Mood Booster for Writer

Apa sih puncak prestasi seorang penulis itu?

Dulu, saya kira puncak prestasi penulis itu kalau tulisan tayang di koran, buku terbit masuk toko besar se-Indonesia. Setelah itu tercapai, ternyata bukan itu puncak prestasinya.

Lalu saya kira puncak prestasi penulis itu kalau diundang jadi pembicara di radio, seminar, training, dan bedah buku. Setelah semua itu terlewati, rasanya biasa-biasa saja. Kemudian saya pikir puncak prestasi penulis itu kalau buku cetak ulang terus, bestseller nasional dan pesanan naskah dari penerbit semakin banyak berdatangan. Ah, setelah terlewati, ternyata juga biasa-biasa saja. Itu bukan puncak prestasi penulis.

Lantas apa puncak prestasi seorang penulis?

Buku ini merupakan potret perjalanan penulis selama 10 tahun menjadi penulis. Terutama saat menjadi penulis buku. Itu pertama, lalu kedua isinya sama sekali bukan tentang teknik menulis. Karena saya pikir sudah banyak buku panduan menulis. Justru yang belum banyak ialah panduan untuk menjadi seorang penulis. Eh, ada yang lebih penting lagi kenapa buku ini disusun.

Rupanya masalah terbesar sebagai penulis, ialah soal mood (suasana hati). Kalau lagi nggak mood, duh susah sekali nulisnya. Begitu, kan? Jadi, kalau temen-temen baca buku ini, harapannya jadi semangat gitu. Atau setidaknya, buku ini bisa mewakili penulis—karena kita nggak bisa berjumpa dan ngobrol banyak soal cara bertahan menjadi penulis.

kalimat andalan penulis yang sering digunakan:
1. Banyak orang yang suka menulis, tetapi sedikit dari mereka yang bisa bertahan jadi penulis.
2. Kalau ada dua orang yang sama-sama jago menulis, maka dia yang memiliki sikap dan mental positiflah yang akan bertahan lama jadi penulis.

Nah, apa maksud dari kedua kalimat tersebut?

Dapatkanlah jawabannya di dalam buku ini, ya!