Mengelola Sawatu (Sawah Tadah Hujan)

Berbasis Eco Technological Knowledge dan Literasi IT Menuju Masyarakat Inklusif

Desa-desa di Indonesia masih membutuhkan banyak pengembangan. Buku ini adalah satu contoh ideal model pengembangan desa.

Tentang Sawah Tadah Hujan (Sawatu)

Bantul, Yogyakarta dikenal dengan Slogan Projo-tamansari yang salah satu akronimnya adalah “Ijo royo-royo” yang berarti lahan dipenuhi dengan warna hijau atau persawahan. Bantul diharapkan menjadi tolak ukur dalam perkembangan agronomi ke depannya. 

Namun di salah satu wilayah Bantul tepatnya di Dusun Sarekan, Plembutan, Canden, Jetis, Bantul terdapat lahan persawahan yang mana tingkat produktivitas lahannya belum memberikan hasil maksimal. Lahan tersebut jauh dari irigasi perairan dan hanya mengandalkan air hujan atau biasa disebut sawah tadah hujan (Sawatu). 

Sedangkan potensi tanahnya cukup subur dan bisa ditanami berbagai tanaman yang menghasilkan dan mendukung kebutuhan masyarakat. Lahan tersebut seringkali hanya ditanami rumput sebagai pakan ternak, jika musim penghujan petani yang memiliki lahan tersebut bisa menanam padi walau terkadang beberapa hari kemudian kering dan harus memompa air dari sungai yang dibuat oleh kelompok tani Plembutan hasil swadaya dari warga yang memiliki lahan. Kelompok tani Plembutan ini berjumlah 15 orang, dengan rentang usia 35-70 tahun. 

Rata-rata penghasilan dari hasil pengolahan lahan sawah ini tidak menentu, ada yang mampu panen 2-3x dalam setahun dan bahkan beberapa lahan diabaikan begitu saja karena pemilik lahan sudah tidak mampu mengelolanya atau bahkan disewakan sebagai lahan menanam rumput pakan ternak. 

Rata-rata perbulan berpenghasilan kurang dari Rp 300.000,-. Mereka semua juga terdata sebagai warga PKH atau program keluarga harapan dan berpenghasilan rendah. Belum lagi adanya sejumlah warga difable dewasa yang berada di lingkungan Sarekan, Plembutan, Canden dengan karakteristik hambatan intelektual dan autism yang keberadaannya masih belum diajak berpartisipasi aktif dalam membangun desa. 

Permasalahan utama dari kelompok masyarakat ini adalah 1) lahan sawah yang belum bisa menghasilkan dengan kecenderungan ketergantungan akan perairan tadah hujan, 2) pengetahuan yang minim akan pengembangan lahan pertanian berbasis tehnologi dan kesenjangan digital yang menjadikan pendapatan petani yang masih sangat rendah. 3) partisipasi warga yang belum dioptimalkan termasuk mengajak peran serta difable dalam membangun desa.

Buku dengan judul Mengelola Sawatu (Sawah Tadah Hujan) Berbasis Eco Tech-nological Knowledge dan Literasi IT Menuju Masyarakat Inklusif ini merupakan ringkasan dari keseluruhan kegiatan yang menggambarkan proses peningkatan warga tani khususnya di daerah Plembutan, Canden, Jetis, Bantul, DI Yogyakarta dalam mengelola lahan yang tadinya tidak dimanfaatkan secara maksimal menjadi lahan yang lebih bermanfaat dengan penanaman sayur mayur sebagai pemenuhan kebutuhan pangan serta diharapkan menjadi cikal bakal pengembangan eduagrowisata dengan berbasis pada green economy dalam mewujudkan masyarakat inklusif melalui kegiatan yang bertujuan dengan mengelola sawatu (sawah tadah hujan) berbasis Eco Technological Knowledge melalui Literasi IT.

Buku ini merupakan tulisan awal yang harapannya terus dikembangkan berdasarkan hasil kegiatan pengembangan Sawatu serta peran serta masyarakat dalam bergotong-royong mengembangkannya. Harapannya mampu menjadi referensi dan sumber bacaan dalam mengembangkan lahan dengan karakteristik yang sama dengan melibatkan seluruh warga di dalamnya. 

Isi buku ini terdapat 5 bab yang menggambarkan mulai dari penjelasan Sawatu dan permasalahannya, pengembangan desain tehnologi yang dikembangkan, partisipasi dan keterlibatan seluruh warga, kunjungan kelompok PKBM dalam belajar bercocok tanam serta manfaat yang didapat dari pengembangan tehnologi.

Uraian materi di dalam buku ini sudah tentu masih sangat jauh dari sempurna, sehingga tim penulis sangat mengharapkan saran, masukan yang membangun sebagai wujud proses penyempurnaan dan harapannya bisa memberikan manfaat bagi semua orang yang membacanya.

Dapatkan Bukunya Sekarang Juga!

DAFTAR ISI

Daftar Isi 1

Spesifikasi Buku

Cetakan I Desember 2022;  96 hlm, ukuran 10 x 15 cm, kertas isi HVS 70 gram hitam putih, kertas cover ivory 230 gram full colour, jilid lem panas (soft cover) dan shrink bungkus plastik.

Harga Buku

Sebelum melakukan pembayaran, cek ketersediaan stock kepada admin. Jika buku out of stock pengiriman membutuhkan waktu – 3 hari setelah pembayaran.

Rp80.000

Rp69.200

Tentang Penulis

Dinar Westri Andini, dkk

Aktivis Pemberdayaan Desa, Tinggal di Yogyakarta