SMART MARITIME CITIES Strategi Penguatan Sumber Daya Manusia dan Kompetensi Bahasa Inggris

Buku ini mengajak Anda menyelami Taiwan melalui kisah nyata yang hangat, jujur, dan menginspirasi—buku yang membuat Anda jatuh cinta pada sebuah negeri, sekaligus pada perjalanan hidup itu sendiri.

LAUT SEBAGAI RUANG PENGETAHUAN

Menangkap bukan hanya soal ikan; menangkap adalah tindakan politik, etika, dan imajinasi. Di setiap jaring yang ditarik dari perairan, terdapat kisah tentang kebutuhan, pengetahuan, dan pilihan-pilihan yang menentukan apakah laut akan terus menjadi ruang hidup bersama atau berubah menjadi gudang sumber daya yang terkuras. Menjala Masa Depan lahir dari keyakinan sederhana sekaligus mendalam:
cara kita menangkap hari ini menentukan masa depan laut dan melalui laut, masa depan kita bersama.

Buku ini bukan sekadar kumpulan teknik atau catatan lapangan. Ia adalah upaya intelektual dan moral untuk menata ulang cara pandang terhadap perikanan tangkap: dari praktik yang terfokus pada kuantitas menuju praktik yang menimbang kualitas ekologis dan sosial; dari pendekatan yang mengukur keberhasilan dengan tonase, menjadi pendekatan yang mengukur dampak terhadap kehidupan-ikan, komunitas pesisir, dan generasi yang akan datang.

Kalimat pembuka buku ini, “Menangkap bukan hanya soal ikan, tetapi tentang masa depan yang kita jalin di laut,” sengaja dirancang sebagai penentu nada. Ia menempatkan tindakan melaut dalam kerangka jangka panjang: tindakan ekonomi yang terikat pada etika, pengetahuan, dan konsekuensi ekologis. Ketika seorang nelayan menjala, ia tidak hanya bekerja untuk hari ini; ia ikut menenun struktur sosial-ekologis yang akandiwariskan. Memahami ini adalah langkah pertama untuk beranjak dari paradigma lama menuju paradigma yang kita tawarkan di halaman-halaman berikut. Perubahan yang kita saksikan pada praktik perikanan tangkap kontemporer bersifat multipel dan saling terkait. Tiga
arus besar mendorong kebutuhan mendesak untuk berpikir ulang.
1. Krisis Ekologi
Krisis iklim, kenaikan suhu laut, pergeseran pola distribusi spesies, penurunan stok, dan kerusakan
habitat pesisir adalah realitas yang semakin jelas. Dampaknya tidak hanya bersifat biologis tetapi juga
menimbulkan kerentanan sosial yang tajam di antara komunitas nelayan-mereka yang paling bergantung pada siklus alam dan paling rentan terhadap gangguan. Regenerasi ekosistem bukan lagi pilihan moral semata; ia menjadi prasyarat keberlangsungan perikanan tangkap.
2. Revolusi Teknologi
Di sisi lain, kita memasuki era di mana big data, kecerdasan buatan, Internet of Fish, pemantauan
satelit, dan teknologi pelacakan rantai pasok memberi kemampuan pemahaman yang belum pernah ada sebelumnya. Teknologi ini dapat membuka transparansi, efisiensi, dan peluang pemberdayaan-jika digunakan untuk menegakkan keadilan, bukan memperkaya aktor yang sudah dominan. Oleh karena itu, revolusi teknologi harus dirangkaikan dengan visi etika agar tidak memperdalam ketimpangan.
3. Reposisi Nelayan sebagai Subjek dalam Tata Kelola Pesisir Komunitas pesisir tidak statis; mereka belajar, berinovasi, dan merespons tekanan. Dari inisiatif kearifan lokal yang mempraktikkan pengaturan lokal, sampai kolaborasi antar-pemangku kepentingan yang memanfaatkan teknologi untuk mengamankan akses pasar, transformasi sosial ini menegaskan bahwa nelayan adalah subjek perubahan bukan objek yang pasif. Pengakuan terhadap kapasitas lokal inilah yang menjadi jantung paradigma baru.

Paradigma lama yang menempatkan produksi sebagai tujuan tertinggi dan laut sebagai sumber daya tak berujung telah menunjukkan batasnya. Ia gagal mengantisipasi kerusakan ekologis, ketidakadilan ekonomi, dan hilangnya nilai-nilai kultural.

Buku ini ditulis untuk pembuat kebijakan, akademisi, mahasiswa, praktisi lapangan, pemimpin komunitas pesisir, dan pembaca umum yang peduli pada masa depan laut. Gaya penulisan menggabungkan rujukan teoritis dan empiris dengan narasi reflektif agar ide-ide konseptual dapat diakses dan diimplementasikan. Penulis berharap buku ini menjadi jembatan: antara penelitian dan praktik, antara kebijakan dan kearifan lokal, antara teknologi dan etika.
Buku ini disusun agar dapat dibaca berurutan mulai dari fondasi filosofis laut sebagai ruang pengetahuan hingga proyeksi masa depan perikanan tangkap 2050 tetapi setiap bab juga dirancang sebagai unit yang berdiri sendiri. Di akhir setiap bagian, pembaca akan menemukan rekomendasi kebijakan, studi kasus, dan refleksi kritis yang dapat langsung diadaptasi ke konteks berbeda.

Dapatkan Bukunya Sekarang Juga!

DAFTAR ISI

Daftar Isi 1
Daftar Isi 2
Daftar Isi 3
Daftar Isi 4
Daftar Isi 5
Previous
Next

Spesifikasi Buku

Cetakan I, Desember 2025;  180 hlm, ukuran 14,8×21 cm, kertas isi HVS hitam putih, kertas cover ivory 230 gram full colour, jilid lem panas (soft cover) dan shrink bungkus plastik.

Harga Buku

Sebelum melakukan pembayaran, cek ketersediaan stock kepada admin. Jika buku out of stock pengiriman membutuhkan waktu – 3 hari setelah pembayaran.

Rp 100.000

Rp 89,000

Tentang Penulis

Iwan Fadli Pasaribu, S.Pi., M.M

menempuh pendidikan Sarjana Perikanan Tangkap di Universitas Diponegoro pada tahun 2018. Saat itulah perdana penulis melihat laut secara langsung, dan sejak itu mengetahui bahwa dunianya akan selalu berhubungan dengan air asin dan kehidupan di dalamnya. Penulis lulus pada tahun 2022, dan di tahun yang sama melanjutkan studi Magister Manajemen di Universitas Semarang, dengan fokus pada manajemen sumber daya manusia dalam sektor perikanan, yang ditamatkan pada tahun 2024. Tahun 2025 menjadi langkah baru dalam perjalanan hidupnya, karena resmi memulai program doktoral di Program Studi Teknologi Perikanan Laut, IPB University.

Dr. Trisnani Dwi Hapsari, S.Pi., M.Si

dosen tetap pada Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Departemen Perikanan Tangkap, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro. Beliau lahir di Semarang pada tanggal 04 Juli 1982. Pendidikan sarjana diselesaikan di Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan (2004). Selanjutnya, beliau menempuh pendidikan Magister dan Doktor pada Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan, Universitas Diponegoro, dengan fokus kajian pada pengelolaan sumber daya pesisir dan perikanan.

Faik Kurohman, S.Pi., M.Si

Pendidikan dasar sampai menengah ditempuh di Kabupaten Kebumen, SDN Jogomertan 1 lulus 1984, MTsN Klirong Lulus 1987 dan SMA N 1 Kebumen Lulus 1990. Tahun 1991 Penulis di terima di Jurusan Perikanan Universitas Diponegoro melalui Jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) Lulus Strata 1 tahun 1998. Tahun 2000 penulis memperoleh kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S2 dengan beasiswa BPPS dan diterima di Program Studi Teknologi Kelautan IPB. Kemudian pada tahun 2011 penulis juga melanjutkan kembali di Program Magister Manajemen Sumberdaya Pantai (MSDP) di Universitas
Diponegoro. Penulis saat ini bekerja sebagai staf pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro (UNDIP) mulai tahun 1999 dengan Mata Kuliah Pelabuhan Perikanan, Navigasi, Meteorologi Laut, Akustik, Teknologi dan Sistim Informasi Perikanan Tangkap, Rancang Bangun Alat Tangkap Ikan.

Synthiya Machdani, S.Pi., M.Pi

berkampung halaman di Desa Gedung Aji Lama, Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung. Penulis merupakan anak pertama dan cucu pertama dalam keluarganya. Sejak kecil, penulis sudah dekat dengan dunia perikanan dan perairan. Perjuangan menempuh perjalanan untuk sampai ke kampung halaman dengan menggunakan kapal menyusuri sungai, melihat alam yang penuh kemurnian, serta mengenal komunitas-komunitas yang menggantungkan hidupnya pada sumber daya, membuatnya memiliki minat pada pengelolaan sumber daya perairan baik di darat maupun laut. Pada tahun 2004, penulis pernah tinggal di perbatasan Indonesia–Malaysia, tepatnya di daerah Kalimantan Barat selama beberapa tahun, hingga sempat menempuh pendidikan SD di daerah Entikong. Kemudian, penulis berpindah kembali ke Kota Bandar Lampung untuk menempuh pendidikan SMP serta menamatkan Madrasah Aliyah di Kabupaten Pesawaran. Penulis melanjutkan jenjang S1 pada Program Studi Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan pada tahun 2018 serta S2 pada Program Magister Manajemen Sumber Daya Perairan pada tahun 2023 di Universitas Diponegoro, Semarang. Saat melanjutkan studi jenjang magister (S2), penulis mendapatkan dukungan pendidikan dan pelatihan dari Korea–Indonesia MTCRC selama dua tahun. Selama berkuliah, penulis aktif mengikuti beberapa perlombaan, organisasi, kegiatan relawan (volunteer), dan
menjadi asisten peneliti serta berkontribusi pada penyusunan RPJPD Perikanan dan Kelautan di Jawa Tengah. Penulis memiliki fokus dan minat penelitian pada bidang sosial-ekologi, ekonomi, limnologi, lingkungan, konservasi, pengelolaan kebijakan, pelabuhan, dan perikanan tangkap. Penulis juga sedang mencoba membagikan hasil riset dan buah pikirnya di platform Instagram @DiskuSEA. Saat ini, penulis memiliki keinginan untuk mengabdikan diri menjadi seorang dosen, peneliti sekaligus konsultan agar dapat terus berkolaborasi, berkontribusi, dan mengembangkan ilmu pengetahuan melalui kegiatan belajar dan mengajar, serta membangun generasi Perikanan dan Kelautan yang berdampak dan berkelanjutan.

Faliqul Isbah, S.Kel., M.Si

Dosen dan peneliti di program studi Sumber Daya Akuatik Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar. Penulis Lahir di Medan, pada tanggal 14
Oktober 1992. Penulis menyelesaikan studi Sarjana S-1 Ilmu Kelautan, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh dan mendapatkan Sarjana Kelautan (S.Kel), penulis mendalami bidang Oseanografi. Pada Tahun 2014, penulis melanjutkan studi magister pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Terpadu, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh dan mendapatkan gelar Magister Sains (M.Si). Penulis mendalami dan berfokus pada bidang pengelolaan sumberdaya pesisir. Saat ini di tahun 2025 penulis sedang menempuh program doctoral di IPB University program studi Teknologi Perikanan Laut.

Burhanis, S.Pi., M.Si

Penulis menyelesaikan pendidikan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Meulaboh pada tahun 2003. Pendidikan Sarjana (S-1) di bidang Ilmu Perikanan di Universitas Teuku Umar diselesaikan pada tahun 2012, kemudian melanjutkan studi magister (S-2) di bidang Ilmu Kelautan di Institut Pertanian Bogor (IPB) tahun 2015 dan lulus pada tahun 2018 melalui dukungan Beasiswa LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan). Penulis menikah dan berkeluarga dengan Eri Yanti pada tahun 2011 dan dikaruniai anak pertama (Aathifah Khaireen) tahun 2012, anak kedua (Aulia Izzatunnisa) tahun 2015 serta tahun 2018 dikaruniai anak yang ketiga (Raysyah
Salwa). Penulis Sejak tahun 2019, aktif sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Teuku Umar. Ia terlibat aktif dalam kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya pada bidang riset dan publikasi ilmiah di bidang perikanan dan kelautan. Hasil penelitiannya telah dipresentasikan dalam forum ilmiah nasional dan internasional serta diterbitkan dalam jurnal terakreditasi dan jurnal bereputasi internasional.