BIROKRASI VS PEMILU Membaca Indonesia dari Boalemo

Kekhasan buku ini terletak pada keterkaitan penjelasan birokrasi secara jelas dan terbuka.

Bagaimana Birokrasi di Boalemo dalam Buku ini?

Sebagai daerah Duluwo Limo Lo Pohalaa, keberadaan masyarakat adat dan pemerinatahan Boalemo merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari struktur adat Gorontalo. Salah satu temuan menarik yang dapat dijadikan sebagai rujukan dalam praktrek penyelenggaraan birokrari di Gorontalo adalah temuan (Madjowa, 2015) tentang konsistensi dan perilau independensi Taki Niode dalam mempertahankan perilaku idenpendensi sesuai dengan sendi adat Gorontalo. Kondisi ini kemudian agak sukar untuk dijelaskan dan bahkan dibanggakan atas ke-Gorontalo-an dengan praktek birokrasi saat ini. Argumentasi Riggs tentang praktek biroktasi negara berkembang memiliki kewajaran untuk berikhtiar dalam berbagai perspektif. Kenyataannya Indonesia beserta bangsa-bangsanya memiliki kapasitas dan kapabilitas yang dapat direduksi untuk menyangkalkan temuan riggs tentang tipe salah. Perdebatan yang sama juga ketika diperhadapkan logika tipe ideal rasional Weberian. Apakah rasionalitas yang dimaksudkan ketika diperhadapkandengan instgrumen teknis atau ideal rasional akan sirna ketika diperhadapkan independensi birokrasi sebagai manusia politik dengan ragam perilakunya.

Kesimpulan awal yang dapat disikapai adalah, argumentasi atas instrumrn teknis sesuai dengan tipe ideal rasional belum mewakili tuntusan praktek biroktrasi di Indonesia sejak awal kemerdekaan melalaui demokrasi terpimpin, demokrasi Pancasila hingga pengejewantahan agenda Reformasi. Sejatinya, berbagai perspektif telah dilakoni untuk membedah patologi birokrasi sekaligus solusi maupun rekomendasi. Akan tetapi, hingga saat ini permasalahan birokrasi belum dapat teratasi dengan baik. Membutuhkan keseriusan dan agenda untuk berikhtiar bagi disiplin ilmu yang sama untuk memberanikan diri keluar dalam argumentasi ideal rasional yang berlandaskan pada agenda teknis dan lebih pekah pada narasi instrument indpendensi dan perilaku birokrasi. Faktanya, ideal
rasonal yang berlandaskan pada instrument teknis menjadi patologi dalam instrument independensi dan perilaku birokrasi ketika diperhadapkan dengan Pemilu.

Argumentasi awal dalam konstruksi pemikiran buku ini memandang bahwa, konstentrasi kajian yang membatasi nalar kekritisan telah menyebabkan argumentasi yang tidak fundamental terhadap objektifitas birokrasi dalam praktek keseharian. Misalnya, dalam perspektif administrasi publik, (Henry, 1975) sebagai batasan dan keleluasaan untuk pegiat atau ilmuan administrasi publik dengan konsentrasi birokrasi akan menyudahi perdebatan antara paradigma. Artinya paradigma yang dimaksudkan sebagai pilihan untuk mengsingkronkan agenda praktrek birokrasi sebagai objek maupun subjek dimana narasi itu dibuat dan dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari. Apa yang disangkakan oleh (Habibi, 2020) adalah kenyataaan untuk mengintropeksi kenyataan atas daya konsentrasi kajian birokrasi dalam ragam perspektif diluar instrument teknis birokrasi yang ideal rasional.

Tulisan dalam buku ini tidak bermaksud untuk mempertantangkan konstruksi teori yang di bangun berdasarkan asumsi semata. Faktanya, konstruksi kajian yang berlandaskan pada instrument teknis dengan tipea ideal rasional belum dapat mengejewantahkan permasalahan birokrasi dalam Pemilu. Argumentasi awal yang dapat ditengadahkan dalam bangunan perspektif ini adalah agenda instrument teknis adalah bagian dari rekonstruksi instrument indpendensi dan perilaku birokrasi dalam Pamilu. Konteksnya adalah, seberapapun pertentangan yang akan timbul dalam buku ini merupakan bagian dari dialektika pengetahun yang direduksi melalui metode keilmuan. Artinya, perdebatan yang timbul akbiat perselishian pendapat dalam buku ini adalah bagian dari keniscayaan ilmiah yang harus dihormati tanpa interpretasi negatif atas suguhan data dalam setiap bagian.

Keberadaan buku ini juga sebagai bagian dari konstruksi ilmu pengetahuan, khususnya bidang administrasi publik yang tidak secara langsung membutuhkan keberanian penulis untuk keluar dari jalur ideal rasional dengan mengenyampingkan instrument taknis dan mengedepan instrument independensi dan perilaku birokrasi dalam Pemilu. Sebagai penulis tentunya sudah berusaha dengan keras untuk mengsingkronkan perdebatan dimaksud, akan tetapi dalam titik pencaharian terentu ketika tidak mendapat titik pertanyaan dan jawaban atas dilema yang sama, pemikiran (Faried, 2004) dengan tanpa menunjukan eksistensi faktual melahirkan kesimpulan bahwa kecenderungan birokrasi tidak netral karena akbiat dari perilaku poltik birokrasi. Pada konteks ini (Faried, 2004) belum melakukan telaah secara mendalam tentang bagaiman kiat perilaku politik birokrasi sehingga membuat birokrasi tidak netral dalam setiap perhelatan politik.

Dapatkan Bukunya Sekarang Juga!

DAFTAR ISI

Daftar Isi 1
Daftar Isi 2
Daftar Isi 3

Spesifikasi Buku

Cetakan I Maret 2023;  274 hlm, ukuran 14 x 20 cm, kertas isi HVS 75 gram hitam putih, kertas cover ivory 230 gram full colour, jilid lem panas (soft cover) dan shrink bungkus plastik.

Harga Buku

Sebelum melakukan pembayaran, cek ketersediaan stock kepada admin. Jika buku out of stock pengiriman membutuhkan waktu – 3 hari setelah pembayaran.

Rp 150.000

Rp 105.300

Tentang Penulis

Prof. Dr. Azhari Aziz Samudra, M.Si.,

Ditahun 2001 menyelesaikan studi strata 1 di Jurusan PKn UNG. Ditahun 2006 menyelesaikan studi S2 Ilmu Politik di Universitas Gadja Madah dengan judul tesis Perilaku Politik Etnis Gorontalo Pada Pilkada di Kota Tidore Kepulauan. Jenjang studi S3 Doktoral bidang Administrasi Publik Universitas Brawijaya Malang tahun 2010 dengan judul Disertasi “Model Pengembangan Sumber Daya Aparatur dalam Perspektif Capacity Building Studi Pemekaran Pemerintahan Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo. Pada tahun 2008 menikah dengan Yolanda Tamrin Ambo dan dikaruniai anak Moh. Zaahir Asyam U. Hamim, Raihana Salsabila Bahira U. Hamim dan Humaira Salsabila Hamim. Kesehariannya sebagai dosen tetap di jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan (IHK) Prodi PPKn FIS UNG dan penjagar S2 PPKn, S2 dan S3.

Administrasi Publik UNG. Sejak 2010-2019 sebagai Sekretaris Senat UNG dan Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dalam Periode
transisi pada tahun 2018-2019. Aktif dalam tim Job Biding Provinsi dan Kabupaten Kota di Gorontalo serta aktif sebagai tim ahli Kesbangpol Provinsi Gorontalo. Selain sebagai pengajar di UNG, terlibat langsung sebagai sekretaris Tim PAK LLDIKTI Wilayah XVI SULUTGO dan aktif dalam kepengurusan Asosiasi Profesi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Indonesia (AP3KnI) Wilayah Provinsi sebagai dewan Pembina. Karya akademik telah banyak ditempuh, baik perumusan kebijakan di daerah, karya tulis ilmiah baik internasional maupun nasional yang bereputasi

Ramli Mahmud

Menyelesaikan Studi di S1 PPKn UNG pada tahaun 2007, pada tahun 2010 menyelesaikan Pendidikan S2 Ilmu Politik di Universitas Gadjah Madah Yogyakarta dengan judul Tesis Perilaku Politik Masyarakat Kota Gorontalo Pada Pemilihan Walikota Gorontalo dan lulus S3 Tahun 2022 bidang Ilmu Administrasi Publuk UNG dengan judul Disertasi Perilaku Politik Birokrasi Dalam Perspektif Administrasi Publik Pada Pemilu 2019 di Kabupaten Boalemo. Sebagai Dosen Tetap Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan (IHK) Prodi. PKn FIS UNG dalam Bidang Ilmu Politik juga sebagai Dosen MKWU Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan. Kesehariannya sebagai sekretaris Jurusan IHK dan Sekretaris Asosiasi Profesi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (AP3KnI) Wilayah Gorontalo. Pada tanggal 20 Maret Menikah dengan Reny Hamid, SH, dikaruniai anak Asshyfa Putri Failisa lahir di tahun 2017, Alfathi Mahmud Failisa Tahun 2018, dan Alfatha Mahmud Failisa Tahun 2019. Dalam kehidupan keseharian, penulis terlibat aktif dalam berbagai kegiatan akademik di Provinsi Gorontalo. Berbagai tulisan dalam bentuk jurnal akreditasi baik nasional maupun internasional telah dilalui. Selain itu juga, penulis sangat intes sebagai pembicara terutama hal-hal yang berbubungan dengan Pemilu dan tinjauan kirtis birokrasi dan Pemilu yang dilakukan oleh lembaga penyelenggara Pemilu. Konsentrasi penulis dalam beberapa jurnal internasional maupun nasional adalah menyangkut dengan isu politisasi birokrasi, alternative penguatan netralitas birokrasi dan beberapa tulisan mengenai preferensi politik pemilih pemula menjelang Pemilu 2014.