POTRET ANAK JALANAN Antara Kenyataan dan Harapan

Temukan kisah nyata yang menggugah dari balik kerasnya jalanan Kota Jayapura. buku ini membuka mata dan hati tentang perjuangan anak-anak jalanan, harapan yang tersisa, dan upaya nyata menyelamatkan masa depan mereka.

EPISTEMOLOGI DAN KARAKTER ANAK JALANAN

Anak jalanan, sering kita dengar dalam kehidupan yang sangat menyedihkan. Kehidupan anak jalanan biasanya identik dengan perilaku kurang menyenangkan di jalanan. Beginilah realita keberadaan anak jalanan di Kota Jayapura yang sangat memprihatinkan. Keberadaan anak jalanan di Distrik Jayapura Selatan, Kota Jayapura didukung oleh posisi wilayahnya yang berbatasan dengan Negara Papua Nugini (PNG) dan Selat Papua. Dua tempat tersebut digunakan sebagai jalur transaksi perdagangan miras dan narkoba. Selain itu, ciri khas keberlangsungan anak jalanan di Kota Jayapura berbeda dengan
fenomena anak jalanan pada umumnya.

Melihat fenomena bahwa anak jalanan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni kurangnya pengawasan atau perhatian orang tua terhadap anaknya, faktor lingkungan, keinginan sendiri, kekerasan dan disebabkan karena salah satu orang tua atau kedua orang tuanya meninggal dunia. Dalam pengamatan, anak-anak jalanan di Kota Jayapura turun ke jalanan mempunyai alasan yang
berbeda, seperti pengaruh lingkungan, perubahan budaya luar yang diadopsi maupun dan dipengaruhi oleh teman sebaya. Selain itu, kondisi ekonomi keluarga menjadi alasan mereka turun ke jalan.
Pada Mei 2022, jumlah anak jalanan di Kota Jayapura adalah 146 orang yang di temukan oleh Dinas Sosial Kota Jayapura. Dinas Sosial tidak membiarkan mereka begitu saja, namun memberikan
perlindungan yang layak, seperti tempat bernaung, pendidikan, pendampingan skill, agar mampu menghasilkan kerajinan tangan yang bernilai ekonomi, penguatan spiritual, bantuan kesejahteraan
keluarga. Perhatian yang diberikan oleh Dinas Sosial ini, untuk membantu setiap anak jalanan, sehingga terhindar dari kemiskinan, penyimpangan kepribadian, perlindungan orang dewasa ataupun perlindungan hukum, diperoleh pelayanan kesejahteraan dan kasih sayang dari keluarganya.

Usia anak-anak jalanan di Kota Jayapura rata-rata berkisar 10-18 tahun. Ada juga anak jalanan dewasa yang berusia sekitar 20-30 tahun. Mereka menjadi ketua geng atau pimpinan dari anak-anak jalanan di masing-masing komunitas di berbagai tempat. Komunitas anak-anak jalanan di Kota Jayapura, sebagian dari mereka memulainya pada usia anak-anak dan remaja sekitar 17 tahun. Usia yang seharusnya mendapat perhatian kasih sayang, mempunyai hak untuk mengenyam pendidikan yang gratis dan bisa bersekolah. Kehidupan anak jalanan merupakan bentuk upaya pengalihan perhatian dalam keluarga yang menjadi bagian dari kehidupannya, sehingga pendidikan yang baik telah tersiasiakan.
Mereka telah mengalami kekecewaan akibat tekanan dari keluarga, baik ekonomi, spiritual, maupun lingkungan budaya setempatnya Berangkat dari kenyataan empiris yang terjadi di Kota Jayapura,
Distrik Jayapura Selatan, maka ini menarik untuk mengisahkan kehidupan anak-anak jalanan di Kota Jayapura. Keunikan anak jalanan dalam pengamatan ini adalah keberadaan anak jalanan di
Kota Jayapura, dalam usia anak-anak yang setara dengan mereka justru mengabiskan sebagian besar waktu di jalanan. Hampir setiap hari mereka menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan.
Mereka turun jalanan hanya sekitar 10 jam. Anak jalanan terdiri dari dua kategori, yaitu anak jalanan yang tinggal dengan keluarga dan anak jalan yang benar-benar menghabiskan waktunya di jalan.
Potret anak jalanan di Kota Jayapura, sehingga dibuatlah program penanganan anak jalanan di rumah singgah milik Yayasan Pelita Papua yang dilaksanakan oleh Unit Pelayanan Mobile School. Usaha ini adalah suatu proses pemberian kemampuan yang berupaya agar anak jalanan dapat memotivasi, mendorong dirinya guna memperoleh daya dan memaksimalkan daya yang ia miliki, untuk menentukan tindakan, termasuk mengurangi efek negatif atau hambatan yang ada di dalam diri dan lingkugannya.
Dengan kegiatan peningkatan kualitas anak jalanan melalui pemberian tentang keagamaan, psikososial, kesehatan dan pendidikan, pelatihan dan belajar usaha agar mereka menjadi warga masyarakat yang produktif. Hal ini dapat diumpamakan dengan memberi kesempatan untuk membuat daur sampah bentuk pondok natal dan mengajari anak jalanan mencuci motor, membuat pohon natal yang kemudian memiliki nilai ekonomis, ketika di jual. Dengan demikian, program penanganan anak jalanan ini menjadi sangat startegis, karena dapat menyelamatkan anak jalanan dengan mencegah berbagai masalah lain, baik menghindari eksploitasi dalam pekerjaan maupun masalah dalam penampilan perilaku.
Menulis buku ini memberi gambaran di dalam kehidupan masyarakat perkotaan maupun kampung, Yang dinamis terjadi peningkatan adalah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di sebut seseorang atau keluarga yang karena suatu hambatan, kesulitan atau gangguan tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya dan karenanya tidak dapat menjalin hubungan yang serasi dan kreatif dengan lingkungannya sehingga tidak dapat memenuhi hidup.

Masalah tentang anak jalanan, di Papua semua berasal dari ada beberapa faktor kelurga, ekonomi, lingkungan dan implikasi maka terpaksa turun menjadi jalan. Anak yang biasa menghabiskan 24 jam,
di jalanan dengan berdasarkan anak di papua berusia 6-25 tahun. Aktivitas anak jalanan yang di lakukan pekerjaan sebagai pengamen, pemulung, pendagang asongan, pengemis, penjual koran, pengojek payung, penyemir sepatu, tukang parkir, pembersih mobil, joki dan menjaga parkiran. Hasil berupa uang yang anak jalanan dapat, akan memetingkan pemenuhaan kebutuhan sehari-hari.

Program penanganan anak jalanan di rurmah singgah dari unit pelayanan mobile school bekerja sama dengan pemerintah dinas sosial dalam hal fungsional pekerja sosial anak jalanan kota Jayapura. dalam bentuk kegiatan di lakukan di rumah singgah seperti bidang keagamaan, psikososial, kesehatan dan pendidikan nonformal melalui pembinaan ketrampilan maka anak jalanan juga dapat hasilnya kembali bersama keluarga, dan melanjutkaan jenjang pendidikannya.

Dapatkan Bukunya Sekarang Juga!

DAFTAR ISI

Daftar Isi 1
Daftar Isi 2
Daftar Isi 3
Previous
Next

Spesifikasi Buku

Cetakan I, September 2025;  142 hlm, ukuran 14 x 20 cm, kertas isi Bookpaper hitam putih, kertas cover ivory 230 gram full colour, jilid lem panas (soft cover) dan shrink bungkus plastik.

Harga Buku

Sebelum melakukan pembayaran, cek ketersediaan stock kepada admin. Jika buku out of stock pengiriman membutuhkan waktu – 3 hari setelah pembayaran.

Rp 130.000

Rp 99,500

Tentang Penulis

RIKO PEKEI

Setiap tahapan masing-masing pendidikan yang telah di tempuh oleh penulis di mulai dari pendidikan sekolah dasar SD INPRES MUYEKEBO dengan selesai pada tahun 2014. Penulis melajutkan sekolah menengah kedua di SMP negeri 01 kamuu timur dengan selesai pada tahun 2017. Sekolah menengah atas SMA YPK tabernakel nabire, kota nabire dengan selesai pada tahun 2020 dan Penulis melanjutkan studi perguruan tinggi universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura Jurusan Sosiologi Pada Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakutas Ilmu Social Dan Politik dengan selesai pada tahun 2024. Penulis selama menjalani perkuliahan ada beberapa organisasi yang pernah mengikuti kader saya yaitu; Organisasi UKM-KMK UNCEN pernah menjabat sebagai sekretaris Sub Fisip uncen, Organisasi KMK Sejayapura pernah menjabat sebagai ketua KMK se-jayapura periode 2021-2023, dan organisasi Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia
Cabang Jayapura Santo Efrem, Pernah Mejabat Sebagai Presidium Hubungan Masyarakat Katolik (PHMK PMKRI) periode 2022-2023 dan Orgnisasi Himpunan Mahasiswa Jurusan Sosilogi Prodi Ilmu Kesejahteraan Sosial Pernah Menjabat Sebagai Ketua HMJ periode 2023-2024. Sekaran merupakan mengejarkan jejang pendidikan untuk memperoleh gelar sarjana sosial (S-1). Menulis buku masalah sosial tentang “Anak Jalanan Bukan Sampah” kategori Program Penanganan Anak Jalanan Di Rumah Singgah Tempat Pengolahan Sampah (TPS) R3 Entrop Distrik Jayapura Selatan Kota Jayapura Provinsi Papua. kategori program. Bertujuan penulis mengembangkan skill profesi ilmu kesejahteraan sosial.