Dalam setiap perjalanan hidup, ada saat-saat ketika kegelapan terasa lebih nyata daripada cahaya. Ada masa-masa ketika suara dalam kepala lebih lantang daripada kata-kata orang lain, dan setiap langkah terasa berat seolah dunia menuntut lebih dari yang mampu kita berikan. Novel ini bukan sekadar kisah tentang kesedihan, tetapi tentang perjalanan seseorang yang berusaha keluar dari bayang-bayang masa lalu dan menemukan kembali sinar yang sempat padam.

Ini adalah kisah tentang Nila, seorang mahasiswa yang selama hidupnya selalu hidup dalam perbandingan. Ekspektasi yang tinggi, tekanan keluarga, dan perasaan tidak pernah cukup membentuk dinding yang mengurungnya dalam ketidakpercayaan diri. Hingga akhirnya, semua itu membawanya pada titik terendah—sebuah fase ketika hidup terasa hampa dan harapan tampak seperti ilusi.

Namun, hidup selalu memberikan jalan. Dalam keputusasaan, Nila bertemu seseorang yang percaya bahwa dirinya bisa bangkit kembali. Seorang dosen yang tidak hanya melihatnya sebagai mahasiswa bermasalah, tetapi sebagai manusia yang sedang berjuang. Dengan bimbingan, terapi, dan langkah-langkah kecil yang berarti, Nila mulai menemukan kembali dirinya sendiri.

Novel ini bukan hanya untuk mereka yang pernah atau sedang berjuang dengan kesehatan mentalnya. Ini juga untuk para orang tua yang ingin memahami lebih dalam dunia anak-anak mereka. Ini adalah cerita bagi siapa saja yang pernah merasa tersesat, lelah, dan tidak yakin apakah mereka bisa menemukan jalan keluar.Untuk Setiap Jiwa yang pernah berbagi cerita dan pengalaman, terima kasih telah memberikan begitu banyak pelajaran berharga. Setiap perjalanan, setiap perjuangan, dan setiap harapan yang kalian bagi telah membuka wawasan dan memperkaya pemahaman saya tentang arti mendampingi dengan lebih baik.

Kisah-kisah ini saya tuliskan bukan hanya sebagai refleksi, tetapi juga sebagai bentuk kepedulian bagi mereka yang masih terperangkap dalam bayang-bayang harapan dan ekspektasi. Semoga lembaran-lembaran ini dapat menjadi penguat bagi mereka yang belum berani bersuara dan masih berada di balik pintu yang tertutup rapat.

Untuk anak-anakku & My Wife, terima kasih telah menjadi alasan saya untuk terus belajar, memahami, dan bertumbuh. Kalian mendorong saya untuk menjadi bukan sekadar orang tua dan pasangan, tetapi orang tua dan pasangan yang spesial—yang berusaha memahami sebelum menuntut, yang belajar sebelum menghakimi, yang mendampingi dengan hati sebelum berbicara dengan kata-kata.
Dan untuk Para Orang Tua di luar sana, yang terus berusaha menjadi orang tua yang sesungguhnya—bukan yang sempurna, tetapi yang selalu mau belajar dan memperbaiki diri—perjalanan kalian adalah cahaya bagi generasi yang akan datang. Semoga kita semua terus bertumbuh dalam kasih, pemahaman, dan keberanian untuk berubah.