Pendidikan Strata 1 dilesaiakan pada Jurusan Dakwah IAIN Imam Bonjol Padang pada tahun 1998. Pendidikan Starata 2 dalam bidang Pendidikan IPS Sosiologi Antroplogi diselesaikan di Universitas Negeri Padang pada tahun 2002. Adapun pendidikan Strata 3 diselesaikan pada tahun 2016 di Universitas Negeri Padang. Selain itu, Irwan Satria juga beberapa kali mengikuti pendidikan non gelar seperti Patnership in Education and Training of Regional Islamic Institution Auatralia Indonesia Institutute (Melbourne University, 2005) dan Sanwich Program Indonesia dan Amerika (OHIO State University, 2011). Sejak tahun 2003 hingga sekarang penulis bekerja sebagai Dosen IAIN Bengkulu. Beberapa jabatan structural yang pernah dijabat antara lain Wakil Dekan 1 FTT IAIN Bengkulu dan Wakil Dekan 3 FTT IAIN Bengkulu. Selain mengajar penulis terlibat aktif dalam kegiatan ilmiah dan kegiatan sosial kemasyarakatan seperti Pengurus Wilayah Nahdatul Ulama Bengkulu dan Pengurus Majelis Dakwah Islamiyah Bengkulu. Penulis juga terlibat aktif dalam melakukan penelitian dan penulisan, terutama berkenaan dengan pendidikan afektif. Beberapa karya yang sudah dihasilkan antara lain: 1) Konsep Dasar Ilmu-Ilmu Sosial [IPB Press]; 2 Pendidikan Afektif Cinta Damai (Pustaka Pelajar, 2015]; 3) Pencak Silat sebagai Model Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal [2012]; 4) Fungsi dan Peran Surau di Kota Bengkulu [2014]; 5) Kearifan Lokal Tabot sebagai Sumber Belajar Sejarah di SMA: Analisis Relevansi [Sosio Didaktika, 2019]; 6) Peace-Loving Character Vales in Social Studies Textbook [2019) dan lain-lain.
STRATEGI PEMBELAJARAN IPS Berorientasi Pendidikan Abad 21
Buku ini merupakan salah satu bentuk respon terhadap pandangan tersebut, yakni strategi pembelajaran IPS berorientasi pendidikan
abad 21.
Belajar dan Pembelajaran
Belajar adalah istilah yang tidak asing ditelinga kita karena sering kali digunakan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam rumah tangga ataupun dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu, belajar juga merupakan istilah yang tidak hanya identik dengan anak-anak namun juga orang tua, tidak hanya terbatas pada lingkungan sekolah namun juga di luar sekolah. Meskipun demikian, memang pada umumnya belajar dikaitkan atau memiliki kaitan erat dengan dunia pendidikan, khususnya pendidikan formal (sekolah).
Lalu apa yang sebenarnya belajar itu? Secara umum belajar dipahami sebagai suatu proses yang dilakukan untuk menuju perubahan terus menerus pada kemampuan/kinerja seseorang. Perubahan tersebut terutama mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan. Dengan demikian, maka sering dikatakan bahwa belajar adalah perubahan pada seorang dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak baik menjadi baik dan dari tidak bisa menjadi bisa. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Huang, Spector & Yang (2029:34) bahwa belajar merupakan suatu proses yang mempertemukan pengalaman pribadi dan lingkungan dan pengaruh untuk memperoleh, memperkaya atau memodifikasi pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap, perilaku, dan pandangan dunia. Senada dengan itu, Mukhtar (2012) mendefinisikan belajar Ilmu sebagai proses perubahan prilaku pada seseorang individu berdasarkan
praktik/pengalaman baru yang dilakukan secara sadar.
Buku Pengetahuan Sosial ini merupakan salah satu mata pelajaran yang seringkali mendapatkan kritik terutama karena di nilai tidak mempunyai relevansi dengan kehidupan kekinian peserta didik. Selain itu, pembelajaran IPS juga sering kali dinilai sebagai pembelajaran yang membosankan, pembelajaran hafalan, tidak bermanfaat untuk masa depan, dan lain sebagainya.
Meskipun angapan angkapan tersebut jelas merupakan sebuah kekeliruan setidaknya dari sudut pandang teoritis-filosofis tetapi angapan anggapan tersebut juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Sebaliknya, angapan-angapan tersebut justru harus dijadian bahan renungan, bahwa ada yang salah dengan praktek pembelajaran sejarah yang selama ini dilaksanakan.
Buku ini merupakan salah satu bentuk respon terhadap pandangan tersebut, yakni strategi pembelajaran IPS berorientasi pendidikan abad 21. Pendidikan yang baik adalah yang dapat menjawab tantangan zaman. Di adab 21 ini, tantangan yang dihadapi sangat kompleks dan pendidikan harus menjawab tantangan tersebut sedemikian rupa. Guru sebagai ujung tombak pendidikan, khususnya pendidikan IPS harus menguasai berbagai jenis strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan abad 21 siswa, mulai dari kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah, keterampilan berkolaborasi, berkomunikasi, dan kreativitas.
Dapatkan Bukunya Sekarang Juga!
DAFTAR ISI
Daftar Isi 1
Daftar Isi 2
Daftar Isi 3Spesifikasi Buku
Cetakan I, November 2025; 112 hlm, ukuran 15,5 x 23 cm, kertas isi Bookpaper hitam putih, kertas cover ivory 230 gram full colour, jilid lem panas (soft cover) dan shrink bungkus plastik.
Harga Buku
Sebelum melakukan pembayaran, cek ketersediaan stock kepada admin. Jika buku out of stock pengiriman membutuhkan waktu – 3 hari setelah pembayaran.
Rp 100.000
Rp 88,300
Tentang Penulis
Dr. Irwan Satria
Een Syaputra, M.Pd.
Penulis adalah Guru Sejarah pada MAN 1 Lebong, TIM Ahli Cagar Budaya Bengkulu, Pendiri/Ketua Komunitas Kaganga Pusaka Kita dan Ketua AGSI Provinsi Bengkulu. Penulis memperoleh gelar Sarjana dalam bidang Pendidikan Sejarah di Fakultas Ilmu Sosual UNP Padang (2014) dan Magister Pendidikan Sejarah di FKIP UNS Surakarta (2018) dengan Beasiswa LPDP. Penulis banyak melakukan penelitian dan menulis menganai pendidikan sejarah/IPS, sejarah lokal, tradisi lisan dan kearifan lokal Bengkulu. Beberapa dibntara karya tersebut adalah: 1) Dari Madarsah dan Pesantren Hingga Sekolah Islam Terpadu: Dinamika Lembaga Pendidikan Islam di Bengkulu [Direktirat Sejarah, 2019]; 2) Makanan Tradisi dalam Seni Bendendang: Kearifan Lokal Ketrahanan Pangan Masyarakat Melayu Bengkulu [Brimedia Global, 2023]; 3) Aceh’s Multicultural Society in The Dutch Colonial Era: A Historical Study Of Modernization, Diversity And Inter-Ethnic Relations. [Yupa: Historical
Studies Journal, 2025]; 4) Analisis kaitan Syekh Burhanuddin dan Kadar Ali dengan tradisi tabut: bulan Muharam di Bengkulu-Pariaman [Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia, 2023]; 5) Kearifan lokal Tabot sebagai sumber belajar sejarah di SMA: Sebuah analisis relevansi. [SOSIO-DIDAKTIKA:Social Science Education Journal, 2021].