LAUT YANG SETARA Membangun Perikanan Tangkap Indonesia yang Inklusif Gender

Buku ini hadir sebagai undangan untuk melihat laut Indonesia melalui lensa kesetaraan gender.

Kesetaraan Gender dalam Ekonomi Biru: Studi Peran dan Tantangan Perempuan Pesisir Indonesia

Laut Indonesia menyimpan kekayaan yang melampaui harta alam semata. Ia menjadi ruang kehidupan, sumber penghidupan, dan arena interaksi sosial bagi jutaan keluarga pesisir. Perempuan pesisir menjalani ritme harian yang panjang: menyiapkan kebutuhan melaut, mengolah hasil tangkapan, mengatur rumah tangga, dan menjaga kesinambungan ekonomi keluarga. Kontribusi ini besar, tetapi pengakuan formal terhadap peran mereka masih sangat terbatas. Sejarah panjang menunjukkan
bahwa peran perempuan kerap terlihat, tersembunyi, dan bahkan terhapus. Norma adat, tradisi, dan struktur kekuasaan lokal membatasi akses perempuan terhadap ruang laut dan pengelolaan perikanan.
Ketimpangan ini bukan sekadar masalah sosial, tetapi juga tantangan bagi keberlanjutan ekologi laut. Perikanan yang tidak inklusif kehilangan aktor vital yang memiliki pengetahuan lokal, pengalaman sehari-hari, dan kapasitas strategis untuk mengelola sumber daya secara berkelanjutan.

Ekonomi biru tidak selalu berarti keadilan bagi perempuan. Celah kebijakan, regulasi yang tidak mengatur, dan data yang tidak mencatat mengokohkan ketimpangan. Beban ganda, keterbatasan akses teknologi, dan kerentanan terhadap perubahan iklim menambah kompleksitas tantangan yang dihadapi perempuan pesisir. Setiap kondisi ini menegaskan perlunya transformasi sistemik yang memandang perempuan sebagai agen perubahan, bukan sekadar pelaku tambahan yang tidak terlihat.

Buku ini menyoroti praktik baik di tingkat komunitas dan internasional yang membuktikan dampak positif keterlibatan perempuan dalam pengelolaan perikanan. Integrasi gender menjadi pengungkit keberlanjutan: laut lebih terkelola, rantai nilai lebih adil, dan komunitas pesisir lebih tangguh. Kerangka “Gender-Responsive Fisheries Governance” menegaskan bahwa pengarusutamaan gender harus berbasis struktur, bukan seremonial, sehingga kesetaraan menjadi fondasi pengelolaan laut modern. Harapan masa depan terletak pada teknologi inklusif, kepemimpinan perempuan, dan strategi terintegrasi dari hulu hingga hilir. Perempuan pesisir menjadi inovator, pengawas, dan penggerak perubahan yang memperkuat ketahanan sosial-ekologis. Roadmap menuju 2045 menegaskan bahwa laut yang setara bukan sekadar visi, tetapi kemungkinan nyata yang bisa diwujudkan dengan keberanian, kolaborasi lintas sektor, dan pengakuan penuh terhadap peran perempuan.

Buku ini hadir sebagai undangan untuk melihat laut Indonesia melalui lensa kesetaraan gender. Pembaca diajak menyaksikan perempuan yang diam-diam membangun, menjaga, dan menuntun masa depan perikanan tangkap. Setiap bab merupakan peta perjalanan menuju pengelolaan laut yang inklusif, adil, dan berkelanjutan. Laut yang setara menjadi tujuan bersama, bukan utopia, ketika keberlanjutan dijalankan dengan keadilan dan keberanian memandang manusia secara setara.

Dapatkan Bukunya Sekarang Juga!

DAFTAR ISI

Daftar Isi 1
Daftar Isi 2
Daftar Isi 3
Daftar Isi 4
Previous
Next

Spesifikasi Buku

Cetakan I, Desember 2025;  154 hlm, ukuran 15,5 x 23 cm, kertas isi HVS hitam putih, kertas cover ivory 230 gram full colour, jilid lem panas (soft cover) dan shrink bungkus plastik.

Harga Buku

Sebelum melakukan pembayaran, cek ketersediaan stock kepada admin. Jika buku out of stock pengiriman membutuhkan waktu – 3 hari setelah pembayaran.

Rp 110.000

Rp 103,900

Tentang Penulis

Iwan Fadli Pasaribu

Saya lahir dan besar di Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Sebuah kota kecil di dataran tinggi yang jauh dari laut, tetapi dekat dengan mimpi. Sejak kecil, saya selalu ingin melihat samudra yang hanya saya kenal lewat buku dan layar televisi. Keinginan itu akhirnya terwujud ketika saya menempuh pendidikan Sarjana Perikanan Tangkap di Universitas Diponegoro pada tahun 2018. Saat itulah untuk pertama kalinya saya melihat laut secara langsung, dan sejak itu saya tahu bahwa dunia saya akan selalu berhubungan dengan air asin dan kehidupan di dalamnya. Saya lulus pada tahun 2022, dan di tahun yang sama Magister Manajemen di Universitas Semarang, dengan fokus pada manajemen sumber daya manusia dalam sektor perikanan, yang saya selesaikan pada tahun 2024. Tahun 2025 menjadi langkah baru dalam perjalanan hidup saya, karena saya resmi memulai program Doktoral di Program Studi Teknologi Perikanan Laut, IPB University. sebuah langkah yang saya pandang bukan sekadar jenjang akademik, tetapi panggilan untuk memahami laut lebih dalam, bukan hanya sebagai ekosistem, tapi sebagai sebuah cermin peradaban.

Selama perjalanan ini, saya belajar bahwa laut tidak hanya bisa dipelajari lewat data dan teori, tapi lewat keheningan dan kesabaran. Saya bekerja sebagai Enumerator di Kementerian Kelautan dan Perikanan, menyelami keseharian para nelayan dan mencatat denyut hidup dari pelabuhan perikanan. Saya juga punya pengalaman dalam berproses bersama Yayasan Rekam Nusantara sebagai Tenaga Ahli Penulis, membantu para peneliti dan akademisi menulis kisah ilmiah mereka agar ilmu tidak berhenti di ruang seminar, tetapi mengalir sampai ke masyarakat. Bagi saya, menulis dan bekerja untuk laut adalah bentuk keyakinan bahwa masa depan masih bisa diperbaiki. Selama laut tetap hidup, selalu ada alasan bagi manusia untuk berharap, berjuang, dan percaya pada kemungkinan yang lebih baik. Saya menulis bukan untuk mengulang apa yang sudah diketahui, tetapi untuk menyalakan kembali semangat menjaga kehidupan. Saya percaya, ilmu yang sejati adalah ilmu yang menggerakkan (menggerakkan hati), menggerakkan tindakan, dan menggerakkan harapan. Laut selalu menjadi pengingat bahwa masa depan tidak perlu ditunggu, tetapi dijemput dengan keberanian dan kasih terhadap kehidupan.