Indonesia diprediksi akan menjadi salah satu kekuatan ekonomi di dunia dan di ASEAN dengan nilai pendapatan domestik bruto per kapita (PDB per kapita) pada tahun 2023 sebesar $US4,973 dengan
pertumbuhan rata-rata 5-6% per tahun. Proyeksi menunjukkan peningkatan hingga 29% dalam lima tahun mendatang, mencapai nilai $US6,416. Faktor konsumsi rumah tangga tetap menjadi penyumbang terbesar, mencapai 47%. Hal ini memperkuat posisi Indonesia sebagai kontributor utama dalam ekonomi ASEAN, menyumbang 35% terhadap pendapatan domestik bruto kawasan. Namun demikian, target pemerintah untuk dapat menjadi negara maju dengan batas PDB per kapita senilai ~$US14,000 per tahun
mengharuskan untuk mencapai pertumbuhan sekurang-kurangnya 7% hingga 2045. Hal ini bukanlah hal yang tidak mungkin untuk tercapai mengingat adanya ruang kesempatan untuk mengelola bonus demografi yang dimiliki Indonesia.

Indonesia memiliki potensi atas keberagaman manusia, geografi, dan ekonomi. Menciptakan daerah-daerah yang fokus terhadap satu kegiatan ekonomi dapat menjadi potensi untuk meningkatkan
kualitas produk yang lebih baik dan terstandarisasi. Hal ini juga didorong dengan perbaikan infrastruktur dan penurunan harga logistik sehingga meningkatkan konektivitas antar daerah. Oleh karenanya, penciptaan sumber-sumber ekonomi baru berbasis kawasan dapat menjadi salah satu faktor penyokong peningkatan ekonomi Indonesia.

Pemerintah Indonesia terus mendorong upaya peningkatan produktivitas nasional untuk meningkatkan nilai pendapatan domestik bruto. Tujuan utamanya adalah menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sejalan dengan sila ke-5 Pancasila. Salah satu langkah yang diambil adalah mendorong tingkat industrialisasi guna meningkatkan nilai tambah dari produk-produk dalam negeri. Mengingat Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang besar dan menjadi pasar penting dalam pertumbuhan ekonomi global. Industrialisasi merupakan bagian penting dari agenda pembangunan jangka panjang suatu negara dan juga diakui secara luas sebagai dasar penting untuk pertumbuhan ekonomi (Kniivila 2008; Opoku dan Yan 2019; Ndiaya 2018; Wonyra 2018; Szirmai dan Verspagen 2015). Konsep ini sesuai dengan teori yang diusung oleh Thomas MD (1969) dalam pertumbuhan ekonomi regional, di mana pertumbuhan produktivitas memacu pendapatan, permintaan, dan percepatan multiplikasi pendapatan. Pertumbuhan kapasitas output juga dapat memengaruhi tingkat daya saing regional. Meskipun demikian, posisi Indonesia dalam perdagangan interregional
juga memiliki dampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi domestik. Perlu diketahui bahwa porsi tenaga kerja di sektor pertanian telah berkurang setengahnya, dari angka 5% pada tahun 1986 menjadi hanya 27% pada tahun 2019. Sebaliknya, antara tahun 1990 dan 2019, bagian pekerjaan di industri manufaktur dan konstruksi meningkat masing-masing sebanyak 5 dan 4%. Namun, perlu dicermati bahwa pekerja yang beralih dari sektor pertanian ke sektor jasa cenderung bekerja dalam aktivitas yang kurang produktif. (Ikhsan, et al. 2022).