Buku ini dilatarbelakangi kegelisahan penulis akan ironi marwah bangsa Indonesia yang kehilangan jati diri di mata dunia. Di era digital yang serba sesak media, jati diri bangsa mendapat ancaman yang serius dari berbagai pengaruh buruk budaya mancanegara yang bertentangan dengan nilai budaya timur ala Nusantara. Maraknya ujaran kebencian, gaya hidup hedonisme, dan praktik korupsi yang merajalela menjadikan marwah bangsa Indonesia tak seluhur masa lampau di mata dunia.

Selain permasalahan krisis jati diri bangsa, Indonesia juga menghadapi konflik kepentingan dan intervensi negara asing yang tak bisa ditolak. Pada poin inilah, falsafah Trisakti perlu diwariskan kepada generasi milenial hingga generasi Z yang merupakan digital native. Tanpa pengetahuan dan pemahaman tentang falsafah Trisakti, sangat mungkin generasi masa depan 2045 (yang disebut sebagai generasi emas 2045) akan kehilangan jati dirinya sebagai generasi Indonesia. Tanpa pengetahuan dan aktualisasi Trisakti, anak zaman akan mudah terombang-ambing dan terjebak dalam gaya hidup hedonisme yang akan membawa pada petaka. Muasal konsep Trisakti dengan demikian menjadi urgen untuk dipahami seluruh elemen bangsa. Pasalnya, Trisakti merupakan penguat character building untuk generasi emas 2045.

Hakikatnya, Trisakti memberikan arah pada bangsa untuk berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang kebudayaan. Buku ini mencoba mengemukakan paparan mengenai hakikat Trisakti yang dikaitkan dengan konteks kekinian. Selain memaparkan hakikat konsep Trisakti, penulis juga menyajikan empat strategi aktualisasi Trisakti. Empat strategi aktualisasi Trisakti antara lain, perubahan rasional demi kepentingan sendiri, perubahan rasional demi kepentingan kolektif, pendekatan normatif, dan koersif-pendekatan lingkungan. Selanjutnya, empat pendekatan di atas harus menjadi strategi alternatif yang membutuhkan peran sinergis. Pada bab kelima, penulis menjelaskan figur signifikan yang dapat mendorong aktualisasi Trisakti. Terdapat lima figur signifikan yang dapat mendorong aktualisasi Trisakti, yaitu keluarga, dunia pendidikan, aparatur negara, ormas, dan masyarakat. Lima figur signifikan ini harus sinergis dan kolaboratif. Lima penjaga gawang tersebut harus memahami urgensi aktualisasi Trisakti dan secara kolaborati melakukan langkah padu untuk membumikan nilai-nilai yang terkandung dalam falsafah Trisakti.