Lahir sebagai pribadi perfeksionis dan memiliki target hidup yang tinggi membuat saya terus mengejar karir. Setelah wisuda dan menjadi dokter saya mematok target tinggi. Apalagi kemudian status saya menjadi aparatur sipil negara. Eksistensi saya tunjukan dengan menjadi dokter yang penuh dedikasi.

Tidak cukup sekedar menjadi abdi negara saya masih membuka klinik sendiri di rumah. Praktik melayani beragam pasien dari Lombok Timur. Pagi hingga malam waktu saya tercurah untuk aktivitas di luar. Waktu bersama keluarga berkurang begitu drastis. Suami dan anak-anak hanya bertemu dalam waktu singkat.

Semuanya berubah drastis ketika saya kerap terserang sakit. Tubuh mudah lemah, gemetaran seringkali terasa. Setelah melalui pemeriksaan dan cek laboratorium, akhirnya diketahui saya menderita auotoimum. Umur saya pun diprediksi tersisa sembilan bulan.

Penyakit ini membuat bobot tubuh saya turun drastis. Menu makanan tidak boleh sembarangan. Salah makan dapat membawa efek buruk bagi tubuh saya. Pola makan harus berubah total.

Aktivitas yang semula begitu padat berubah. Saya harus memutuskan untuk mundur sebagai abdi negara. Klinik pribadi dikelola lebih selektif, tidak sembarangan menerima pasien. Waktu praktik pun kian longgar.

Tidak percaya, itu yang saya rasakan di awal-awal menerima vonis autoimun. Menepi dan menjauhi banyak orang terjadi. Hingga kemudian Allah memberi kesempatan kedua. Operasi tidak biasa yang menyelamatkan nyawa saya Alhamdulillah