Saat kita kecil, sering ada pertanyaan. Kalau sudah besar mau menjadi apa? Ingin kerja apa? Mau sekolah apa dan di mana? Pertanyaan itulah yang mengarah kepada apa yang disebut cita-cita, impian atau harapan. Di dunia ini banyak orang sukses. Tidak semua orang sukses itu terlahir begitu saja. Aibaba Group yang didirikan oleh Jack Ma, Salah satu orang terkaya di Tiongkok, tak pernah berhenti dalam meraih impian dan cita-citanya. 

Kesuksesan yang didapatkannya tidaklah instan. Jack Ma berkata, “Jangan pernah berhenti untuk bermimpi atau memiliki cita-cita. Sebab dari situlah awa untuk meraih kesuksesan.” Banyak anak-anak masih belum memiliki cita-cita. Menurut beberapa survai hampir 80% mahasiswa merasa keliru dalam memilih jurusan. Terdapat kurang lebih 90% gaga mewujudkan cita-citanya karena tidak ada kesesuaian antara sekolah, kerja dan usaha. Tidak lebih dari 10% saja yang sesuai dengan cita-cita, dan paing banyak sekitar 5% yang sesuai antara cita-cita anak dan harapan orang tua.

Anak yang memiliki cita-cita beragam, namun bertolak belakang dengan keinginan orangtua, akan menyebabkan kurangnya dukungan orang tua. Bila anak mengikuti keinginan orang tua, akan mengakibatkan anak tidak bahagia dan tertekan serta cenderung menjadi lemah ketika menghadapi tantangan. Bila kedua hal ini terjadi, maka akan menimbulkan pemborosan biaya, waktu, tenaga, energi anak dan orangtua.

Seberapa pentingkah seseorang perlu memiliki cita-cita? Jawabannya tentu sangat penting. Adanya cita-cita akan memberi gambaran kepada diri kita seperti apa masa depan nantinya. Kita akan berusaha untuk meraihnya. Memiliki cita-cita dapat menumbuhkan semangat dan upadaya mencapainya, memperoleh kekuatan untuk menghadapai tantangan dan rintangan. Selain itu cita-cita membuat kita lebih berprestasi dan mengembangkan semua potensi diri.