DAKWAH DAN TRANFORMASI SOSIAL: Pembelajaran dari Berbagai Daerah

Buku ini berusaha untuk melihat bagaimana perkembangan ilmu dakwah dan komunikasi dalam melakukan transformasi sosial.

PROSES PERUBAHAN BERBASIS INOVASI: MEMBUMIKAN NILAI-NILAI ISLAM DENGAN KONSEP DIFUSI INOVASI DARI ROGERS

Dakwah tanpa tujuan perubahan, seperti memanah tanpa sasaran. Hal ini karena dakwah sendiri secara umum diartikan sebagai menyampaikan pesan atau mengajak orang untuk mengamalkan ajaran agama dan banyak sekali ajaran agama yang perlu “dibumikan” untuk mendapatkan kondisi yang lebih baik. Dakwah tanpa pesan perubahan yang kontekstual akan membuat mad’u jenuh. Hal ini nampak dari munculnya gejalak “ngantukisme” ketika mengikuti dakwah.

Bagaimana memulai perubahan sosial? Jika menggunakan pendekatan berbasis masalah (problem base) maka titik mulai perubahan dilakukan dengan mencari dan menemukan masalah yang hendak diselesaikan. Setelah itu bisa dilanjut dengan proses PAR atau varian action reseach lainnya untuk mengurai dan menyelesaikan masalah secara pastisipatori (Altrichter et al., 2002; Kemmis & McTaggart, 1988; Kinpaisby-Hill, 2019). Jika menggunakan pendekatan berbasis aset (asset base/positif inquiry/Appreciative Inquiry) maka langkah pertamanya adalah discovery atau menemukan aset yang akan digarap (Breeze, 2008; García, 2020; Mcknight, 2017). Langkah selanjutnya bisa menggunakan proses 5D, yaitu Discovery (Definition), Discovery, Dream, Design dan Destiny (Somerville & Farner, 2012; Whitney & Cooperrider, 2000). Dua pendekatan tersebut saya rasa menjadi titik tolak yang bisa digunakan oleh pengembang masyarakat untuk memulai perubahan sosial. Namun demikian, selain dua pendekatan tersebut ada beberapa konsep lain untuk merumuskan langkah atau proses (tahap) perubahan sosial. Mengacu pada Randy R Wrihatnolo dan Riant Nugroho Dwidjowijoto proses perubahan bisa juga dilakukan dengan langkah 3P, yaitu penyadaran, pengkapasitasan, dan pendayaan (Wrihatnolo & Dwidjowijoto, 2007).
Dalam tulisan ini, saya akan memperkenalkan satu konsep lagi yang menurut saya mempunyai titik awal yang berbeda dengan pendekatan-pendekatan yang ada di atas. Pendekatan yang saya maksut adalah pendekatan berbasis adopsi dan inovasi atau difusi. Adopsi diartikan sebagai penerimaan atas sesuatu pesan. Difusi diartikan sebagai penyebaran sesuatu, dari satu pihak kepada pihak lainnya. Penyebaran ini bisa berupa kebudayaan, teknologi, alat, ide yang baru. Inovasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai penemuan atau pengenalan hal-hal yang baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal oleh masyarakat sebelumnya. Wujud inovasi ini bisa berupa gagasan, metode, ataupun alat. Inovasi penting untuk kemajuan masyarakat sehingga perlu sebuah cara atau rekayasa sehingga semakin banyak orang yang mengaplikasikan sebuah inovasi di masyarakat. Dengan demikian inovasi dapat diartikan sebagai suatu praktik, gagasan, ataupun alat yang dianggap baru oleh sekelompok masyarakat meski pada sebagian kalangan belum tentu dipandang sebagai sesuatu yang baru. Berdasarkan definisi konsep adopsi, inovasi, dan difusi maka difusi inovasi dapat diartikan sebagai penyebaran inovasi atau bagaimana suatu temuan baru dikomunikasikan kepada masyarakat melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu sehingga orang menerima dan menerapkan temuan baru tersebut. Proses penyebaran temuan baru tersebut dinamakan difusi inovasi.

Dapatkan Bukunya Sekarang Juga!

DAFTAR ISI

Daftar Isi 1
Daftar Isi 2
Daftar Isi 3

Spesifikasi Buku

Cetakan I, Desember 2023;  256 hlm, ukuran 15,5 x 23 cm, kertas isi Bookpaper hitam putih, kertas cover ivory 230 gram full colour, jilid lem panas (soft cover) dan shrink bungkus plastik.

Harga Buku

Sebelum melakukan pembayaran, cek ketersediaan stock kepada admin. Jika buku out of stock pengiriman membutuhkan waktu – 3 hari setelah pembayaran.

Rp150.000

Rp 141,600

Tentang Penulis

Pajar Hatma Indra Jaya, dkk.