Proses tumbuh kembang di masa kanak-kanak cukup beragam dan kompleks. Perkembangan fisik, emosional, kognitif dan interaksi sosial menjadi hal yang krusial untuk diperhatikan. Beberapa anak mungkin mengalami sebuah hambatan dalam proses perkembangannya. Jika tidak diperhatikan, masalah yang dimiliki anak tersebut tidak akan terselesaikan atau bahkan dapat merambat hingga ke berbagai macam aspek kehidupannya.
Di antara permasalahan yang kerap kali muncul dalam perkembangan anak di masa sekolah adalah sulitnya memusatkan perhatian, mengontrol aktivitas tubuh, juga menahan dorongan perilaku impulsif. Permasalahan tersebut dibahas dalam ranah psikologi dan neurodevelopmental. Istilah yang paling sesuai untuk mendefinisikan gangguan-gangguan ini yaitu Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).
Menurut American Psychiatric Association, (2022), Gejala ADHD dicirikan dengan tiga gejala utama seperti kesulitan fokus (inattention), perilaku hiperaktif (hyperactivity), dan dorongan bertindak tanpa
berfikir konsekuensi (impulsivity).

Dalam konteks pendidikan inklusif, anak dengan ADHD masuk dalam kategori Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), karena mereka perlu pendekatan tersendiri yang sesuai demi efektifitas pada proses pembelajaran yang mereka lakukan (Farah et al., 2022). Namun sangat disayangkan masih banyak tenaga pendidik yang belum mengetahui ciri dan apa saja kebutuhan anak dengan ADHD.

Fenomena yang terjadi di lapangan menunjukkan tidak semua pendidik melakukan identifikasi secara tepat, sehingga terjadi kesalahan persepsi. Ketika terdapat anak dengan ciri ADHD, seringkali mereka malah dianggap sebagai anak nakal, tidak suka belajar, dan tidak disiplin. Padahal, jika dilihat dan ditinjau lebih lanjut, bisa jadi anak tersebut menunjukkan pola perilaku seperti itu karena manifestasi dari kondisi neurologisnya yang berdampak pada kinerja otak, terkhusus pada bagian prefrontal cortex yang berperan dominan dalam mengontrol diri dan menahan fokus (Arnsten & Rubia, 2012).

buku antologi berjudul “Dinamika Psikologis Anak Berkebutuhan Khusus: Menyelami Keragaman, Menumbuhkan Harapan” dapat tersusun dan hadir di hadapan pembaca. Buku ini merupakan kumpulan karya tulis ilmiah yang memaparkan berbagai perspektif secara psikologis terkait dinamika anak berkebutuhan khusus (ABK) secara komprehensif. Penyusunan buku antologi ini dilandasi oleh tekad untuk menghadirkan sumber bacaan yang tidak hanya kaya akan landasan ilmiah, tetapi juga sarat akan nilai empati dan kepedulian terhadap keberagaman.
Tujuan penyusunan buku antologi ini adalah untuk memberikan wawasan yang mendalam mengenai berbagai aspek psikologis yang dialami ABK, menjadi referensi yang bermanfaat bagi pendidik, orang tua, dan masyarakat umum dalam mendukung perkembangan ABK, serta mendorong tumbuhnya sikap inklusif, empatik, dan apresiatif terhadap potensi unik yang dimiliki setiap anak. Harapan kami, buku ini dapat menjadi jembatan antara teori dan praktik, sehingga pembaca memperoleh pemahaman yang aplikatif dalam menciptakan lingkungan yang ramah, dan memberdayakan setiap anak untuk berkembang secara optimal.