digital dan Sosialisasi Kebijakan Publik dimaksudkan mendeskripsikan bagaimana proses dan peran seni tradisi seperti pertunjukan wayang kulit dan seni tradisi lainnya dari tanah air, dapat berfungsi untuk membantu dan mendukung sosialisasi dari kebijakan publik berupa penyampaian program pembangunan kepada
masyarakat luas, termasuk memberikan masukan bagi pengambil kebijakan. Diharapkan buku ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan pengetahuan baru dari peran seni tradisi untuk mendukung sosialisasi kebijakan publik di tanah air.

Dapatkan Bukunya Sekarang Juga!

DAFTAR ISI

Daftar Isi 1
Daftar Isi 2

Spesifikasi Buku

Cetakan I September 2023 ;  78 hlm, ukuran 14,8 x 21 cm, kertas isi Bookpaper 57,5 gram, hitam putih, kertas cover ivory 230 gram full colour, jilid lem panas (soft cover) dan shrink bungkus plastik.

Harga Buku

Sebelum melakukan pembayaran, cek ketersediaan stock kepada admin. Jika buku out of stock pengiriman membutuhkan waktu – 3 hari setelah pembayaran.

Rp 100.000

Rp 65,000

Tentang Penulis

Drs. Djoko Walujo,M.I.Kom

Peneliti Ahli Utama pada Puat Riset Kebijakan Publik, OR Tata Kelola Pemerintahan-Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat, Badan Riset dan Inovasi Nasional. Memperoleh pendidikan formal S1 Jurusan Administrasi Negara pada FISIP UI tahun 1981. Dan Pendidikan S2 pada program magister ilmu komunikasi pada Universitas Prof. Dr.Moestopo (Beragama) Jakarta tahun 2012.

Alhadi Saputra, ST, MTI

Peneliti Ahli Madya pada Pusat Riset Kebijakan Publik, Organisasi Riset Tata Kelola Pemerintahan, Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Lahir di Bekasi pada 10 Oktober 1983. Menempuh Pendidikan Sarjana Teknik (S1) pada Universitas Guna Darma dengan jurusan Teknik Informatika tahun 2005. Kemudian melanjutkan pada program studi magister teknologi informasi (S2) pada Universitas Indonesia, tahun 2016.

Drs. Djoko Walujo,M.I.Kom

Beragama Islam dan suku Minangkabau (Malayu). Pendidikan S1 Fakultas Sosial Politik Jurusan Administrasi Negara, Universitas Islam Syekh Yusuf Jakarta (1984- 1989); S2 Magister Manajemen SDM, Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Jakarta (2000-2002); dan S3 Doktor Pendidikan Islam, Universitas Ibn Khaldun Bogor (2013-2016). Pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil Lembaga Administrasi Negara (1986-2021). Diberikan tugas penelitian bidang Administrasi Negara (1993-2021). Lalu dimutasikan ke Badan Riset dan Inovasi Nasional sebagai pelaksana riset bidang Kebijakan Publik (2022-sekarang). Diangkat dalam jabatan fungsional peneliti mulai dari asisten peneliti muda hingga peneliti ahli madya (1996-sekarang).