INOVASI WADAH MAKANAN BIOFOAM RAMAH LINGKUNGAN BERBASIS SERAT KULIT JAGUNG
buku ini dapat menjadi langkah kecil dalam menekan penggunaan styrofoam dan membuka peluang pemanfaatan limbah pertanian sebagai bahan baku bernilai ekonomi.
Urgensi Pemanfaatan Limbah Kulit Jagung sebagai Bahan Wadah Makanan
Jagung (Zea mays saccharata Sturt) merupakan salah satu komoditas pertanian penting di Indonesia. Komoditas ini masih menjadi kebutuhan pangan utama masyarakat, dengan tingkat permintaan yang tinggi, serta memiliki kemampuan adaptasi yang baik karena dapat tumbuh hampir di seluruh wilayah daratan Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi jagung nasional terus mengalami peningkatan pada periode 2020–2022. Pada tahun 2020, Indonesia mampu memproduksi jagung sebesar 12,9 juta ton dengan luas panen 2,33 juta hektare (Ha). Pada tahun 2021, produksi meningkat menjadi 13,4 juta ton dengan luas panen 2,32 juta hektare (Ha). Data produksi tersebut memang tidak lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya yang menyentuh angka 29,93 juta ton pada tahun 2019, tetapi pada masa pandemi Covid-19 pun produksi jagung nasional masih bisa menyentuh
angka 12,9-13,4 juta ton.
Kondisi demikian mengindikasikan besarnya peranan jagung dalam pertumbuhan subsektor tanaman pangan dan perekonomian nasional secara umum. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa produksi
jagung semakin tinggi maka sama dengan penambahan limbah kulit jagung itu sendiri. Seiring meningkatnya produksi jagung nasional limbah kulit jagung turut bertambah. Pemanfaatan ekonomi tanaman jagung hingga saat ini masih berfokus pada daun, biji, dan batang, sehingga kulit jagung belum dimanfaatkan secara optimal. Akibatnya, limbah kulit jagung sering dianggap sebagai sampah yang tidak bernilai ekonomi dan menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan, seperti menyebabkan banjir, penumpukan sampah yang menjadi sarang penyakit, serta aktivitas pembakaran yang menyebabkan pencemaran udara. Padahal, kulit jagung memiliki potensi ekonomis yang cukup
besar. Limbah ini dapat diolah menjadi berbagai produk bernilai tambah, antara lain bahan baku pengganti plastik, bahan kerajinan tangan, pakan ternak, hingga kertas kado dan lainnya.
Wadah makanan sekali pakai merupakan produk yang dirancang untuk sekali pemakaian. Salah satu wadah makanan sekali pakai yang paling banyak digunakan saat ini adalah styrofoam. Styrofoam
memiliki kandungan komposisi zat berbahaya seperti stirena, polietilena, dan butyl hydroxy toluene (BHT). Zat stiren yang terkandung pada styrofoam dapat menyebabkan iritasi pada kulit, iritasi pada mata, gangguan pada sistem pernafasan, dan dapat menyebabkan kanker.
Ketika digunakan untuk makanan, zat stiren dan zat aditif lainnya dapat berpindah ke dalam makanan sehingga berpotensi menjadi racun dan memicu gangguan pada sistem endokrin maupun sistem reproduksi. Selain itu, styrofoam sulit terurai karena mengandung senyawa polistirena, dan dikategorikan sebagai penghasil limbah berbahaya ke-5 terbesar di dunia karena pada proses produksinya menghasilkan limbah dalam jumlah besar.
Penggunaan styrofoam harus dihentikan dan dilakukan upaya alternatif pengganti bahan pengemas lain yang ramah lingkungan. Upaya mencari alternatif tersebut dapat diarahkan pada pemanfaatan
bahan-bahan yang mudah terurai secara alami.
Dapatkan Bukunya Sekarang Juga!
DAFTAR ISI
Daftar Isi 1
Daftar Isi 2Spesifikasi Buku
Cetakan I, Desember 2025; 108 hlm, ukuran 15,5 x 23 cm, kertas isi HVS hitam putih, kertas cover ivory 230 gram full colour, jilid lem panas (soft cover) dan shrink bungkus plastik.
Harga Buku
Sebelum melakukan pembayaran, cek ketersediaan stock kepada admin. Jika buku out of stock pengiriman membutuhkan waktu – 3 hari setelah pembayaran.
Rp 100.000
Rp 87,000