CIRCLE ISLAMIC COMMUNITY DEVELOPMENT (Lingkaran Pengembangan Masyarakat Islam)

Buku ini menjadi  wacana budaya yang diyakini bisa menjawab berbagai tantangan budaya kontemporer

Rekonstruksi Dakwah Pengembangan Masyarakat Islam

Kalau merujuk kepada apa yang dicontohkan Rasulullah ketika membangun masyarakat, setidaknya harus ditempuh tiga tahap atau proses pengambangan masyarakat, yakni takwiin, tanzîim dan taudi’. Takwiin adalah tahap pembentukan masyarakat Islam. Kegiatan pokok tahap ini adalah dakwah bil lisan sebagai ikhtiar sosialisasi aqidah, ukhuwah dan ta’āwun. Semua aspek ini ditata menjadi instrumen sosiologis. Adapun proses sosialisasi dimulai dari unit terkecil dan terdekat sampai kepada perwujudan-perwujudan kesepakatan. 

Sasaran tahap pertama ini adalah terjadinya internalisasi ajaran Islam dalam kepribadian masyarakat, kemudian megekspresikannya dalam ghiirah dan sikap membela keimanan dari tekanan struktural Al-malā Al-Mutrafiin (para penindas). Pada tahap ini, Rasulullah hakikatnya sedang melaksanakan dakwah untuk pembebasan akidah masyarakat dari sistem akidah yang menjadikan keinginan subjektif manusia (Al-hawā) yang di personifikasikan dalam bentuk berhala (asnām) menuju sistem akidah alamiah (asli) yang hanya mengikatkan diri dengan meng-esa-kan Allah secara murni.

Menurut Amrullah Ahmad sistem teologis Arab jahiliah adalah menggunakan sistem berpikir bertingkat: mereka mempercayai adanya Allah tetapi untuk mendekati dan menuju-Nya, tapi malah membuat sarana berupa berhala. Implikasi epistemologi syirik dalam cara berpikir adalah dikotomik, memandang segala sesuatu dengan dua pijak visi: Allah dan Berhala. Implikasi sosiologis dan kultural dari sistem akidah yang mendua ini telah melahirkan sebuah tata sosial dan budaya tiranik (tughyān), melegitimasi perbudakan, pemasungan hak-hak esensial manusia, dan ketimpangan stratifikasi sosial dan ekonomi.
Sistem yang rapuh secara epistemologis ini sudah berurat berakar dalam bangunan dasar masyarakat Makkah. Kenyataan mengabarkan bahwa sistem nilai yang salah dan zalim yang dikelola secara rapih akan dapat bertahan dari tekanan dakwah, kecuali ada kekuatan dakwah yang terorganisir dengan
kerangka tauhid yang tuntas dan ditopang oleh kepemimpinan yang kuat. Selama masa pembentukan ini dalam kurun 13 tahun, dakwah Islam belum berhasil mengubah sistem keberhalaan. Hanya saja kekuatan para penindas Al-malā Al-mutrafiin) sudah mulai terurai dan longgar.

Masih menurut Amrulah Ahmad, pada tahap takwiin, fundamen sosial Islam dalam bentuk akidah, al-ukhuwah al-Islāmiyyah, ta’āwun, dan shalat sudah dapat diletakkan oleh Nabi. Demikian juga tauhid telah menjadi instrumen sosiologis dalam mempersatukan para sahabat dan masyarakat muslimin dengan ghiirah Islam yang sangat mendalam. Proses dakwah terus berlangsung meskipun dengan tekanan struktural yang semakin tajam. Sasaran dakwah mulai bergeser kepada kabilah yang datang pada musim haji. Sasaran baru ini pada gilirannya akan mengungkap banyak perspektif strategi dan metodologi dakwah yang relevan yang dihadapi oIeh masyarakat Islam ketika itu, bahkan dapat ditransformasikan sebagai salah satu model masyarakat kini dan masyarakat yang akan datang.

Dapatkan Bukunya Sekarang Juga!

DAFTAR ISI

Daftar Isi 1
Daftar Isi 2

Spesifikasi Buku

Cetakan I, Mei 2024;  138 hlm, ukuran 15,5 x 23 cm, kertas isi HVS hitam putih, kertas cover ivory 230 gram full colour, jilid lem panas (soft cover) dan shrink bungkus plastik.

Harga Buku

Sebelum melakukan pembayaran, cek ketersediaan stock kepada admin. Jika buku out of stock pengiriman membutuhkan waktu – 3 hari setelah pembayaran.

Rp 100.000

Rp 97,900

Tentang Penulis

Dr. Rahmat Ramdhani, M.Sos.I,

Latar belakang pendidikannya sangat kental dengan dunia Pesantren, mulai dari MI Darussalam Bengkulu (lulus 1995), MTs Darussalam Bengkulu (lulus 1998), MA Darussalam Bengkulu (lulus 2001), Sarjana Strata 1 di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Raden Intan Lampung (lulus 2005), Magister Strata 2 Prodi Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) di Pascasarjana UIN Raden Intan Lampung (lulus 2008) dan Doktoral Strata 3 Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) di Pascasarjana UIN Raden Intan Lampung (2018).
Suami dari Fitri Habibah dan Ayah dari Naifa Karima Rahmani, Nindya Amira Rahmani dan Nahdhiyan Ibadurrahman, merupakan sosok akademisi yang aktif di UIN FAS Bengkulu serta pernah menjabat sebagai Ka.Prodi KPI dan MD (2013-2017), Ketua Jurusan Dakwah (2017-2019) dan Kepala Pusat Pengabdian Masyarakat (2019 – 2021), Wakil Dekan 1 Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (2022-sekarang).
Penulis juga tercatat sebagai Pengasuh Pondok Pesantren Darussalam Kota Bengkulu (2012 – Sekarang, Pengurus MUI Provinsi Bengkulu (2020-2025), Pengurus Asosiasi Pondok Pesantren Nahdhatul Ulama/RMI-NU Bengkulu, 2022-2027), Ketua Tanfidziyah PCNU Kota Bengkulu (2024-2029) .Karya tulisan dan penelitian diantaranya: 1) Pola Interaksi Masyarakat Beda Agama di Desa Talang Benuang Kabupaten Seluma (2012); 2) Reposisi Rumah Ibadah di Bengkulu Tengah (2013); Dakwah Kultural Masyarakat Lembak Kota Bengkulu (2015); Implemetasi Dakwah bil Qalam Da’I di Kota Bengkulu (2016); Model Komunikasi Antarbudaya (2017); Da’I Migran dan Pemberdayaan Masyarakat di Kota Bengkulu (2018). Assistence Media Literacy for Youth in Bengkulu City (2022), eksistensi Pesantren Dalam Pemberdayaan Masyarakat di Era Disrupsi (2023)