CATATAN SEORANG SANTRI (Edisi Revisi)

Buku ini menjadi penting bagi seluruh lapisan masyarakat untuk
dibaca secara utuh dan mengambil pelajaran dari buku ini sebagai bagian dari pegangan hidup yang penting dalam mengarungi hidup di zaman yang serba tidak tentu, penuh fitnah, dan banyak pembuli.

Barokah Buku ‘Catatan Seorang Santri'

Sebenarnya saya malu mengaku menjadi santri karena nama saya tidak ada bau santrinya: Henry Sutopo. Kata orang intelek, itu adalah nama yang tidak marketable sebagai santri, maka saya akan
lebih pede jika orang menyebut saya sebagai Santri Muallaf atau Muallaf Santri.

Santri original itu kalau namanya ada bau Arabnya, apalagi depannya pakai Abu, wah, itu santri bingit dan pasti Islim maksud saya saking Islamnya. Ditambah, biasanya berangkat dari desa ke pesantren diantar orang tua dengan nawaitu tholabul ilmi di pesantren. Sedangkan saya tidak demikian. Jadi santri sebab ‘dipaksa’ orang tua, tetapi paksaan yang MEMBAWA BERKAH, karena kebetulan rumah tinggal saya berdampingan dengan pesantren. Itu saja saat nyantri tidak begitu rajin dan tekun seperti santri pada umumnya sehingga ilmu yang saya peroleh cuma ala kadarnya.

Bagaimana tidak … lha, wong ngaji fiqh cuma khatam Kitab Supinah, Safiinatunnajat, lanjut Kitab Tagrib cuma muter-muter bab Thoharoh tata cara bersuci… dan yang paling berkesan jika diterangkan adalah fasal yang mewajibkan mandi besar itu ada enam perkara. Ngaji Tauhidnya Kitab Sulam Diyaanah… paling tinggi Kitab Jawaahirul Kalaamiyyah, tapi alhamdulillah, sampai sekarang sifat wajib bagi Allah yang dua puluh masih hafal.

Mestinya kalau santri beneran itu paling tidak hafal Alfiyah, sedangkan saya ngaji Nahwu cuma Kitab Jurumiyyah. Kalau ngaji Nahwu, saya paling mangel sama ZAIDUN dan paling kasihan sama AMRON karena bertahun-tahun guru saya memberi contoh FA’IL pelaku yang memukul selalu ZAIDUN. Sedangkan MAF’UL BIH menjadi objek sasaran yang dipukul AMRON melulu… Dhoroba ZAIDUN Amron… Telah memukul siapa Zaid dan yang dipukul adalah si Amron… Kasihan sekali Si Amron…. Awas kamu Zaidun! 

Boro-boro mahir Shorof, hafalan saya cuma Fil Tsulatsi saja yang mujarrod. Jika tashrifan yang maziid, saya jadi pusing dan bingung. Walau jadi santri lumayan lama, tapi kalau diajak ngomong bahasa
Arab, saya nggak nyambung karena nggak paham… Kalau ada yang tanya-jawab bahasa Arab, yang bisa kujawab cuma empat pertanyaan, yaitu:
1. Man Robbuka? Jawaban saya: Allahu Robbii.
2. Man Nabiyyuka? Jawaban saya: Muhammad SAW Nabiyyi
3. Maa Kitaabuka? Jawaban saya: Alquranu Kitaabii.
4. Maa dinuka? Jawaban saya: Al Islaamu dini.

Dah … cuma itu. Tapi alhamdulillah, selama jadi santri banyak diajari doa-doa. Doa yang paling saya suka dan saya hapal ya cuma Alloohumma baariklana fiimaa rozaqtana waqina ‘adzaabannaar… sama doa Robbana Aatina fiddunya Khasanah wafil aakhiroti Khasanah waqinaa ‘adzaabannaar.

Saya menulis catatan ini gara-gara ikut komunitas “Pejuang Kemanusiaan” yang semuanya punya HP Geretan, Android, sedangkan HP saya masih jadul hanya bisa untuk SMS-an… layarnya saja sudah bruwet kaya kaca mobil kehujanan tanpa AC dan wipernya rusak. karena tuntutan komunikasi para pejuang itu, saya coba pakai HP bekas anak saya yang sudah nggak mau pakai. Karena kameranya eror, casingnya dah meringis nggak mau nutup rapat… nekan layarnya harus berkali-kali dengan tenaga ekstra, tapi e ee lama-lama asyik juga bisa Washlapan (WA nan), walau grothal-grathul sering keliru. Tambah hari nomer hape saya kena wabah Grup Mania, termasuk dimasukkan Grup Santri… otomatis keluarlah MEMORI SANTRI yang kemudian jadi kumpulan catatan ini.

Saya menulis hanya berdasar dorongan ingatan yang masih tersisa… apa yang pernah saya lihat, rasakan, pikirkan, dan saya alami serta pernah saya lakukan kok pingin saya tulis ya tulis gitu aja. Tapi
tentu tidak semuanya, Insyaallah saya masih agak normal dan sadar, jika hal itu menyangkut privasi atau pertimbangan lain cukup saya simpan dalam hati.

Namun jika tulisan itu dianggap benar atau salah saya nggak masalah… dianggap ngawur atau orang ngelindur saya tetap bersyukur…. bermutu atau tidak, saya nggak tahu… ilmiah atau hanya tulisan SAMPAH…. Monggo terserah! Yang jelas alhamdulillah… dengan menulis ini, ada ikhtiar yang saya lakukan untuk menunda ALZHEIMER atau PIKUN yang sudah menunggu di depan mata, dan saya bisa bercerita
kepada anak cucu, bila tiba saat harus menghadap-Nya, bahwa benar hidup di dunia ini hanyalah permainan dan SESUATU YANG MELALAIKAN (Q.S. AI An’aam: 32, Al ‘Ankabuut: 64, Muhammad: 36, dan Al Hadid: 20).

Terima kasih kepada orang tuaku, para kyai, dan guru-guru saya, wabil khusus Allahu yarham Simbah K.H. Ali Maksum, Simbah K.H. Zainal Abidin Munawwir dan para pengasuh Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta. Termasuk pula kepada Simbah K.H. Syansuri Badawi, salah satu santri pilihan Hadratussyekh K.H. Hasyim Asy’ari dan K.H. Adlan Aly, yang juga santri kinasih Hadratussyekh K.H. Hasyim Asy’ari. Dari kedua guru tersebut, saya tabarukan ngaji posonan di Pesantren Tebuireng, Jombang

Dapatkan Bukunya Sekarang Juga!

DAFTAR ISI

Daftar Isi 1
Daftar Isi 2
Daftar Isi 3
Daftar Isi 4
Daftar Isi 5
Daftar Isi 6
Daftar Isi 7
Daftar Isi 1
Daftar Isi 2
Slider Caption

Spesifikasi Buku

Cetakan I, April 2025;  600 hlm, ukuran 15,5 x 23 cm, kertas isi Bookpaper hitam putih, kertas cover ivory 230 gram full colour, jilid lem panas (soft cover) dan shrink bungkus plastik.

Harga Buku

Sebelum melakukan pembayaran, cek ketersediaan stock kepada admin. Jika buku out of stock pengiriman membutuhkan waktu – 3 hari setelah pembayaran.

Rp 280.000

Rp 269,100

Tentang Penulis

KH. Henry Sutopo