IKN HANYA BUTUH WIFI DAN NYALI Gelombang Ketiga Nusantara: Kajian Hukum dan Narasi Masa Depan Berbasis Data dan Peradaban
Buku ini memadukan kerangka berpikir tiga tokoh besar: Alvin Toffler, John Naisbitt, dan David Christian. Toffler dengan gagasan Gelombang Ketiga—tentang pergeseran peradaban dari agraris, industri, menuju masyarakat informasi. Naisbitt dengan megatrends-nya yang membaca masa depan berbasis data. Dan David Christian dengan Big History—yang menghubungkan titik-titik waktu untuk memahami arah evolusi peradaban.

Kenapa Harus Pindah? Emangnya Jakarta Kenapa?
Buku ini tidak ditulis dari menara gading akademik. Ia lahir dari perjalanan hidup, dari perpaduan antara kerja hukum, pengalaman teknologi, dan keingintahuan terhadap masa depan. Saya menulis sebagai orang yang pernah hidup di bawah atap rumah bebak, mengetik skripsi dengan mesin tik manual, hingga ikut menyaksikan gelombang digital menyapu dunia tanpa ampun.
Dan dalam semua pengalaman itu, saya menyimpulkan satu hal: perubahan bukan sekadar wacana, tapi keniscayaan. Dan jika perubahan itu sudah dideklarasikan secara hukum, secara politik, dan secara filosofis, maka menundanya justru menjadi kemunduran yang tersamar.
Pemindahan Ibu Kota Negara ke Nusantara bukan lagi sekadar rencana. Ia sudah sah secara konstitusional. Undang-Undang Ibu Kota Negara sudah berlaku, dan status Jakarta sebagai ibu kota sudah resmi dicabut.
Artinya, kita sedang hidup dalam situasi yang menuntut kepastian administratif dan kesiapan peradaban. Kita tidak bisa selamanya menjalankan negara dari lokasi yang secara hukum sudah tidak lagi menjadi pusat kekuasaan. Kita perlu langkah nyata. Kita perlu wifi dan nyali.
Dalam buku ini, saya mencoba memadukan kerangka berpikir tiga tokoh besar: Alvin Toffler, John Naisbitt, dan David Christian. Toffler dengan gagasan Gelombang Ketiga—tentang pergeseran peradaban dari agraris, industri, menuju masyarakat informasi. Naisbitt dengan megatrends-nya yang membaca masa depan berbasis data. Dan David Christian dengan Big History—yang menghubungkan titik-titik waktu untuk memahami arah evolusi peradaban.
Semua kerangka itu saya tarik untuk melihat IKN. Bukan sekadar proyek infrastruktur, tapi lompatan peradaban. Dan jika kita hanya melihat IKN sebagai pemindahan gedung-gedung kementerian, maka
kita sedang kehilangan momentum sejarah.
Maka saya beri judul buku ini: IKN Hanya Butuh Wifi dan Nyali: Gelombang Ketiga Nusantara: Kajian Hukum dan Narasi Masa Depan Berbasis Data dan Peradaban Buku ini saya tujukan kepada siapa pun yang peduli pada arah bangsa ini—dari para pengambil kebijakan, akademisi, aktivis, sampai
rakyat biasa yang ingin tahu ke mana sebenarnya negeri ini akan diarahkan.
Karena satu hal pasti: Masa depan tidak bisa ditunda. Dan masa depan tidak dibangun dari keraguan, tapi dari keputusan yang berani dan sistem yang siap.
Dapatkan Bukunya Sekarang Juga!
DAFTAR ISI








Spesifikasi Buku

Cetakan I, Juni 2025; 438 hlm, ukuran 15,5×23 cm, kertas isi Bookpaper hitam putih, kertas cover ivory 230 gram full colour, jilid lem panas (soft cover) dan shrink bungkus plastik.
Harga Buku
Sebelum melakukan pembayaran, cek ketersediaan stock kepada admin. Jika buku out of stock pengiriman membutuhkan waktu – 3 hari setelah pembayaran.
Rp 220.000
Rp 209,000
Tentang Penulis

H. Abdul Wahid Azar, S.H., M.H.
Seorang pengusaha dan penulis, serta penulis aktif di berbagai platform opini publik nasional. Ia menyelesaikan Magister Hukum dengan predikat cumlaude, serta telah tersertifikasi kompeten dalam penulisan buku nonfiksi oleh BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi).
Penulis adalah aktivis dan pengurus Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Kupang (1989), dan kini aktif di Pengurus Pusat Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI), serta menjadi bagian dari Relawan IPHI Peduli Stunting Indonesia.
Sebagai pendiri Multiartha Group dengan produk unggulan seperti LowcostATM.co.id, ia dikenal sebagai pengusaha sukses yang tumbuh dari keberanian bermodal nekat. Kisah perjuangannya juga tertuang dalam buku “Bondo Nekad: Tekad Wong Ndeso Jadi Legislator”, yang menggambarkan perjalanan hidup dari desa hingga ke panggung politik nasional.
Pendidikan adalah warisan termahal yang ia perjuangkan bagi anak-anaknya—yang kini menempuh studi di Amerika Serikat, Manchester-Inggris, dan berbagai program internasional.
Usaha tekun adalah prinsip. Doa adalah kekuatan. Dan menulis adalah cara menjaga akal sehat di tengah arus opini yang semakin bias arah dan makna.
Buku ini saya tulis berdasarkan pengalaman pribadi dan kesaksian