MODERASI BERAGAMA PADA MASA PANDEMI COVID 19 DALAM PERSFEKTIF NEGOSIASI WAJAH DI BENGKULU UTARA
Buku yang menceritakan bagaimana moderasi beragama pada masa pandemi Covid 19 dalam perspektif negosiasi wajah di Bengkulu Utaraa

Bagaimana Keberagaman di Bengkulu?
Islam bukanlah agama pertama yang masuk ke Indonesia namun, justru kedudukan Islam di tengah-tengah masyarakat Indonesia terbilang sangat kuat. Meski demikian, fakta bahwa Islam harus berbagai adat istiadat serta beragam kebudayaan tidak bisa di pungkiri, dimana perbenturan tersebut menghasil dua kemungkinan yaitu: Pertama, Islam mampu memberi pengaruh terhadap lingkungan sehingga terbentuknya realitas sosial yang baru, Kedua, Islam justru terpengaruh oleh perubahan masyarakat dalam arti eksistensi corak arahnya.
Keberagaman budaya sangat mempengaruhi cara seseorang berinteraksi. Ketika berinteraksi dengan berbeda budaya, seseorang tentu saja mempunyai gambaran diri dan karakteristik masing-masing. Kebiasaan yang sudah membudaya dalam proses interaksi, tanpa sengaja ikut terbawa dalam kehidupan sehari-hari, dimana hal ini dapat dilihat dari pola berbicara dan mimik wajah seseorang terhadap lainnya.
Ekspresi wajah atau mimik wajah adalah hasil dari satu atau lebih gerakan atau posisi otot pada wajah. Ekpresi wajah merupakan salah satu bentuk komunikasi nonverbal dan dapat menyampaikan keadaan emosi dari seseorang yang mengamatinya. Ekpresi wajah merupakan salah satu cara penting dalam menyampaikan pesan sosial dalam berinteraksi ehari-hari. Manusia dapat mengalami ekspresi wajah tertentu secara sengaja, tetapi umunya ekpresi wajah dialami secara tidak sengaja akibat perasaan dan emosi manusia tersebut. Misalnya seseorang yang menyembunyikan perasaan bencinya terhadap seseorang, pada saat tertentu tanpa sengaja akan menujukkan perasaanya tersebut melalui ekpresi wajahnya atau facework, walaupun ia berusaha menunjukkan perasaanya tersebut diwajahnya, dan berusaha menunjukkan ekpresi netral. Tersenyum juga dapat mempengaruhi situasi normal untuk dapat menghindari kesalahpahaman.
Menurut Ekman (1982) ekpresi wajah utama adalah mereka untuk kebahagian, terkejut, takut, sedih, marah danpenghinaan. Ekpresi wajah merupakan sumber penting dari umpan balik dalam
proses komunikasi. Masa sekarang dunia sedang mengalami masa pandemi yang sangat membatasi interaksi manusia yang disebut dengan hewan yang menjadi sumber penularan Covid-19 ini masih belum diketahui.
Sejak ditemukannya Covid-19 ini pada bulan Desember 2019 hingga saat ini, dunia masih diselimuti rasa cemas dan ketakutan. Bahkan, hingga detik ini masih ditemukan pasien positif Covid-19. Covid-19 telah banyak menyisakan puing-puing ketakutan pada setiap masyarakat di dunia, tidak terkecuali di Indonesia bahkan hingga detik ini Covid-19 saat ini menjadi permasalahan dunia yang serius dengan jumlah kasusnya yang selalu mengalami peningkatan setiap harinya. Menyerang setiap orang tanpa memandang usia maupun jenis kelamin dan sudah dikategorikan sebagai pandemi global.
Pandemi global Covid- 19 pertama kali diumumkan pada 11Maret 2020 menandakan bahwa virus ini sudah menjangkiti populasi besar di negara dengan angka penularan sebanyak 425.493 kasus.3 Perubahan berbagai negara pada tanggal 25 Maret 2020 sudah menyangkiti 175 ini tidak hanya berdampak bagi kesehatan dan perekonomian, namun perilaku keberagamaan juga mengalami
gelombang pasang, khususnya dikalangan umat Islam. Perilaku keberagamaan umat Islam mengalami perubahan, yang biasanya dengan gampang melakukan ibadah bersama, lantas berubah
dan tidak segampang itu lagi saat ini.4 Di masa pandemi Covid-19 kegiatan keagamaan dan sosial terbatasi dengan berbagai aturan yang di kelurkan oleh pemerintah agar masyarakat terhindar dari
permasalahan.
Bengkulu Utara masyarakatnya beragam baik secara agama, budaya dan kehidupan sosial, keberagaman ini tentunya harus terlestarikan dengan kebhinekaan yang ada. Peribadatan yang telaksankan dengan harmonis di buktikan dengan rumah ibadah yang berdampingan, dengan pendidikan yang bisa terlaksana satu atap, tentunya akan menarik keingintahuan kita bagaimana moderasi beragama pada masa pandemi Covid 19 dalam perspektif negosiasi wajah di Bengkulu Utara.
Dapatkan Bukunya Sekarang Juga!
DAFTAR ISI


Spesifikasi Buku

Cetakan I Februari 2023; 90 hlm, ukuran 15,5 x 23 cm, kertas isi HVS 75 gram hitam putih, kertas cover ivory 230 gram full colour, jilid lem panas (soft cover) dan shrink bungkus plastik.
Harga Buku
Sebelum melakukan pembayaran, cek ketersediaan stock kepada admin. Jika buku out of stock pengiriman membutuhkan waktu – 3 hari setelah pembayaran.
Rp 100.000
Rp 80,100
Tentang Penulis

Rini Fitria, S.Ag.,M.Si,
penulis menyelesaikan jenjang S1 pada program studi Komunikasi Penyaran Islam STAIN Curup pada tahun 1999. Selanjutnya penulis meneruskan pada jenjang S2 di Universitas Padjadjaran program studi Ilmu Komunikasi pada tahun 2005. Penulis juga aktif melakukan beberpa penelitian. Beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh penulis diantaranya Ritual Tabot sebagai media komunikasi simbolik masyarakat kota Bengkulu (Pola pelaksanaan ritual tabot masyarakat Bengkulu), Konsep diri Politisi Perempuan di Provinsi Bengkulu dalam Konteks Komunikasi Antar Pribadi, Analisis semitika CS Pierce dalam PILKADA Provinsi Bengkulu Tahun 2015, Komunikasi Multikultural dalam menjaga ketukunan antar umat beragama di Kabupaten Bengkulu Tengah, Komunikasi Multikultural dalam menjaga kerukunan antar umat beragama di Kabupaten Bengkulu Tengah, Komunikasi Antarbudaya kajian local wisdom provinsi Bengkulu

Wira Hadi Kusuma, M.Si,
Pendidikan Sarjana Strata 1 (S1) pada program Studi Bimbingan Konseling Islam (BKI) di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bengkulu lulus tahun 2007 dan pada tahun 2018 melanjutkan Program Pascasarjana S2 di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta pada Program Studi Agama dan Resolusi Konflik lulus pada tahun 2010. Pekerjaan/Jabatan yang diamanahkan sekarang adalah dosen dan Ketua Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam pada Fakultas Adab dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri Bengkulu. selain itu juga ikut mengabdikan diri di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Syariah Nahdlatul Ulama (STIESNU) Bengkulu.