DILEMA PEMERINTAHAN LOKAL DALAM ARENA KONSOLIDASI DEMOKRASI

Buku yang berisi gagasan-gagasan dari akademisi muda Ilmu komunikasi dengan sub tema yang berbeda-beda. dengan berbagai ide segar dalam ilmu komunikasi yang dapat memberikan warna
tersendiri bagi pembaca.

Bagaimana Bentuk Pemerintahan Lokal?

Pasca perang dingin, negara-negara di dunia memasuki sebuah fase yang tidak pernah dibayangkan maupun diprediksi sebelumnya oleh para pemimpin dunia termasuk para ilmuan atau pengamat yaitu: Pertama, arus Tata Dunia Baru (New Worl Order) yang banyak melahirkan tantangan-tantangan yang terasa berat terutama bagi negara bekas sosialis atau komunis dan negara-negara dunia ketiga (negara berkembang) yang banyak menghadapi persoalan global baik ekonomi, politik, sosial. Pada satu sisi mereka dengan kegelisahan terutama rezim yang berkuasa bahkan rezim peralihanpun dalam menghadapi perubahan dunia yang sangat drastis, akan tetapi disisi lain mereka menggantungkan harapan besar pada perubahan itu, karena dalam negeri terjadi berbagai kondisi yang sangat memprihatinkan mulai dari kemiskinan, disintegrasi bangsa yang dipicu oleh konflik horizontal maupun vertikal dan juga oleh kesewenang-wenangan pemerintah pusat kepada pemerintah lokal, kepemimpinan nasional yang dikendalikan dengan sistem militer yang otoriter dan pelanggaran hak asasi manusia serta pemerintahan dibawah kendali ologarki. 

Karenannya perubahan menjadi tumpuan harapan mayarakat dunia bagaimana menata kembali sistem sosial, politik dan pemerintahan di suatu negara yang sesuai dengan demokrasi. Untuk mencapai kondisi yang demikian tentu salah satu indikatornya adalah menciptakan sebuah negara yang ideal, seperti yang dikemukakan oleh Robinson dan White (dalam Saito, 2008:2) bahwa sebuah negara ideal dicirikan dengan demokrasi dan juga pembangunan negara termasuk dalam hal perluasan partisipasi, pertumbuhan jasa, kebijakan pro memerangi kemiskinan dan mengakui adanya keterwakilan. Agar mencapai negara ideal tersebut, maka maka salah satu sistem yang diinginkan adalah desentralisasi. Desentralisasi menurut kamus adalah cara membalikkan pemusatan administrasi yang dilakukan secara terpusat dengan memberikannya kekuasaan pada pemerintahan lokal. Sehingga ide-ide desentralisasi sebagai fenomena politik yang mencakup administrasi dan pemerintahan, pendelegasian maupun distribusi kekuasaan kepada level bawah dalam hirarki territorial (Smith, 1985).

Kedua, arus yang masih ada kaitannya dengan yang pertama, dan melahirkan salah satu fenomena dunia kontemporer dicirikan dengan masalah globalisasi maupun lokalisasi yang dhubungkan dengan
reformasi kelembagaan ke arah desentralisasi dan demokratisasi di tingkat lokal. Golombang desentralisasi itu mempengaruhi struktur pemerintah dibanyak negara di dunia sejak beberap dekade terakhir. Dengan demikian desentralisasi tidak hanya sekedar sebagai pesolaan perdebatan teoritis (theoretical problem), namun juga sebagai kebutuhan empiris (empirical need), sehingga kemunculan bentuk desentralisasi dianggap sebagai kebutuhan universal, maka hampir semua negara di dunia mengadopsi bentuk dari sistem ini (dalam Wantu, 2013). Fenomena ini diungkapkan oleh King yang dikutip oleh Smith (1985) bahwa negara-negara yang paling kecilpun memiliki bentuk pemerintahan lokal yang memiliki derajat otonomi.

Dapatkan Bukunya Sekarang Juga!

DAFTAR ISI

Daftar Isi 1

Spesifikasi Buku

Cetakan I Desember 2022;  172 hlm, ukuran 15,5 x 23 cm, kertas isi HVS 75 gram hitam putih, kertas cover ivory 230 gram full colour, jilid lem panas (soft cover) dan shrink bungkus plastik.

Harga Buku

Sebelum melakukan pembayaran, cek ketersediaan stock kepada admin. Jika buku out of stock pengiriman membutuhkan waktu – 3 hari setelah pembayaran.

Rp150.000

Rp 110,000

Tentang Penulis

Prof. Dr. Sastro Mustapa Wantu, S.H, M.Si

Penulis menempuh pendidikan S-1 dalam Ilmu politik di Universitas Sam Ratulangi Manado dan lulus tahun 1991 dan pendidikan S-1 Ilmu Hukum di Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Sunan Giri (STIH) Malang tahun 2012), Gelar Magister ilmu politik diperoleh dari Universitas Gadjah Mada, tahun 1994, dan Gelar Doktor tentang administrasi publik diperoleh dari Universitas Barwijaya Malang tahun 2011 dengan menulis disertasi yang berjudul Rekrutmen Pejabat Di Lingkungan Birokrasi Pemerintahan Daerah Dalam Perspektif Bureaucratic Politic. Pendidikan lain adalah kursus Lembaga Ketahanan Nasional (LEMHANNAS), Doswar Selama 3 bulan pada tahun 2002, training (pelatihan) Human Right kerjasama sama Mabes Polri, dan
Pemerintahan Australia pada tahun 2002, Training Human Right (REFUGEE) kerjasama Departemen Hukum dan HAM dengan Palang Merah Internasional (PBB). Aktivitas mengajarnya di Universitas Negeri Gorontalo sebagai dosen tetap, menghasilkan beberapa buku antara lain: Beberapa Teori Dalam Administrasi Publik (2012), Dinamika Elit Politik Lokal (2012), Desentralisasi Dalam Ruang Pemerintahan Daerah (2013), Guru Dalam Himpitan Politik Sebagai Fenomena Politisasi Birokrasi Di kota Gorontalo (2013) Rekrutmen Representative Bureaucracy Pada Birokrasi Lokal (2015), Kebijakan Pemerintahan Lokal Etnisitas Dan Multikulturalisme (2015), Kebijakan Pembangunan Agropolitan Pangan Pada Pemerintah Gorontalo (2016). Kebijakan Pembangunan Pertanian Dan ekonomi Politik di Tingkat Lokal (2017). Kegiatan lain terlibat dalam kegiatankegiatan lainnya seperti sebagai Trainer Hak Asasi Manusia bagi Polisi pada tahun 2002–2003, kerjasama dengan Mabes Polri dengan Palang Merah Internasional, Ketua Pengawas Pemilu kota gorontalo dalam pemilihan presiden 2004, anggota DKKP provinsi Gorontalo tahun 2014.