MEMORI PILU GERNIKA

Buku ini fokus pada betapa pentingnya masyarakat Gernika di Spanyol dalam memperingati setiap tahunnya atas kejadian yang mengerikan berupa bombardir yang menyebabkan kematian sekitar dua ribu orang pada tanggal 26 April 1937.

Kami memaafkan, tapi tidak pernah melupakan

Buku ini fokus pada betapa pentingnya masyarakat Gernika di Spanyol dalam memperingati setiap tahunnya atas kejadian yang mengerikan berupa bombardir yang menyebabkan kematian sekitar dua ribu orang pada tanggal 26 April 1937. Sebelumnya, peringatan tersebut dilarang pada masa pemerintahan Diktator Francisco Franco. Baru kemudian dapat dilakukan setelah Franco meninggal pada tanggal 20 November 1975. Karena keinginan Franco untuk identitas nasional yang homogen untuk Spanyol, segala bentuk tanda peringatan, bahasa lokal, dan pengaruh budaya lain yang mungkin mendorong masyarakat Gernika untuk memulai gerakan kemerdekaan dilarang keras.

Setelah ditelaah lebih dalam, saya menemukan bahwa selain peringatan tersebut sebenarnya ada tiga contoh lain yang unik bagi Gernika. Pertama adalah Museum Perdamaian Gernika yang didirikan pada tahun 1998 dan berlokasi di Los Fueros Square. Museum ini merupakan museum perdamaian pertama, tidak hanya di Gernika tetapi juga seluruh Spanyol. Tempat ini menampung kumpulan sejarah Gernika yang luar biasa, dengan fokus khusus pada tragedi pemboman. Museum ini memungkinkan pengunjung untuk merasakan momen-momen pengeboman melalui ruang audio visual yang dilengkapi dengan
efek suara dan cahaya dan diakhiri dengan pemandangan asli reruntuhan pasca pengeboman.

Kedua adalah pusat penelitian perdamaian, Gernika Gogoratuz Peace Center. Nama pusat tersebut secara langsung diterjemahkan menjadi “Gernika Mengingat” dan didirikan pada tahun 1987 menyusul
keputusan bulat dari parlemen Basque. Keputusan ini terjadi bersamaan dengan kunjungan Petra K. Kelly, anggota parlemen dari Partai Hijau Jerman, ke Gernika dan menawarkan karangan bunga
untuk para korban tragedi pengeboman. Sikap ini, bersama dengan permintaan maaf resmi dari Kelly, merupakan momen penting bagi masyarakat Gernika. Itu merupakan penerimaan resmi atas
tanggung jawab dan penyesalan atas tindakan mengerikan yang dilakukan Jerman dalam pemboman tersebut.

Terakhir, Gernika juga memiliki lukisan karya Pablo Picasso yang menggambarkan pengeboman tersebut. Lukisan tersebut merupakan karya pertama Pablo Picasso yang memiliki makna politis dan sebenarnya merupakan bentuk perlawanan terhadap kekejaman tersebut. Lukisan tersebut berkelana ke banyak tempat untuk mengedukasi dan mempromosikan apa yang terjadi di Gernika pada tahun 1937, hingga akhirnya disimpan secara permanen di Museum Reina Sofia di Madrid.

Setelah menganalisis tiga contoh khas dari Gernika ini, saya dapat melihat bahwa masyarakat Gernika secara aktif berupaya mengupayakan perdamaian. Bagi mereka, kengerian yang masih ada dalam pikiran mereka dicegah agar tidak terjadi lagi di dunia nyata. Museum perdamaian dan pusat penelitian perdamaian merupakan bukti empiris bahwa masyarakat Gernika mengupayakan perdamaian melalui keduanya.

Dapatkan Bukunya Sekarang Juga!

DAFTAR ISI

Daftar Isi 1
Daftar Isi 2

Spesifikasi Buku

Cetakan I, Mei 2024;  104 hlm, ukuran 15,5 x 23 cm, kertas isi HVS hitam putih, kertas cover ivory 230 gram full colour, jilid lem panas (soft cover) dan shrink bungkus plastik.

Harga Buku

Sebelum melakukan pembayaran, cek ketersediaan stock kepada admin. Jika buku out of stock pengiriman membutuhkan waktu – 3 hari setelah pembayaran.

Rp 100.000

Rp 85,300

Tentang Penulis

Idham Badruzaman

menghabiskan enam tahun di Spanyol untuk menyelesaikan studi master di Universitat Jaume I dan program doktornya di Universidad Autónoma de Madrid. Selama berada di Spanyol, Ia ikut menyempatkan diri untuk mempelajari bahasa dan menggali sejarah negara tersebut, menumbuhkan apresiasi yang mendalam terhadap aspek sosial dan budaya Kerajaan Spanyol. Kecintaannya yang mendalam pada Spanyol tercermin dalam Buku pertamanya tentang Spanyol ini dengan judul: Memori Pilu Gernika. Ia telah menganggap negara Spanyol sebagai rumah keduanya, sehingga Ia selalu punya cara untuk dapat mengunjungi negara ini setiap tahunnya sejak Ia menyelesaikan gelar doktornya pada tahun 2021.

Ketertarikan Idham pada studi perdamaian dimulai ketika mengambil program master di Castellon de Plana – Valencia dengan nama program: Studi Perdamaian, Konflik, dan Pembangunan. Program ini memicu minatnya untuk terus menekuni bidang studi perdamaian dan konflik sehingga menjadi tema sentral dalam penelitian dan tulisannya.

Setelah mendapatkan gelar doktor, Idham kembali ke almamaternya, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, di mana Ia kini menjadi dosen di Jurusan Hubungan Internasional sekaligus menjabat sebagai Kepala Kantor Urusan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Kegemarannya terhadap dunia internasional dimulai ketika Ia menjadi siswa pertukaran pelajar di Seattle – Amerika Serikat melalui Program AFS (America Field Service) pada tahun 2004-2005. Sejak saat itu, Ia menjadi ketagihan untuk menjelajahi belahan dunia yang lain, lagi dan lagi.