EKOSISTEM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT UMKM Halal-Digital, Gerakan Pemuda, Ketahanan Pangan, Pendidikan Anak, dan Lingkungan

Buku ini menawarkan cara pandang yang optimis sekaligus realistis. Inovasi di sini bukan sekadar konsep, tetapi praktik yang bisa dirasakan dampaknya.

Menjalin Kekuatan Desa: Ekosistem Pemberdayaan sebagai Gerakan Sosial

Pemberdayaan bukan sekadar istilah manis dalam wacana pembangunan, melainkan rangkaian keputusan, pertemuan, kegigihan, serta keberanian untuk memulai hal-hal yang terlihat sederhana namun berdampak panjang. Karena itu, buku ini disusun untuk menunjukkan bahwa perubahan sosial yang berkelanjutan hanya mungkin terjadi ketika berbagai unsur kehidupan masyarakat— ekonomi, pendidikan, kesehatan, lingkungan, pangan, dan peran generasi muda—dilihat sebagai satu ekosistem yang saling terhubung.
Kami menyadari bahwa tantangan masyarakat hari ini kian kompleks. Ketika satu persoalan muncul, ia sering membawa persoalan lain yang tak kalah mendesak. Keterbatasan akses ekonomi dapat
mempengaruhi kualitas pendidikan; lemahnya literasi kesehatan bersinggungan dengan gizi keluarga; kerentanan lingkungan berdampak pada risiko sosial; dan ketahanan pangan tidak bisa dipisahkan dari daya tahan petani serta dukungan kebijakan dan inovasi. Inilah alasan mengapa pendekatan sektoral yang berdiri sendiri sering kali berakhir menjadi program sesaat. 

Buku ini mencoba menawarkan sudut pandang yang lebih menyeluruh: bahwa pemberdayaan harus dirancang sebagai jalinan kerja kolaboratif yang menargetkan kemandirian, bukan ketergantungan.
Pada ranah ekonomi, buku ini menyoroti bagaimana penguatan UMKM menjadi pintu masuk penting bagi peningkatan kesejahteraan keluarga dan stabilitas sosial. Pembaca akan menemukan benang merah dari upaya meningkatkan daya saing UMKM melalui sertifikasi halal, penguatan legalitas usaha, inovasi pengemasan, serta pemanfaatan ruang digital sebagai etalase baru yang menjanjikan. Halal tidak semata persoalan kepatuhan, tetapi juga bahasa kepercayaan pasar; sementara digitalisasi bukan sekadar tren, melainkan gerbang keberlanjutan yang memperluas akses konsumen dan membuka peluang pertumbuhan yang lebih adil.

Selain ekonomi, buku ini memberi perhatian serius pada peran generasi muda sebagai energi transformasi. Revitalisasi organisasi kepemudaan menunjukkan bahwa pemuda tidak kekurangan
potensi, tetapi sering membutuhkan ruang dan narasi bersama agar bergerak dari keberadaan administratif ke gerakan yang hidup dan berdampak. Dengan memulihkan fungsi forum pemuda sebagai ruang kepemimpinan, kolaborasi, serta pelatihan kepekaan sosial, gerakan pemberdayaan memperoleh satu mesin perubahan yang mampu menghidupkan kreativitas, solidaritas, sekaligus keberlanjutan program sosial di level komunitas.

Perspektif pemberdayaan dalam buku ini juga diperluas lewat pembahasan tentang model intervensi sosial yang terpadu. Gagasan lima pilar pemberdayaan—ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosialkemanusiaan, dan penguatan nilai—menegaskan bahwa bantuan yang paling bermakna bukanlah yang paling besar, tetapi yang paling tepat menyentuh akar kebutuhan dan membuka jalan bagi kemandirian.

Dalam konteks ini, kolaborasi lintas aktor menjadi kata kunci, sebab tidak ada satu institusi pun yang sanggup menanggung seluruh beban perubahan sendirian. Di sisi lain, isu lingkungan hadir sebagai refleksi bahwa kualitas hidup masyarakat masa depan sangat ditentukan oleh pilihan-pilihan
yang dibuat hari ini. Pengelolaan bank sampah berbasis partisipasi warga menjadi contoh bagaimana kesadaran kolektif bisa ditumbuhkan melalui sistem yang sederhana namun konsisten. Kegiatan memilah, menabung, dan mengelola sampah bukan hanya soal kebersihan, tetapi juga pergeseran budaya; sebuah langkah yang mengajarkan bahwa perubahan sosial bisa dimulai dari rumah tangga, lalu tumbuh menjadi gerakan bersama yang memulihkan ruang hidup.

Ketahanan pangan dalam buku ini ditempatkan sebagai isu strategis yang menyentuh jantung kemandirian bangsa. Pertanian rakyat—dengan segala tantangan iklim, akses sarana produksi, fluktuasi
harga, dan regenerasi petani muda—tetap menjadi fondasi utama yang tidak boleh diabaikan. Dengan mengangkat peran petani sebagai penjaga stabilitas pangan sekaligus penopang ekonomi keluarga,
buku ini mengingatkan kita bahwa keberlanjutan sistem pangan membutuhkan inovasi, kolaborasi, serta dukungan sosial yang nyata, bukan sekadar seremonial.

Akhirnya, kami berharap buku Ekosistem Pemberdayaan Masyarakat dapat menjadi rujukan, pemantik dialog, dan inspirasi praktis bagi pembaca dari berbagai latar: akademisi, pegiat sosial,
mahasiswa, pengambil kebijakan, penggerak UMKM, maupun masyarakat umum yang ingin melihat contoh-contoh pemberdayaan yang lebih membumi. Buku ini tentu tidak sempurna, namun
kami percaya bahwa setiap catatan praktik baik—sekecil apa pun— akan selalu bernilai ketika ia mampu menyalakan ide, menguatkan kolaborasi, dan mendorong lahirnya gerakan kemandirian yang lebih
luas. Semoga buku ini menjadi jejak yang bermanfaat, dan menjadi pengingat bahwa pemberdayaan sejati adalah proses memanusiakan manusia, sekaligus menumbuhkan masa depan bersama.

Dapatkan Bukunya Sekarang Juga!

DAFTAR ISI

Daftar Isi 1
Daftar Isi 2
Daftar Isi 3
Daftar Isi 4
Previous
Next

Spesifikasi Buku

Cetakan I, Desember 2025;  153 hlm, ukuran 15,5 x 23 cm, kertas isi HVS hitam putih, kertas cover ivory 230 gram full colour, jilid lem panas (soft cover) dan shrink bungkus plastik.

Harga Buku

Sebelum melakukan pembayaran, cek ketersediaan stock kepada admin. Jika buku out of stock pengiriman membutuhkan waktu – 3 hari setelah pembayaran.

Rp 110.000

Rp 103,500

Tentang Penulis

Binti Mutafarida, SE., MEI, dkk